Mewaspadai Upaya dan Rayuan Pick-Up Artist

Mewaspadai Upaya dan Rayuan Pick-Up Artist

Naviri.Org - Istilah pick-up artist mengemuka akhir-akhir ini, akibat ulah seorang laki-laki bernama David Bond alias David Campbell, yang disebut-sebut menjadi pick-up artist karena dapat mendekati perempuan-perempuan dengan mudah, hingga berhubungan badan dengan perempuan-perempuan tersebut. Apa sebenarnya yang disebut pick-up artist?

Dari kacamata psikologi, aktivitas pick-up artist sebenarnya tak jauh beda dengan strategi pendekatan romantis orang-orang kebanyakan. Yang memisahkan keduanya adalah intensi pick-up artist yang mencari keuntungan dan bahkan mengobjektivikasi sasaran-sasarannya.

Dalam Psychology Today, Dr. Jeremy Nicholson, dengan mengutip Oesch dan Miklousic (2012) dalam “The dating mind: Evolutionary psychology and the emerging science of human courtship”, menjelaskan proses-proses yang dilalui pick-up artist untuk mencapai tujuannya.

Pertama, pick-up artist harus terlihat semenarik mungkin di hadapan sasarannya. Daya tarik awal bisa berasal dari fisik atau cara berkomunikasi: menunjukkan dominasi, keberanian, humor, atau popularitas.

Setelah sasaran tertarik, pick-up artist membangun rasa nyaman dan kepercayaan dalam diri mereka, sehingga melahirkan intimasi. Begitu kepercayaan sasaran berhasil dikantongi, pick-up artist pun semakin mudah menjalin relasi dan melancarkan godaan-godaannya.

Terakhir, godaan atau rayuan yang menjurus ke aktivitas seksual. Menurut riset psikologi, orang akan memiliki ketertarikan seksual lebih tinggi setelah intimasi dan aktivasi sejumlah senyawa kimia di otak seperti oksitosin. Senyawa kimia ini dikenal pula hormon cinta.

Ada anggapan pick-up artist adalah orang-orang misoginis dan didominasi oleh laki-laki. Nyatanya, ada juga perempuan yang mengklaim diri sebagai pick-up artist. Dalam XOJane, Arden Leigh, penulis The New Rules of Attraction: How To Get Him, Keep Him, and Make Him Beg For More, mengisahkan pengalamannya sebagai pick-up artist perempuan. 

Leigh mengatakan, ia sempat menjajal terlibat dalam komunitas pick-up artist laki-laki. Ia belajar teknik-teknik yang dapat diterapkan untuk membuat perempuan tidur dengan si pick-up artist. Alih-alih merasa risi, Leigh justru tertarik mendalami “seni” tersebut.

Salah satu pelajaran itu, Leigh bisa mengendalikan ketertarikan romantis. Ia lantas menerapkan teknik itu kepada seorang pujaan hati yang sebenarnya jauh dari jangkauannya. Seiring waktu, Leigh terus menambah pengetahuannya dengan bacaan panduan dari beberapa penulis. Beberapa laki-laki yang pernah ia pacari mungkin menyangka pesan-pesan yang Leigh kirimkan kepada mereka itu tulus. Padahal, Leigh hanya mengopi apa yang ia baca dari buku-buku panduan pick-up.

Hal lain yang Leigh petik adalah banyak panduan menaklukkan hati laki-laki bersifat simplistis. Terlebih lagi, tulisan-tulisan itu tidak bikin perempuan terkungkung dalam anggapan yang salah.

Sebagai pick-up artist perempuan, Leigh mencoba mendobrak asumsi bahwa hanya laki-laki yang layak membuat pendekatan pertama kali. Ada yang mengamini bahwa laki-laki yang dekat dengan banyak perempuan itu hebat, sementara bila perempuan yang melakukannya akan disebut jalang.

Ia menegaskan, apa yang dilakukannya adalah sebenar-benarnya hal yang ia inginkan. Kendati demikian, terlepas dari argumen tiap pick-up artist, mereka harus siap terkena pandangan negatif yang masih berlaku saat ini, seperti sebutan sebagai si predator. 

Baca juga: Yellow Fever, Ketertarikan Pria Pada Perempuan Asia

Related

News 8933287510398879954

Recent

Hot in week

Ebook

Koleksi Ribuan Ebook Indonesia Terbaik dan Terlengkap

Dapatkan koleksi ribuan e-book Indonesia terbaik dan terlengkap. Penting dimiliki Anda yang gemar membaca, menuntut ilmu,  dan senang menamb...

item