Seruan Hapus Akun Facebook Bergema di Internet

Seruan Hapus Akun Facebook Bergema di Internet

Naviri.Org - Sebagai media sosial yang digunakan banyak orang di dunia, Facebook tentu mendapatkan data-data penggunanya. Di Facebook, para pengguna bahkan menuliskan data-data mereka secara lengkap, karena memang fungsi Facebook adalah mempertemukan orang per orang. Semakin lengkap dan akurat data yang kita isikan, semakin mampu pula Facebook mempertemukan kita dengan orang-orang yang mungkin kita kenal.

Yang jadi pertanyaan, bagaimana Facebook melindungi data-data penggunanya tersebut? Pertanyaan itu telah berulang kali diajukan, dan kini muncul kabar tak sedap, gara-gara terkuaknya skandal pencurian data pengguna Facebook, hingga muncul seruan agar pengguna Facebook menghapus akun mereka di media sosial tersebut.

Sebagaimana dilansir dari BBC, kasus panen data pengguna Facebook yang diduga dilakukan perusahaan konsultan politik Cambridge Analytica tak hanya membuat nilai perusahaan Facebook berkurang US$50 miliar, tapi juga mendorong gerakan untuk meninggalkan layanan media sosial ini.

Tagar #deletefacebook (hapus facebook) ramai sejak Rabu (21/03/2018) pagi, dan berdasarkan data yang disediakan spredfast, tak kurang dari 83.000 cuitan menyinggung tagar tersebut.

Yang meramaikan tagar #deletefacebook di antaranya adalah Brian Acton, salah satu pendiri layanan pesan Whatsapp yang dibeli Facebook senilai US$19 miliar pada 2014. Di Twitter Acton menulis, "Sudah waktunya. #hapusfacebook." Cuitan itu, hingga Rabu malam, dicuit ulang sebanyak 6.700 kali dan disuka oleh lebih dari 13.000 pengguna Twitter.

Selain tagar #deletefacebook, muncul juga tagar senada, #boycottfacebook.

Sorotan ke Facebook berawal ketika mingguan di Inggris, The Observer, menurunkan laporan khusus tentang bagaimana Cambridge Analytica menggunakan data pribadi lebih dari 50 juta pengguna Facebook, untuk mempengaruhi hasil pemilihan presiden Amerika Serikat pada 2016.

Perusahaan konsultan politik yang berkantor di London itu bekerja untuk tim kampanye Donald Trump, yang dalam pilpres Amerika mengalahkan calon Demokrat, Hillary Clinton. Apa yang dilakukan Cambridge Analytica dianggap melanggar aturan karena data dipanen tanpa izin dari pengguna.

Di Inggris, skandal ini mendorong parlemen untuk memanggil bos Facebook, Mark Zuckerberg, tentang bagaimana data pengguna bisa jatuh ke tangan Cambridge Analytica.

Damian Collins, ketua komisi parlemen yang menyelidiki hoaks, mengatakan “saatnya mendengar langsung dari pejabat senior Facebook untuk menjelaskan kegagalan besar ini.”

Di Amerika, para anggota Senat mendesak Zuckerberg memberikan kesaksian di depan Kongres tentang bagaimana Facebook melindungi data pengguna.

Lembaga perlindungan konsumen di Amerika juga dilaporkan ingin menggelar penyelidikan terhadap Facebook, sementara ketua Parlemen Eropa mengatakan Facebook perlu diselidiki untuk mengetahui apakah raksasa media sosial ini menyalahgunakan data pengguna.

Baik Facebook maupun Cambridge Analytica membantah penilaian bahwa mereka melanggar aturan. Facebook mengatakan data dipanen secara sah, namun Cambridge Analytica tidak menghancurkan data ini ketika diminta.

Baca juga: Skandal Cambridge Analytica dan Pencurian Data

Related

News 3576584452432163454

Recent

Hot in week

Ebook

Koleksi Ribuan Ebook Indonesia Terbaik dan Terlengkap

Dapatkan koleksi ribuan e-book Indonesia terbaik dan terlengkap. Penting dimiliki Anda yang gemar membaca, menuntut ilmu,  dan senang menamb...

item