Duterte Mau Gulingkan Marcos Jr, Tuduh Presiden Pecandu Narkoba


Mantan Presiden Filipina Rodrigo Duterte melontarkan tuduhan terhadap penggantinya, Ferdinand Marcos Jr., dan membuka peluang untuk menggulingkannya. Hal ini kian membuka rumor perpecahan antara keduanya.

Dalam pidatonya yang sarat sumpah serapah pada Minggu (28/1/2024) malam, mantan pemimpin populis tersebut menuduh bahwa sekutu legislatif Marcos berencana untuk mengamendemen konstitusi untuk mencabut batasan masa jabatan dan memperingatkan bahwa hal tersebut dapat menyebabkan dia digulingkan seperti ayahnya, mendiang diktator Ferdinand Marcos.

Dia juga menuduh Marcos sebagai pecandu narkoba.

Marcos menertawakan tuduhan Duterte sebelum terbang ke Vietnam untuk berkunjung. Marcos mengatakan dia tidak akan menghargai tuduhan tersebut dengan sebuah jawaban. Sebaliknya, dia mengklaim pendahulunya menggunakan fentanyl, sejenis opioid yang kuat.

Pada 2016, Duterte mengatakan dia pernah menggunakan fentanyl di masa lalu untuk meringankan rasa sakit yang disebabkan oleh cedera akibat kecelakaan sepeda motor. Pengacaranya, Salvador Panelo, mengatakan bahwa Duterte berhenti menggunakan fentanyl sebelum dia menjadi presiden pada 2016.

"Saya pikir itu karena fentanyl," kata Marcos dilansir Associated Press. "Fentanyl adalah obat penghilang rasa sakit terkuat yang bisa Anda beli. ... Setelah lima, enam tahun, hal itu akan berdampak padanya, itulah mengapa menurut saya inilah yang terjadi."

Anggota DPR telah membicarakan tentang amendemen konstitusi, dan Duterte mengklaim tanpa memberikan bukti apapun bahwa legislator yang mendukung Marcos, termasuk Ketua DPR Martin Romualdez, menyuap pejabat lokal untuk mengamendemen konstitusi 1987 guna menghapus batasan masa jabatan.

Romualdez, yang merupakan sepupu presiden saat ini, membantah klaim tersebut dan mengatakan bahwa ia ingin konstitusi diamendemen hanya untuk menghapus pembatasan investasi asing.

Marcos mengatakan dia terbuka untuk mengubah ketentuan ekonomi dalam konstitusi namun menentang perubahan ketentuan yang membatasi kepemilikan asing atas tanah dan industri penting lainnya seperti media. Presiden Filipina hanya dapat menjabat untuk satu masa jabatan enam tahun.

Penentang perubahan konstitusi adalah Senat, yang pekan lalu mengeluarkan pernyataan yang memperingatkan bahwa peran pengawasan dan keseimbangan dapat terganggu jika DPR melanjutkan rencana untuk melakukan amendemen melalui sidang gabungan dan bukan melalui pemungutan suara terpisah di DPR. Senat beranggotakan 24 orang dan DPR beranggotakan 316 orang.

Komisi Pemilihan Umum mengatakan bahwa mereka menangguhkan tanpa batas waktu semua kegiatan yang berkaitan dengan upaya untuk mengubah konstitusi, yang memerlukan persetujuan yang ditandatangani dari sekitar 8 juta pemilih terdaftar di seluruh negeri. Keputusan tersebut untuk sementara menggagalkan upaya untuk merevisi piagam tersebut.

Konstitusi tahun 1987, yang sarat dengan perlindungan untuk mencegah kediktatoran, mulai berlaku setahun setelah ayah Marcos digulingkan oleh pemberontakan "kekuatan rakyat" yang didukung tentara di tengah tuduhan penjarahan dan kekejaman hak asasi manusia selama pemerintahannya.

Perpecahan Politik

Pidato Duterte memperkuat rumor berbulan-bulan tentang perpecahan politik dengan penggantinya meskipun putri Duterte, Sara, adalah wakil presiden Marcos setelah kemenangan telak mereka dalam pemilu pada tahun 2022.

Dalam beberapa minggu terakhir, para pendukung Duterte dibuat marah oleh laporan tentang kunjungan mendadak oleh penyelidik Mahkamah Pidana Internasional (ICC) bulan lalu yang menyelidiki pembunuhan yang meluas selama tindakan keras anti-narkoba yang dilancarkan Duterte sebagai presiden. Laporan kunjungan tersebut belum dapat dikonfirmasi.

Duterte, yang terkenal karena tindakan kerasnya yang menyebabkan ribuan tersangka yang sebagian besar miskin tewas, menyatakan dalam pidatonya tanpa memberikan bukti apapun bahwa Marcos pernah masuk dalam daftar tersangka pengguna narkoba.

"Anda, militer, Anda tahu ini, kami punya presiden yang pecandu narkoba," kata Duterte yang disambut sorak sorai beberapa ribu pendukungnya di wilayah selatan kota Davao.

Badan Pemberantasan Narkoba Filipina mengatakan bahwa Marcos tidak pernah ada dalam daftar tersebut, bertentangan dengan klaim Duterte.

Pada 2021 saat menjadi calon presiden, juru bicara Marcos menunjukkan dua laporan dari rumah sakit swasta dan laboratorium kepolisian nasional yang menyebutkan Marcos dinyatakan negatif menggunakan kokain dan sabu. Kedua orang tersebut juga memiliki perbedaan mengenai kebijakan luar negeri.

Meskipun Duterte membina hubungan baik dengan Presiden China Xi Jinping dan pemimpin Rusia Vladimir Putin semasa menjabat, Marcos terlihat lebih memilih Washington karena sengketa wilayah negaranya dengan China di Laut Cina Selatan. Kehadiran militer AS di Filipina berdasarkan pakta pertahanan tahun 2014.

Marcos menggantikan Duterte pada pertengahan 2022 setelah berkampanye dengan janji untuk mengupayakan perubahan haluan ekonomi setelah pandemi Covid-19 dan membawa persatuan di negara yang telah lama dibebani oleh kemiskinan dan perpecahan politik yang mengakar.

Related

News 178388366930688951

Recent

Hot in week

Ebook

Koleksi Ribuan Ebook Indonesia Terbaik dan Terlengkap

Dapatkan koleksi ribuan e-book Indonesia terbaik dan terlengkap. Penting dimiliki Anda yang gemar membaca, menuntut ilmu,  dan senang menamb...

item