Bromance, Hubungan Mesra di Antara Dua Pria

Bromance, Hubungan Mesra di Antara Dua Pria

Naviri.Org - Pria maupun wanita hampir bisa dipastikan memiliki teman dekat atau sahabat yang benar-benar cocok dan saling nyaman satu sama lain. Selama ini, jika kita perhatikan, dua wanita yang bersahabat atau berteman dekat tampak sangat mesra. Mereka sering terlihat saling peluk atau saling cium ketika bertemu, dan saling bilang kangen segala macam. Intinya, wanita lebih sering menunjukkan kemesraan dengan teman wanitanya.

Hal berbeda ditunjukkan oleh pria. Ketika pria bertemu sahabatnya, umumnya mereka hanya bersalaman atau menyatakan perasaan sekadarnya. Nyaris tak ada peluk erat apalagi ciuman mesra. Sebegitu jarang pria menunjukkan kemesraan dengan teman prianya, sampai-sampai ada yang mencurigai bahwa kalau dua pria saling mesra, kemungkinan besar mereka gay atau homoseksual.

Padahal, ada kalanya dua teman pria yang sama-sama heteroseksual pun melakukan hal-hal yang bersifat mesra dengan teman prianya. Kenyataan itu makin populer akhir-akhir ini, hingga memunculkan istilah baru, yaitu bromance. Bromance bisa diartikan sebagai hubungan mesra dua pria heteroseksual, yang benar-benar berteman dekat, namun murni hubungan mereka sebatas pertemanan (bukan asmara).

Berkat representasi pertemanan para selebritas laki-laki di media massa, istilah bromance kini menjadi populer di berbagai kalangan, khususnya anak-anak muda.

Dalam buku Reading the Bromance: Homosocial Relationships in Film and Television, Michael DeAngelis mencatat, kata bromance disebut pertama kali oleh editor majalah Skateboard, David Carnie, pada tahun 1990-an. Namun, kata ini baru sering muncul setelah film The 40-Year-Old Virgin yang disutradarai Judd Apatow dirilis pada 2005. Argumen DeAngelis seputar popularitas bromance senada dengan pernyataan Dr. Michael Kimmel, sosiolog dari State University of New York. 

Selain menilai fenomena bromance disokong oleh persahabatan selebritas laki-laki yang ditampilkan media massa, Kimmel berpendapat, kecenderungan laki-laki masa kini untuk menunda pernikahan juga berkontribusi pada definisi ulang pertemanan mereka. Waktu luang para laki-laki lajang kerap dihabiskan dengan sahabat karib sejenisnya, inilah yang lantas meningkatkan intensitas pertemuan dan keintiman mereka.

Sejak lama, ada anggapan bahwa pola pertemanan sesama laki-laki berbeda dengan sesama perempuan. Mereka dikatakan lebih tidak emosional, lebih sedikit berkontak fisik atau menunjukkan intimasi. Selain itu, umumnya pertemanan laki-laki diawali dari adanya kesamaan aktivitas atau minat.

Dalam praktiknya, tidak semua anggapan itu benar. Ada saja laki-laki yang tidak ragu menunjukkan intimasi dengan sahabatnya, memiliki ikatan pertemanan yang begitu kuat, bahkan bisa melebihi eratnya ikatan dengan kekasih.

Paparan media terkait bromance mematahkan stereotip-stereotip pertemanan laki-laki. DeAngelis mencontohkan, saat Lance Armstrong dan Matthew McConaughey digosipkan gay lantaran kedekatan mereka, media mengusung istilah bromance untuk menepis anggapan miring tersebut.

Lewat perspektif yang berbeda, mereka berusaha untuk menunjukkan bahwa ada hubungan sesama laki-laki yang tidak terkait urusan seksual, bahwa tidak ada yang salah dengan intimasi yang terbangun di antara kedua selebritas laki-laki ini.

Contoh lain dari kesuksesan media mempopulerkan bromance adalah ketika Adam Levine tampak beberapa kali mengecup Blake Shelton dalam acara The Voice US, publik tidak langsung menghakimi mereka homoseksual. Keberadaan pasangan masing-masing juga memperkuat penerimaan publik terhadap bentuk interaksi pertemanan mereka.

Ada kalanya pula Adam dan Blake tampak emosional saat membicarakan satu sama lain, tapi apakah publik lantas mengecap mereka kurang maskulin? Tidak juga. Pakem-pakem konvensional bergeser, ekspresi perhatian yang ditujukan laki-laki kepada sahabat sejenisnya pun lebih diwajarkan.

Karena ada anggapan bahwa pertemanan laki-laki tidak emosional seperti perempuan, mereka pun sering diterka tidak banyak menceritakan hal-hal personal kepada sesamanya. Padahal kenyataannya, laki-laki pun merasa nyaman mengobrolkan urusan pribadi kepada sahabat sejenis.

Studi tentang bromance yang dimuat dalam jurnal Men and Masculinities (2017) menunjukkan bahwa 28 dari 30 laki-laki yang menjadi partisipan studi menyatakan mereka lebih senang mendiskusikan persoalan personal dengan teman dekat sesama laki-laki daripada dengan pacar.

Temuan lain studi tersebut ialah keberadaan bromance membantu laki-laki menemukan solusi atas konflik-konflik yang tengah mereka hadapi. Lebih menarik lagi, bromance juga dikatakan lebih memberikan kepuasan dibandingkan relasi romantis.

“Perbedaan mencolok antara relasi romantis dan bromance adalah lebih sedikitnya penghakiman dan batasan dalam diskusi atau mengekspresikan emosi antar-teman laki-laki. Para laki-laki yang menjadi partisipan studi merasa bisa menceritakan rahasia dan sisi tergelap mereka kepada bromance karena tidak ada perasaan akan dihakimi, diolok-olok, atau dianggap berbeda,” papar Adam White dari University of Bedfordshire, co-author studi tersebut, kepada Live Science.

Saat menjalani hubungan dengan pacar, laki-laki merasakan tekanan untuk memenuhi standar-standar tertentu, sehingga mereka menutupi sebagian sisi diri dan emosi mereka.

Memiliki teman dekat seperti bromance yang dapat menerima diri serta membantu keluar dari masalah-masalah adalah keberuntungan yang dimiliki seseorang. Sokongan yang didapat dari bromance pada akhirnya menciptakan efek positif bagi psikis laki-laki, sebagaimana dinyatakan pula dalam studi White.

Baca juga: Erotomania, Delusi Jatuh Cinta yang Mengerikan

Related

Romance 302871789659004041

Recent

Hot in week

Ebook

Koleksi Ribuan Ebook Indonesia Terbaik dan Terlengkap

Dapatkan koleksi ribuan e-book Indonesia terbaik dan terlengkap. Penting dimiliki Anda yang gemar membaca, menuntut ilmu,  dan senang menamb...

item