Setengah Abad Yellow Pages, Akhir Kisah Si Buku Telepon

Setengah Abad Yellow Pages, Akhir Kisah Si Buku Telepon

Naviri.Org - Aneka terbitan yang semula menggunakan kertas sebagai bahan baku, kini mulai beralih ke digital. Kenyataan ini tampaknya terus berjalan, dan menggerus banyak terbitan. Mula-mula, banyak koran atau surat kabar yang ambruk, karena makin menurunnya pembeli. Sebagian dari mereka benar-benar tutup, sebagian lain berupaya menyelamatkan diri dengan beralih ke ranah digital.

Seiring dengan itu, terbitan lain semisal tabloid dan majalah juga mengalami hal serupa. Era digital tampaknya terus menggerus mereka, dan terbitan-terbitan itu seperti dipaksa untuk bubar, atau pindah ke ranah digital. Hal serupa terulang. Sebagian media benar-benar hilang, tamat, dan tidak ada lagi lanjutannya, sementara sebagian yang lain pindah tempat di internet.

Ternyata, hal serupa juga terjadi pada Yellow Pages, buku direktori telepon yang telah eksis di dunia selama lebih dari setengah abad. Bagi yang telah cukup besar pada awal 2000-an, tentu mengenal Yellow Pages sebagai semacam kamus berisi nomor-nomor telepon, sehingga memudahkan para pemilik telepon jika ingin menghubungi siapa pun.

Kini, seiring makin meningkatnya penggunaan media digital, Yellow Pages akhirnya menyatakan tidak akan lagi mencetak produknya di kertas per Januari 2018, setelah 51 tahun beroperasi melayani warga dunia untuk urusan nomor telepon penting.

Di era Internet, perusahaan Yell, selaku pemilik Yellow Pages, mengambil keputusan untuk mendigitalkan bisnis secara penuh dan mengakhiri penerbitannya yang telah berjalan lima dekade. Dalam beberapa tahun terakhir ini halaman dari Yellow Pages memang semakin tipis.

Sebelum beralih penuh ke digital, Yell mengumumkan akan mencetak buku pertama dalam edisi terakhir ke kota Kingston pada Januari mendatang. Setahun kemudian, sebuah buku direktori finalnya akan dikirim ke Brighton, kota di mana pertama kali Yellow Pages diterbitkan pada tahun 1966.

"Setelah 51 tahun diproduksi, Yellow Pages telah menjadi kebutuhan pokok rumah tangga dan kami bangga mengatakan bahwa kami masih memiliki pelanggan yang pernah bersama kami dari edisi Yellow Pages perdana di tahun 1966," kata CEO Yell, Richard Hanscott.

Yellow Pages, yang mengusung logo "jari berjalan," selama ini mendapatkan keuntungan dengan menjual iklan baris di bukunya. Iklan baris ini dicetak di atas kertas kuning untuk kebutuhan komersial, berlawanan dengan White Pages yang mendata nomor telepon non-komersial.

Yellow Pages belakangan ini telah kehilangan popularitas mereka di rumah tangga Inggris, negara asal Yell. Namun, sampai saat ini perusahaan tersebut tetap menguntungkan. Di sisi lain, Yell sangat sadar mereka harus berubah karena semakin banyak pebisnis yang juga beralih ke ranah online.

Yell, perusahaan Inggris yang dimiliki oleh Hibu, sekarang memutuskan untuk menyediakan situs web gratis Yell.com sebagai pengganti buku Yellow Pages.

"Seperti banyak bisnis lainnya, Yell telah menemukan bahwa kesuksesan digital menuntut perubahan dan inovasi konstan," lanjut Hanscott. "Kami berkomitmen baik untuk terus membantu bisnis lokal dan konsumen menjadi sukses secara online, sekarang dan di masa depan."

Yell beberapa tahun terkahir ini juga dihadapkan pada masalah lingkungan karena menggunakan kertas dalam jumlah besar, dan ini mendorong adanya kampanye "Say No to Phonebooks" di tahun 2009.

Di saat itu, Yell mengklaim bahwa buku direktori mereka diproduksi dengan cara bertanggung jawab terhadap lingkungan dan 100 persen dapat didaur ulang.

Baca juga: Majalah Rolling Stone Indonesia Berhenti Terbit

Related

News 2050320589356606846

Recent

Hot in week

Ebook

Koleksi Ribuan Ebook Indonesia Terbaik dan Terlengkap

Dapatkan koleksi ribuan e-book Indonesia terbaik dan terlengkap. Penting dimiliki Anda yang gemar membaca, menuntut ilmu,  dan senang menamb...

item