Spinalonga, Neraka Para Penderita Lepra di Yunani

Spinalonga, Neraka Para Penderita Lepra di Yunani

Naviri.Org - Lepra adalah salah satu penyakit yang terkenal di dunia. Bukan hanya karena lepra menjadi penyakit yang berat, namun juga karena adanya anggapan bahwa lepra adalah penyakit yang berasal dari “kutukan Tuhan”. Selama berabad-abad, anggapan semacam itu terus dilestarikan, sehingga penderita lepra pun dikucilkan, dibuang, dan disingkirkan.

Lepra, sebenarnya, berasal dari bakteri yang disebut Mycobacterum leprae. Bakteri itu menyerang kulit dengan ganas, hingga dapat membuat cacat anggota bagian tubuh. Karena latar belakang itulah, orang-orang menjauhi para penderita lepra, karena penyakit itu dinilai menjijikkan sekaligus dikhawatirkan menular. Lebih dari itu, mereka juga menganggapnya sebagai kutukan, dan penderitanya harus dibuang.

Kenyataan semacam itu tentu saja membuat pedih para penderita lepra. Mereka sudah menanggung sakit yang dialami, masih harus mendapati stigma yang sedemikian buruk. Bahkan, di masa lalu, ada koloni khusus yang sengaja dijadikan tempat untuk membuang para penderita lepra, agar menjauh dari masyarakat. Spinalonga adalah salah satunya.

Di Teluk Mirabello, Yunani, terdapat sebuah pulau dengan luas 8.5 hektar bernama Spinalonga. Pulau yang kini tak berpenghuni itu menjadi saksi bisu sejarah kelam tempat para penderita kusta di Yunani diasingkan.

Kebijakan ini dimulai pada 1904. Setelah orang-orang Kreta mengusir orang-orang Turki, mereka menjadikan pulau kecil ini sebagai daerah koloni penderita kusta. Dilansir dari BBC, praktik pembuangan para penderita kusta terus berlanjut dan makin ganas pada 1913 saat wilayah ini masuk bagian Yunani.

Guna memastikan agar kusta tidak menular ke orang lain, para penderita diusir dari rumahnya, dibuang jauh dari kerabat dan keluarga sampai akhirnya berakhir di Spinalonga. Kepemilikan harta benda dan hak-hak sipil mereka juga dilucuti, mulai dari aset properti dan keuangan, sampai identitas diri dan kewarganegaraan mereka pun dicabut. Puncaknya, koloni tersebut dihuni hampir 400 penduduk.

Hidup di Spinalonga sudah seperti di neraka bagi para penderita kusta. Mereka tak hanya dibuang, tetapi pengobatan yang sejatinya bisa meringankan derita sakit tidak pernah diberikan. Adapun dokter yang pergi ke pulau tersebut hanya untuk mengobati orang yang terkena penyakit selain kusta.

Pintu masuk ke terowongan bagi penderita kusta di Spinalonga bahkan dijuluki sebagai “Dante’s Gate” yang merujuk pada neraka, lantaran para korban tidak tahu apa yang bakal terjadi dalam sisa hidupnya di tempat ini.

Ditemukannya pengobatan untuk kusta pada awal tahun 1940-an tak membuat Yunani membubarkan koloni penderita kusta di Spinalonga. Mereka tetap mengoperasikannya sampai 1957.

Seorang ahli dari Inggris mengunjungi pulau tersebut. Ia mulai mengumpulkan laporan yang memberatkan dan mencela peran dokter di pulau tersebut. Terbukti negara gagal memberikan perawatan medis yang tepat dan hunian yang layak, baru pemerintah Yunani secara resmi menutup Spinalonga sebagai daerah buangan.

Beberapa dekade setelah penutupan Spinalonga sebagai koloni penderita kusta pada 1957, pemerintah Yunani pernah membakar segala arsip di pulau tersebut guna menghilangkan jejak. Diperparah dengan para penderita kusta yang masih hidup menolak untuk menceritakan dan berbicara lantang tentang penderitaan mereka.

Penghuni terakhir di Spinalonga adalah seorang imam Gereja Ortodoks Yunani, yang bertugas memberikan pelayanan di daerah tersebut hingga 1962.

Kendati sedikit bekas penghuni Spinangola yang mau menceritakan pengalamannya, ternyata ada satu memoar yang ditulis oleh penderita kusta di Spinalonga, bernama Epaminondas Remoundakis. Ditulis bersama Maurice Born dan diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris dengan judul Lives and Deaths of a Cretan Leper, buku Remoundakis mengungkap pengalaman tragis di Spinalonga.

Jauh sebelum dikenal sebagai koloni penderita kusta, Spinalonga sudah lebih dahulu digunakan sebagai benteng dan arena perebutan kekuasaan wilayah antara Venesia dan Turki.

Di tengah Perang Kreta (1645-1669) antara Venisia dan Kekhalifahan Usmani, warga Venesia memfungsikan pulau ini sebagai benteng pertahanan strategis di Mediterania demi membela Kreta.

Meski pada 1669 pulau Spinalonga masih milik Venesia, tapi pengepungan pada 1715 memaksa statusnya berpindah tangan ke Imperium Usmani. Tentara Venesia meninggalkan Spinalonga, dan 600 orang penghuni pulau itu ditangkap.

Sejak 1715, Spinalonga berada di bawah kendali warga muslim yang banyak bermukim di pulau kecil ini. Desa-desa berkembang sampai pertengahan abad ke-19. Fakta bahwa Spinalonga menampung 1.112 penduduk menjadikannya pusat perdagangan muslim terbesar di teluk Mirabello.

Pecahnya revolusi Kreta 1866 yang diikuti krisis Imperium Usmani beserta daerah-daerah kekuasaannya, membuat nasib Spinalonga kembali jatuh di tangan Kreta yang menjelma sebuah negara. Bertahun-tahun kemudian, Spinalonga ditetapkan sebagai daerah koloni penderita kusta oleh pemerintahan Yunani.

Baca juga: Wajah Perbudakan Manusia, dari Masa ke Masa

Related

World's Fact 3622895642596779208

Recent

Hot in week

Ebook

Koleksi Ribuan Ebook Indonesia Terbaik dan Terlengkap

Dapatkan koleksi ribuan e-book Indonesia terbaik dan terlengkap. Penting dimiliki Anda yang gemar membaca, menuntut ilmu,  dan senang menamb...

item