Dipolisikan dengan Tuduhan Hina Jokowi, Ini Penjelasan Butet


Seniman sekaligus budayawan Butet Kertaredjasa santai menanggapi pelaporan terhadap dirinya oleh organisasi relawan Presiden RI Joko Widodo (Jokowi), Projo, ke Mapolda DIY, Selasa (30/1).

Butet dilaporkan ke polisi oleh Projo DIY atas dugaan penghinaan terhadap Jokowi saat tampil dalam  acara kampanye capres Ganjar Pranowo di Alun-alun Wates, Kulon Progo.

"Oh enggak apa-apa, karena Projonya sedang pansos. Panjat sosial dari pantun saya. Ya boleh-boleh saja semua warga bangsa ini boleh melakukan apapun karena itu memang dijamin oleh undang-undang," kata Butet saat ditemui di kediamannya, Kasihan, Bantul, DIY, Selasa (30/1).

Kendati demikian, Butet merasa tak pernah menggunakan kata-kata binatang untuk menghina Jokowi saat memberikan orasi atau pantunnya di acara kampanye akbar Ganjar dan PDIP.

"Kata binatang yang mana? Wedhus [kata dalam bahasa Jawa yang arti harfiah atau denotasinya adalah kambing]? Ha nek ngintil [yang membuntuti] itu siapa? Kan saya cuma bertanya pada khalayak. Yang ngintil [membuntuti] siapa? 'Wedhus' berarti kan yang tukang ngintil [itu] wedhus. Tafsir aja. Apa saya sebut nama Jokowi? Saya bilang ngintil kok," ujarnya.

Sedangkan kata-kata 'asu', menurut Butet, itu bukanlah makian melainkan sebuah ekspresi personalnya.

"Bagi saya, saya menyatakan 'asu og', 'asu banget' itu bukan makian, itu suatu ekspresi personal saya. Saya mengagumi kepintaran 'wedyan koe pintere, asu tenan og'. 'Cah ayu wae tak unekke 'wasyu iki ayu banget'. Asu og itu dalam konteks saya bagaimana kata itu diekspresikan," terangnya.

"Tapi kalau saya bilang 'Asu!' Itu [berarti] mengumpat, memaki. Tapi kan saya ndak pernah, wong kalian aja--aku sama kalian aja--osa asu. Opo kalian ya akan melaporkan ke Polda? Enggak lah, itu hal yang biasa," sambungnya.

Butet menerangkan, pantun yang ia bacakan saat kampanye kemarin memang telah disiapkan. Sementara orasi sebagai pengantar pantun sifatnya spontan.

Dia tak menampik isi pantun itu memang salah satunya dimaksudkan untuk mengkritik Jokowi. Butet mengaku kritik itu dilontarkannya setelah merasa terkhianati sebagai salah satu pendukungnya atau 'Jokower' sejak 2014 lalu.

"Anda tahu semua ini (saya) Jokower sejak 2014 tahu kan. Pendukung, pembela, membantu Pak Jokowi. Ini. Ujungnya jutaan orang kena prank. Ditipu. Ini orang yang mencintai menyayangi Jokowi dan mengingatkan Jokowi. Diingatkan secara sopan secara alus nggak mau dengerin. Alus nggak iso ya rodo kasar setitik. Justru karena saya itu menyayangi Jokowi maka saya mengkritik, mengingatkan," ungkapnya.

Lebih jauh, Butet menganggap apa yang ia sampaikan lewat orasi atau pantun kemarin merupakan suatu cara untuk menyatakan pikiran-pikiran dalam benaknya sebagai bagian dari kebebasan berekspresi yang dijamin negara.

"Saya bisa mengartikulasikan secara bebas melalui media seni, media apapun. Saya seorang penulis, saya bisa berekspresi melalui karya tulis entah itu puisi, cerpen, pantun, atau naskah monolog atau di panggung pertunjukan karena saya seorang aktor," katanya.

Sebelumnya, Projo DIY melaporkan Butet ke Polda DIY buntut orasi dan pantun yang ia sampaikan saat acara kampanye Ganjar di Alun-alun Wates, Kulon Progo, Minggu (28/1). Laporan dibuat di SPKT Mapolda DIY, Selasa (30/1) siang.

Butet dianggap telah menghina Presiden Jokowi usai menyamakannya dengan binatang. Butet diduga melanggar Pasal 315 UU Nomor 1 Tahun 1946 tentang KUHP.

"Dari video-video yang beredar, Mas Butet terbukti melakukan upaya penghinaan terhadap Bapak Jokowi," kata Aris ditemui di Mapolda DIY.

Pihaknya menilai, apa yang disampaikan Butet tidak elok, terlebih dibacakan oleh seorang budayawan senior. Aris beranggapan, kakak mendiang Djaduk Ferianto itu semestinya mampu bersikap bijak dengan memberikan contoh budaya yang baik, khususnya bagi generasi muda.

"Yang harusnya ketika kampanye politik itu menjelaskan program-program Mas Ganjar dan Pak Mahfud, malah beliau memanfaatkan kampanye untuk melakukan penghinaan terhadap Bapak Jokowi," sambungnya.

Dalam kampanye di Alun-alun Wates, Butet tampil memberikan orasi serta pantunnya dari atas panggung sebelum kedatangan Ganjar.

Berbeda dengan relawannya, Koordinator Staf Khusus Presiden Ari Dwipayana mengklaim Presiden tidak merisaukan sejumlah kritik hingga fitnah yang ditujukan kepadanya. Hal itu diungkapkannya saat dimintai respons terkait pernyataan Butet.

"Bapak selama ini ya baik-baik saja, biasa-biasa saja ya," kata Ari di Gedung Sekretariat Negara, Jakarta Pusat, Selasa (30/1).

Ari mengklaim Jokowi sudah terbiasa dengan segala macam kritik hingga pernyataan yang menjurus ke fitnah selama dua periode kepemimpinannya.

"Sudah sering lah Pak Jokowi terima sindiran, bahkan banyak hal dari 2014 kan--hoaks, ujaran kebencian--bahkan hal lain, fitnah," ujar Ari. 

Related

News 6790975386977659356

Recent

Hot in week

Ebook

Koleksi Ribuan Ebook Indonesia Terbaik dan Terlengkap

Dapatkan koleksi ribuan e-book Indonesia terbaik dan terlengkap. Penting dimiliki Anda yang gemar membaca, menuntut ilmu,  dan senang menamb...

item