Saat Kecerdasan Buatan Melawan Kecerdasan Manusia

Saat Kecerdasan Buatan Melawan Kecerdasan Manusia

Naviri.Org - Manusia, dengan kemampuan berpikirnya, mampu menciptakan sesuatu yang disebut kecerdasan buatan atau artificial intelligence. Jika melihat kenyataan itu, maka kecerdasan buatan adalah ciptaan manusia. Dengan kata lain, manusia lebih cerdas dari kecerdasan buatan yang diciptakannya. Tetapi, dalam kenyataan, kecerdasan buatan bisa mengalahkan kecerdasan manusia!

Inilah salah satu tonggak penting di dunia teknologi, sekaligus lompatan besar di dunia komputer. Yaitu ketika manusia mampu menciptakan kecerdasan buatan, lalu kecerdasan buatan mampu mengalahkan kecerdasan manusia. Kisah berikut ini bisa menjadi ilustrasi saat kecerdasan buatan melawan kecerdasan manusia, dan menang.

Di bulan Mei 2016, AlphaGo, sebuah artificial intelligence buatan DeepMind, anak usaha Google, sukses mengalahkan pemain catur profesional bernama Ke Jie. Menurut tulisan Ars Technica, Ke Jie kalah setengah poin atas AlphaGo.

Sebelum kekalahan tersebut, Ke Jie mengungkap bahwa ia telah terlebih dahulu mempelajari bagaimana AlphaGo bermain saat kecerdasan buatan itu sukses mengalahkan lawan sebelumnya. Namun, Ke Jie tetap gagal menaklukan AlphaGo. Atas kekalahannya, Ke Jie mengungkapkan bahwa ia “terkejut”, dan menurutnya pertandingan itu “sangat berkesan.”

Ia, sebagaimana dikutip Techcrunch, mengungkapkan bahwa pertandingan antara dirinya dengan AlphaGo, “tidak akan pernah terjadi dalam pertandingan antara manusia melawan manusia.”

Selepas kesuksesan AlphaGo itu, pada Agustus 2017 sebuah bot yang dikendalikan oleh kecerdasan buatan OpenAI yang didukung penuh oleh Elon Musk, sukses mengalahkan gamer profesional bernama samaran Dendi dalam permainan game online bernama Dota 2, dengan tempo kurang dari 10 menit.

Dalam permainan Dota 2 itu, alih-alih bermain fullgame, OpenAI melaksanakan pertarungan 1 lawan 1 hanya menggunakan satu karakter dari 113 karakter yang tersedia bernama Shadow Fiend. Merujuk Ars Technica, dipilihnya permainan 1 lawan 1 bukanlah tanpa sebab. Selain masih memiliki keterbatasan, pertandingan 1 lawan 1 lebih bisa memperlihatkan bagaimana kekuatan antara AI melawan manusia terlihat jelas.

Dalam pertarungan game online antara AI dengan manusia itu, sesungguhnya sang AI tidaklah mengetahui bagaimana cara bermain game Dota 2 (ataupun game lainnya). Namun, selepas mempelajari ribuan jam video permainan game itu memanfaatkan fasilitas awan dari Microsoft Azure, sang AI kemudian mempelajari bagaimana caranya bermain dan memenangi pertandingan.

Bot bertenaga AI bikinan OpenAI itu mulanya hanya bisa berdiri memandangi arena permainan, dan kalah dengan mudah. Namun, setelah 2 minggu belajar, bot bertenaga AI itu sukses mengalahkan pemain Dota 2 profesional.

Dalam dunia game online bernama Dota 2, terdapat turnamen dengan nilai hadiah yang sangat menggiurkan. Turnamen bertajuk “The International” yang digagas oleh Valve bahkan menghadiahi juaranya dengan uang senilai $10 juta. Dan "The International," bukan satu-satunya ajang pertarungan game Dota 2. Tak heran banyak gamer profesional lahir, karena dunia ini secara finansial cukup menjanjikan.

Selain dua AI itu, ada lagi AI-AI lainnya yang telah lebih dahulu hadir. Yang termasuk fenomenal ialah dua buah bot berkekuatan AI bernama Tay dan Zo. Meskipun berakhir cukup menyedihkan, keduanya sebenarnya sukses “menyerap” informasi dari penduduk internet. Tay sukses “menyerap” informasi yang berujung lontaran kalimat seksis di akun Twitternya. Zo sukses pula “menyerap” informasi bahwa Windows merupakan spyware.

Jika kita menilik kesemua kisah-kisah sukses AI di atas, mereka tidaklah diajari tahap-demi-tahap sebagaimana penjabaran algoritma. AI, dalam bahasa yang sederhana, belajar sendiri cara untuk melakukan suatu tugas.

Bot yang bermain game bikinan OpenAI perlu belajar 2 minggu sebelum ia sukses mengalahkan pemain game profesional. Begitu pula AlphaGo. Ia tak serta merta diprogram oleh programer DeepMind untuk mengalahkan permainan Go. Begitu pula Tay yang jelas tak disuruh Microsoft untuk mencuitkan kalimat seksis dan rasis.

Dengan demikian, apa yang dilakukan AlphaGo, OpenAI, Tay, dan beragam AI lainnya di masa ini, bisa dikatakan merupakan lompatan besar dalam dunia komputer.

Baca juga: Kecerdasan Buatan dan Ancaman yang Ditimbulkannya

Related

Technology 315703499045685797

Recent

Hot in week

Ebook

Koleksi Ribuan Ebook Indonesia Terbaik dan Terlengkap

Dapatkan koleksi ribuan e-book Indonesia terbaik dan terlengkap. Penting dimiliki Anda yang gemar membaca, menuntut ilmu,  dan senang menamb...

item