Kejanggalan-kejanggalan Dalam Film Ayat-Ayat Cinta

Kejanggalan-kejanggalan Dalam Film Ayat-Ayat Cinta

Naviri.Org - Ayat-Ayat Cinta bermula dari sebuah novel. Karena heboh, novel itu kemudian difilmkan. Bahkan, kini, muncul sekuel atau lanjutan Ayat-Ayat Cinta, dengan judul Ayat-Ayat Cinta 2. Sama seperti yang pertama, Ayat-Ayat Cinta 2 dimulai dari novel, yang lalu difilmkan.

Ayat-Ayat Cinta yang pertama maupun kedua menceritakan tentang pria bernama Fahri, yang digambarkan sangat sempurna, baik fisik maupun hati. Dia diceritakan seorang pria yang pintar dan berpendidikan, bahkan mendapat pendidikan di luar negeri. Dia juga taat beragama, suka menolong orang lain tanpa pamrih, dan disenangi oleh banyak wanita.

Kesempurnaan sosok Fahri sebenarnya sudah mengundang banyak cibiran. Dan ketika kisah Ayat-Ayat Cinta 2 naik ke layar lebar, aneka cibiran lain semakin berdatangan dari para penonton. Kali ini, yang menjadi sorotan bukan hanya tokoh Fahri yang dianggap terlalu sempurna, tapi juga aneka kejanggalan yang sangat mencolok di dalam film. Berikut ini uraiannya.

Peringatan: artikel ini berisi spoiler! Jika tidak ingin terkena spoiler, sebaiknya berhenti baca sampai di sini.

Ber-setting di Inggris, hampir semua tokoh dalam film itu fasih berbahasa Indonesia... atau berlogat Amerika!

Bertempat di Skotlandia dan Oxford, film Ayat-Ayat Cinta 2 cukup bikin kaget waktu hampir semua karakter digambarkan fasih bahasa Indonesia. Mulai dari mahasiswa di Edinburgh University, pegawai di mini market Fahri, sampai para tetangganya.

Gado-gado Inggris-Indonesia kerap terdengar. Mungkin maksudnya memang untuk mempermudah penonton, tapi sesungguhnya tanpa bahasa dicampur aduk pun film Ayat-Ayat Cinta 2 sudah dilengkapi subtitle.

Penonton pun berisiko dibuat pusing dengan bahasa yang campur aduk ini

Beberapa tokoh yang diceritakan sebagai orang asing, diperankan oleh aktor Indonesia

Hulusi yang diceritakan sebagai mantan preman dari Turki, dan Oma Catarina salah satu tetangga Fahri yang berdarah Yahudi, diperankan oleh aktor Indonesia. Pandji Pragiwaksono dan Dewi Irawan terpilih sebagai pemerannya.

Mungkin aktor tanah air dipilih untuk lebih mengakrabkan penonton dengan cerita. Namun, apakah tak lebih baik memilih para pemeran yang setidaknya berwajah sesuai dengan latar belakang tokoh-tokoh tersebut?

Keira (Chelsea Islan) dan Jason (Cole Gribble) berwajah campuran, walau kedua orang tua mereka bule tulen

Tak jauh berbeda dengan point sebelumnya, kali ini kejanggalan terlihat pada keluarga tokoh Keira dan Jason. Karena kedua orang tua mereka diperankan oleh aktor dengan penampilan sangat Eropa, akhirnya Chelsea dan Cole terlihat kontras.

Mungkin akan lebih masuk akal bila salah satu orang tua Keira dan Jason adalah orang asia. Atau keduanya berdarah campuran juga?

Kekayaan dan kedermawanan Fahri seolah tak ada batasnya, mulai dari biaya kursus Keira sampai membayar rumah tetangga 

Sepanjang film, kita akan menyaksikan rentetan kebaikan Fahri terhadap orang-orang di sekitarnya. Ini memang merupakan teladan yang baik, namun pada satu titik mulai menimbulkan pertanyaan juga.

Diceritakan, Fahri menolong Oma Catarina untuk membeli kembali rumahnya. Selain itu, ia juga mengirim guru biola legendaris untuk mengajar privat Keira.

Fahri juga membiayai tesis sahabatnya, Misbah, mempekerjakan dua orang asisten (satu sopir dan satu pembantu), mengizinkan Jason mengambil apapun yang dia mau di mini-market miliknya, dan menyewa aktor untuk membuat Keira insaf.

Walaupun tujuannya baik, namun skenario ini terlalu berlebihan di kehidupan nyata. Belum lagi dibandingkan dengan biaya hidup di Inggris yang gila-gilaan.

Oma Catarina yang sebelumnya tak akrab dengan Fahri, dan tak pernah bertemu Aisha tanpa cadar, langsung mengenalinya

Sebelumnya, hubungan Fahri dan Oma Catarina tak terlalu harmonis, karena kendala sentimen agama. Namun akhirnya, wanita tua itu bisa akur dengan tetangganya yang berhati malaikat.

Keanehan muncul ketika Oma Catarina bisa mengenali wajah Aisha saat cadarnya dibuka untuk shalat. Padahal dari semua foto, Aisha selalu bercadar, dan Catarina baru dekat dengan keluarga Fahri belakangan saja.

Bahkan sebelum hilang pun Aisha sudah bercadar, mengapa suami dan saudaranya sendiri tak bisa mengenalinya?

Sementara itu, semakin aneh Oma Catarina bisa mengenali Aisha, sementara suami bahkan sepupunya sendiri tak bisa mengenalinya. Logikanya, kalau sudah lama menikah dan bersaudara, bukankah bisa mengenali dari suara dan gesture sehari-hari?

Bahkan sebelum Aisha hilang pun, ia sudah bercadar. Tak ada alasan bagi Fahri untuk tak mengenalinya hanya karena ditutupi cadar.

Demi menghindari identitas terlacak, Aisya menghapus seluruh sidik jarinya dengan membakar tangan. Kemudian Brenda menawarkan proses registrasi status imigran tanpa sidik jari. Mengapa tidak dari awal?

Kan bisa bertanya, apakah ada solusi registrasi tanpa harus mengumpulkan sidik jari. Daripada menyakiti diri sendiri demi menghindari identifikasi seperti itu!

Selain itu, apa iya proses pengurusan status imigran bisa semudah demikian, di tengah suasana keamanan internasional yang bergejolak dan ada masalah pengungsi di Eropa?

Mengapa harus transplantasi wajah Hulya? Mengapa tidak rekonstruksi wajah saja?

Salah satu bagian yang paling janggal adalah bagian transplantasi wajah Hulya ke Aisha. Kenapa tidak rekonstruksi wajah biasa saja? Mengapa harus menjadi Hulya kedua?

Kalau alasannya agar Umar (anak Hulya dan Fahri) bisa melihat wajah ibunya rasanya tak masuk akal. Toh sang bayi tak akan sadar wajah ibu kandungnya yang mana. Belum lagi proses transplantasi yang digambarkan begitu mudah dengan hasil sempurna. Pada praktiknya jelas tidak sesederhana demikian.

Baca juga: Ayat-Ayat Cinta 2, Banjir Kritikan tapi Ditonton Banyak Orang

Related

Film 5387956100663571915

Recent

Hot in week

Ebook

Koleksi Ribuan Ebook Indonesia Terbaik dan Terlengkap

Dapatkan koleksi ribuan e-book Indonesia terbaik dan terlengkap. Penting dimiliki Anda yang gemar membaca, menuntut ilmu,  dan senang menamb...

item