Mengungkap Taktik Tiga Capres untuk Meraih Suara Pemilih (Bagian 3)


Uraian ini adalah lanjutan uraian sebelumnya (Mengungkap Taktik Tiga Capres untuk Meraih Suara Pemilih - Bagian 2). Untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik dan urutan lebih lengkap, sebaiknya bacalah uraian sebelumnya terlebih dulu.

Widodo, 24, mengatakan dirinya tertarik untuk memilih Ganjar karena dari ketiga calon yang berkontestasi dalam Pilpres 2024, ia merasa Ganjar adalah sosok yang paling bisa merepresentasikan orang muda.

“Beberapa pasangan calon yang lain agak maksa dibanding Pak Ganjar. Pak Ganjar enggak menyasar yang muda banget tapi yang tidak terlalu oldies atau terlalu baby boomers juga secara unggahan,” ujar Widodo.

Menurut dia, komunikasi lewat media sosial menjadi hal yang sangat penting untuk dikuasai masing-masing capres maupun tim pendukungnya. Walaupun ia sendiri merasa bahwa konten di media sosial yang dikemas untuk Gen Z kurang mewakili generasinya.

“Saya pribadi dan teman-temanku tersinggung ketika paslon hanya mementingkan pencitraan. [Ketika] harus terlihat baik, terlihat ya udah yang penting pencitraan di sosmed saja,” katanya.

Sosok intelektual Anies Baswedan yang suka menonton One Piece

Capres nomor urut satu, Anies Baswedan, memiliki akun TikTok yang penuh dengan cuplikan-cuplikan konten yang dibuat sehari-hari saat menjalani aktivitas dan berkampanye.

Beberapa di antara video TikTok itu memperlihatkan Anies saat sedang menjawab pertanyaan atau berpidato di acara publik, tetapi ada juga video-video yang dikemas dengan gaya santai atau bahkan menggunakan unsur yang sedang populer di aplikasi tersebut.

Salah satunya menggunakan audio ‘gwenchana’ yang kerap kali dibarengi dengan video orang menangis tersedu-sedu. Dalam video tersebut, ia dan calon wakilnya, Muhaimin Iskandar, berdiri di atas kerumunan massa dan terlihat ceria namun ‘menahan rasa sakit’. 

Ada pula sebuah unggahan TikTok yang paling banyak ditonton, yaitu video yang memperlihatkan Anies ‘bermain selepet sarung’ bersama Muhaimin saat berkunjung ke pesantren. Muhaimin tengah menjelaskan ‘tiga fungsi sarung’ dalam santri, sebelum menyelepet Anies sambil tertawa iseng.

Menurut peneliti BRIN, Nina Andriana, citra yang ingin dibangun tim Anies adalah citra yang identik dengan intelektualitas yang membumi dan juga tidak ketinggalan zaman.

“Packaging intelektual yang berpikir secara teratur berdasarkan pengalaman, itu yang saya baca, branding itu yang sedang dibangun oleh timnya Pak Anies,” kata Nina.

Berdasarkan data dalam Meta Ad Library, iklan-iklan media sosial yang berasal dari akun-akun yang terafiliasi dengan Anies ataupun Anies-Muhaimin (Amin), di antaranya Unboxing Anies, Aksi Tanggap Anies dan Suara Anies, membutuhkan biaya Rp1,05 miliar.

Juru bicara Anies Baswedan, Angga Putra Fidrian, mengaku bahwa akun-akun tersebut merupakan media sosial yang dibuat oleh para relawan pendukung Anies, bukan tim kampanye.

“Sejauh ini dari tim kampanye memang belum investasi ke media sosial, itu hitungannya kalau sebulan itu sebelum kampanye terbentuk. Tapi memang justru kita mendorong orang-orang massa organik untuk munculkan konten sendiri,” jelasnya.

Kata Angga, saat ini tim kampanye masih memfokuskan anggaran mereka pada media konvensional seperti papan iklan, baliho, iklan TV dan liputan media arus utama untuk mempromosikan pasangan Anies-Muhaimin.

Sebab, menurut dia, banyak masyarakat di daerah yang belum terjangkau media sosial. Sehingga, sesuatu yang viral di media sosial atau menerima banyak dukungan dari netizen, tidak menjamin kemenangan suara.

“Karena di tahun 2017 waktu Pak Anies lawan Pak Basuki, pasukan media sosialnya Pak Basuki sangat banyak sekali, tapi jumlah suaranya juga tidak sebanding dengan itu,” ujar Angga.

Meski begitu, ia mengatakan bahwa media sosial menjadi sarana yang penting untuk dipertimbangkan dalam masa kampanye menuju Pilpres 2024. Hanya saja, hal itu belum menjadi fokus utama.

Hafsah L Khairunnisa, seorang Gen Z pendukung Anies, mengatakan ia menyukai cara Anies berbicara di hadapan umum dan citra yang sudah dibentuk juga menurutnya cocok dengan generasi muda sekarang.

“Kalau calon yang lain banyak yang mencari sensasi, antara jadi lucu atau lugu. Tapi kalau menurutku Anies itu lucu juga, kekinian tapi tidak melupakan bahwa dia punya peran dan profil yang harus dihargai,” ujar Hafsah.

Ia mengambil contoh ketika Anies mengunggah foto dirinya hendak menonton serial anime One Piece dengan keluarga. Meskipun banyak yang menganggap itu hanya upaya untuk menggaet orang muda, menurut dia itu tidak menjadi masalah.

“Tujuannya mau menunjukkan kepada kita bahwa dia tidak ketinggalan zaman. Dia juga mengikuti tren. Jadi mungkin tujuannya bikin warga Indonesia merasa bestie (teman dekat),” kata Hafsah.

Walaupun, ia sendiri merasa bahwa generasinya seharusnya bisa lebih kritis terhadap ‘citra media sosial’ yang terbangun oleh masing-masing calon. Supaya tidak hanya percaya dengan ‘hal-hal positif’ yang dibangun lewat konten.

Baca lanjutannya: Mengungkap Taktik Tiga Capres untuk Meraih Suara Pemilih (Bagian 4)

Related

News 6493456398366983735

Recent

Hot in week

Ebook

Koleksi Ribuan Ebook Indonesia Terbaik dan Terlengkap

Dapatkan koleksi ribuan e-book Indonesia terbaik dan terlengkap. Penting dimiliki Anda yang gemar membaca, menuntut ilmu,  dan senang menamb...

item