Ilmuwan Mulai Menemukan Cara Hidup Abadi

Ilmuwan Mulai Menemukan Cara Hidup Abadi

Naviri.Org - Kehidupan manusia dibatasi oleh usia. Standar yang umum adalah 60 tahun, meski sebagian yang lain dapat bertahan hidup sampai 70 tahun, 80 tahun, atau lebih lama lagi. Yang jelas, makin tua usia seseorang, makin menurun pula kekuatan dan kesehatan fisiknya. Karena itu, menjadi tua sekaligus tetap sehat adalah harapan banyak orang.

Kalau memungkinkan, orang tentu ingin dapat hidup sampai 100 tahun, namun tetap memiliki kekuatan fisik yang prima, sekaligus kesehatan yang memadai. Mungkinkah hal itu tercapai? Kini, para ilmuwan mulai menemukan cara untuk mewujudkan keinginan semacam itu. Karenanya, di masa depan, bisa jadi sebagian orang akan dapat hidup abadi, asal memiliki biaya yang cukup.

Berapa kira-kira harga keabadian? Menurut miliarder teknologi Amerika Serikat, Peter Diamandis, 250 juta dollar AS atau setara dengan Rp 3,4 triliun adalah jumlah yang cukup buat investasi awal. Dana sebesar itu dia kumpulkan untuk perusahaan start up bernama Celularity.

Perusahaan itu melakukan penelitian sel punca dari plasenta manusia, untuk meregenerasi jaringan yang rusak. Celularity berambisi "membuat usia 100 tahun layaknya 60 tahun dan menyediakan tingkat estetika, mobilitas, dan kesadaran maksimal buat manusia di hari tua".

Diluncurkan akhir tahun 2017, Celularity menggandeng nama-nama papan atas teknologi AS sebagai investor dan dewan komisaris. Mulai dari bekas direktur Apple, John Sculley, pendiri Oracle Larry Ellison, duo Google Larry Page dan Sergey Brin, hingga pendiri Amazon, Jeff Bezos, yang baru saja didapuk sebagai manusia terkaya di bumi, tertarik dengan hal ini.

Mereka percaya, plasenta menyimpan rahasia usia panjang dan bakal membantu manusia mengalahkan penyakit seperti kanker, alzheimer, atau AIDS.

"Berbagai studi membuktikan, ketika manusia menua, populasi sel punca di organ dan jaringan kita menyusut secara drastis, dan merenggut kemampuan tubuh untuk menyembuhkan diri sendiri," tulis Celularity dalam situsnya. "Dengan memulihkan cadangan sel punca secara berkala, kita bisa menciptakan kelangsungan hidup."

Alasannya, sel punca bisa dikembangkan menjadi berbagai jenis sel, termasuk sel otot atau sel otak. Hal ini menjadi harapan terbesar manusia memperpanjang usia. Saat ini sel punca yang diambil berasal dari embrio manusia yang berusia tujuh hari setelah pembuahan. Sel punca pada usia tersebut menjadi yang paling diincar para ilmuwan, karena sifatnya yang mudah diolah dan fleksibel.

Sayangnya, penelitian sel punca embrio ini banyak dilarang di negara barat. Itu karena pengambilan sel punca embrio bisa mengakibatkan kematian embrio itu sendiri. Dengan kata lain, pengambilan sel punca bayi yang masih dalam kandungan bisa membunuh kehidupan.

Itu pula yang menyebabkan ilmuwan banyak bergantung pada sel punca manusia dewasa yang rapuh dan sulit diolah dengan teknologi yang ada sekarang. Apalagi, sel punca manusia dewasa harus digunakan pada pemberi donor sel sendiri untuk menghindari komplikasi.

Dari hal inilah, Dr. Robert Hariri, pendiri Celularity, melirik plasenta sebagai sumber sel punca. Menurutnya, penelitian sel punca plasenta bisa membuat ongkos terapi menjadi lebih murah. Sebagai perbandingan, saat ini terapi sel punca untuk penyakit kanker dibanderol antara 4,1 hingga 6,8 miliar rupiah. Ongkos pengobatan tersebut menjadi mahal karena dokter harus menggunakan sel punca yang khusus dikembangkan untuk masing-masing pasien.

"Tidak terelakkan bahwa (pengobatan) kanker membutuhkan sel kekebalan tubuh buatan. Rencana kami adalah dengan membuat plasenta sebagai sumber sel kekebalan tubuh, kami bisa mendemokratisasi teknologi ini dengan cara yang sebelumnya mustahil dilakukan," kata Hariri, seperti dilansir CNBC.

Manusia abadi 

Pada akhir Februari silam, Diamandis menulis di sebuah buletin email, "Saya bertanya ke manusia-manusia paling cerdas yang saya kenal tentang prediksi mereka soal teknologi untuk 20 tahun ke depan".

Salah satu prediksi yang dia tulis adalah bahwa manusia "akan mampu mencapai kelangsungan hidup melebihi kecepatan usia untuk kaum terkaya di dunia."

Kelangsungan hidup yang dimaksud adalah tingkat harapan hidup manusia akan meningkat sebanyak satu tahun setiap kali usia bertambah.

"Potensi bisnis penambah angka harapan hidup sekitar 20 hingga 30 tahun, akan sangat besar. Karena pada akhirnya orang akan menggunakan uang hasil jerih payah mereka tidak cuma untuk hidup lebih lama, tetapi juga hidup lebih sehat," kata Diamandis kepada CNBC.

Baca juga: Di Masa Depan, Orang Bisa Hidup Tanpa Bernapas

Related

Science 4394821377739480300

Recent

Hot in week

Ebook

Koleksi Ribuan Ebook Indonesia Terbaik dan Terlengkap

Dapatkan koleksi ribuan e-book Indonesia terbaik dan terlengkap. Penting dimiliki Anda yang gemar membaca, menuntut ilmu,  dan senang menamb...

item