Dunia Terancam 'Hujan Plastik', Indonesia Akan Ikut Kena


Zaman sekarang, manusia juga perlu waspada terhadap kandungan air hujan. Pasalnya, air hujan pun kini mengandung partikel plastik.

Dalam sebuah studi baru-baru ini misalnya, diterangkan bahwa awan pada zaman sekarang memiliki kandungan plastik berukuran mikroskopis yang pada akhirnya akan menyebabkan 'hujan plastik'. Para ahli khawatir partikel yang berukuran kurang dari 5mm itu dapat mengontaminasi hampir semua yang dikonsumsi dan diminum oleh manusia.

Mikroplastik adalah hasil dari melimpahnya polusi plastik yang memadati daratan dan lautan. Sampah plastik terurai menjadi potongan-potongan kecil seiring berjalannya waktu dan menyebar ke atmosfer, tubuh manusia, dan spesies.

Penelitian sebelumnya telah menghubungkan partikel-partikel ini dengan penyakit dan kondisi termasuk kanker, infertilitas, dan gangguan hormon. Sementara penelitian terbaru dari Universitas Waseda di Jepang, untuk pertama kalinya menilai bagaimana mikroplastik mempengaruhi pembentukan awan dan potensi dampaknya terhadap krisis iklim dan kesehatan manusia.

Para peneliti yakin mereka adalah orang pertama yang mendeteksi mikroplastik di udara dalam air awan.

"Jika isu 'polusi udara plastik' tidak ditangani secara proaktif, perubahan iklim dan risiko ekologi dapat menjadi kenyataan, sehingga menyebabkan kerusakan lingkungan yang serius dan tidak dapat diubah di masa depan," kata Hiroshi Okochi, salah satu penulis, dikutip dari The Independent.

Dalam studi tersebut, para peneliti menganalisis air awan yang dikumpulkan dari puncak Gunung Fuji, kaki bukit tenggara Gunung Fuji (Tarobo), dan puncak Gunung Oyama di Jepang, pada ketinggian berkisar antara 1.300-3.776 m.

Tim menemukan sembilan jenis polimer berbeda dan satu jenis karet dalam partikel di udara tersebut. Mereka mengatakan analisis menunjukkan mikroplastik di udara di air dalam awan, utamanya berasal dari laut.

"Ini menyiratkan bahwa mikroplastik mungkin telah menjadi komponen penting dari awan, mencemari hampir semua yang kita makan dan minum melalui 'hujan plastik'," jelas para ilmuwan.

Mereka memperingatkan akumulasi mikroplastik di atmosfer, terutama di kutub, juga dapat mengubah keseimbangan ekologi bumi secara signifikan dan menyebabkan hilangnya keanekaragaman hayati dengan signifikan.

"(Mikroplastik di udara) terdegradasi jauh lebih cepat di bagian atas atmosfer dibandingkan di darat karena radiasi ultraviolet yang kuat, dan degradasi ini melepaskan gas rumah kaca dan berkontribusi terhadap pemanasan global," terang Dr Okochi.

Tim peneliti dari IPB University pada Januari 2022 lalu merilis penelitian bertajuk "The Deposition of Atmospheric Microplastic in Jakarta-Indonesia: The Coastal Urban Area" dalam jurnal Marine Pollution Bulletin.

Berdasarkan riset mereka, setiap tetes air hujan yang turun di Jakarta mengandung mikroplastik berukuran 500-1.000 mikrometer.

Related

Science 6776383734520337453

Recent

Hot in week

Ebook

Koleksi Ribuan Ebook Indonesia Terbaik dan Terlengkap

Dapatkan koleksi ribuan e-book Indonesia terbaik dan terlengkap. Penting dimiliki Anda yang gemar membaca, menuntut ilmu,  dan senang menamb...

item