Bisnis Musik Spotify, Makin Populer tapi Terus Merugi

Bisnis Musik Spotify, Makin Populer tapi Terus Merugi

Naviri.Org - Ketika layanan bisnis digital semakin marak, beberapa pemain pun masuk dalam arena untuk bersaing menjadi yang terbaik. Dalam hal itu, kita mengenal beberapa perusahaan yang bersaing di ranah ini, meliputi Apple Music, Guvera, Joox, MelOn, Langit Musik, Deezer, hingga Spotify.

Di Indonesia, Spotify bisa dibilang sangat populer. Kenyataannya, Spotify memang menggarap pasar di Indonesia dengan serius, mengingat besarnya populasi yang ada, sekaligus kedekatan masyarakat Indonesia dengan ponsel pintar serta internet. Tidak hanya di Indonesia, Spotify juga populer di banyak negara, karena iklan-iklan mereka yang masif.

Dengan segala kiprah para pebisnis musik digital, banyak pihak yang kemudian menaruh harapan pada layanan musik streaming. Moda ini dianggap sebagai masa depan industri musik. Apakah benar? Belum tentu.

Mari ambil contoh Spotify, sang raksasa dalam dunia streaming. Pendapatan perusahaan asal Swedia ini memang besar. Pada 2013, mereka menangguk pemasukan sebesar 746 juta euro, atau sekitar 828 juta dolar. Meningkat jadi 1,08 miliar euro atau sekitar 1,1 miliar dolar pada 2014. Dari laporan 2015, pendapatan mereka naik sekitar 80 persen jadi 1,95 miliar euro alias sekitar 2,1 miliar dolar.

Tapi ternyata Spotify juga masih merugi, dan kerugian itu terus meningkat. Jika pada 2013 kerugian bersihnya adalah 55 juta euro atau 61 juta dolar, maka pada 2014 kerugian bersihnya adalah 162 juta Euro, atau sekitar 179 juta dolar. Seperti bisa ditebak, pada 2015 kerugian bersih Spotify kembali naik jadi 194 juta Euro.

Begitu pula dengan yang dialami oleh Guvera. Meski tahun lalu mendapat investasi baru sebesar 72,2 juta dolar, mereka mencatatkan kerugian sekitar 81 juta dolar. Padahal pada 2014, kerugian mereka masih berada di angka 29 juta dolar.

Pengeluaran terbesar tampaknya masih ada pada ranah royalti dan juga distribusi. Hingga sekarang tampaknya para penyedia layanan streaming musik masih mencari langkah yang tepat untuk mencari pemasukan.

"Model langganan saja belum terbukti menguntungkan, dan model gratis juga belum terbukti menguntungkan. Spotify sekarang mencoba menggabungkan keduanya," tulis dua direktur Spotify, Martin Lorentzon dan Pär-Jorgen Pärson dalam laporan keuangan.

"Kami percaya akan semakin dapat pemasukan besar seiring meluasnya jangkauan kami. Karenanya, kami akan terus berinvestasi tanpa lelah untuk produk kami dan juga untuk akselerasi pasar."

Royalti yang diterima artis pun tergantung kepopulerannya. Pembagiannya juga tergantung ketentuan perusahaan. Untuk Spotify, misalkan, pembagiannya adalah 70 persen untuk pemegang hak cipta, dan 30 persen untuk Spotify. Meski dalam situs resminya mereka bilang bahwa Spotify tidak menghitung royalti berdasar tiap play, tapi banyak memang kebanyakan hitungannya memang demikian.

Sekarang, rata-rata royalti yang dibayarkan per stream per lagu adalah 0,006 dolar dan 0,0084 dolar. Dalam laporan Spotify, ada sekitar 5 kategori penjualan dan jumlah royalti yang dibayar.

Jumlah terbesar tentu didapat oleh 'Global Hit Album', yakni album-album yang sedang hits. Sebut saja nama Adele, Taylor Swift, Justin Bieber, atau siapa saja yang sedang ramai wara wiri di televisi. Rata-rata pendapatan mereka dari Spotify adalah 425 ribu dollar per bulan.

Di bawahnya ada nama-nama yang menghuni 'Spotify Top 10 Album' yang royaltinya berkisar 145 ribu dolar per bulan. Paling kecil adalah 'Niche Indie Album' alias album indie yang penggemarnya terbatas. Jumlah royaltinya hanya sekitar 3.300 dolar.

Baca juga: Kini, Spotify Memiliki 70 Juta Pelanggan Berbayar

Related

Music 5112270940819802251

Recent

Hot in week

Ebook

Koleksi Ribuan Ebook Indonesia Terbaik dan Terlengkap

Dapatkan koleksi ribuan e-book Indonesia terbaik dan terlengkap. Penting dimiliki Anda yang gemar membaca, menuntut ilmu,  dan senang menamb...

item