Kota-kota dengan Ongkos Transportasi Termahal di Dunia

Di Balik Bangkrutnya Kelab-kelab Malam di Dunia

Naviri.Org - Di Jakarta, banyak orang yang bekerja di pusat kota, namun tinggal di wilayah pinggiran atau bahkan di kota lain. Misalnya, orang tinggal di Bekasi, namun bekerja di Jakarta. Fenomena semacam itu banyak dialami orang-orang di sana. Karenanya, setiap hari, mereka kerap harus berangkat kerja pagi-pagi sekali, dan pulang saat larut malam, karena lamanya perjalanan.

Karena jarak tempuh yang jauh pula, ongkos transportasi harian pun menjadi mahal. Apalagi untuk pekerja yang tinggal di luar Jakarta. Berdasarkan standar Kebutuhan Hidup Layak buruh Jakarta, ongkos transportasi para pekerja diperkirakan menghabiskan dana sekitar Rp570 ribu setiap bulan.

Itu bukan jumlah sedikit untuk para buruh dengan upah minimum regional DKI Jakarta yang sejumlah Rp3 jutaan. Dengan hitungan itu, berarti buruh DKI Jakarta mengeluarkan sekitar 18 persen dari total pengeluaran hanya untuk transportasi. Artinya, Jakarta termasuk kota dengan ongkos transportasi termahal di dunia.

Situs Slice pernah merilis data tentang kota dengan transportasi publik termahal bagi para pekerja commuter (hunian dan tempat kerja berbeda wilayah). Data ini bersumber dari penelitian Expert Market dan Business Insider.

Peringkat 10 adalah kota Buenos Aires (Argentina). Para pekerja di sana rata-rata mengeluarkan 11 persen dari total pendapatan untuk transportasi. Selanjutnya adalah pekerja di Paris (Perancis) yang mengeluarkan dana 12 persen dari pendapatan per bulan untuk commuting.

Pekerja di London (Inggris) menyisihkan 13 persen total pendapatan untuk transportasi publik. Di kota ini banyak pekerja memilih untuk bersepeda. Namun, moda ini dianggap berbahaya karena cuaca sering buruk dan pengendara yang ugal-ugalan.

Jakarta dengan ongkos transportasi 18 persen dari pendapatan seimbang dengan Madrid (Spanyol) di peringkat keempat. Juaranya adalah Venezia (Italia). Kota air ini membuat para pekerja harus mengeluarkan sekitar 26 persen dari total pendapatan untuk transportasi.

Secara nasional, rata-rata warga Indonesia menghabiskan 12,5 persen pendapatan untuk transportasi. Jumlah ini hanya menempati peringkat kelima di Asia Tenggara. Secara rata-rata, warga Vietnam adalah yang paling banyak mengeluarkan dana untuk transportasi. Angkanya mencapai 18,7 persen dari total pendapatan bulanan.

Sedangkan peringkat kedua adalah Malaysia (rata-rata 17,1 persen). Singapura, yang dikenal negeri mahal, ternyata tak seberapa mahal untuk urusan transportasi pekerja—menempati urutan keempat. Para pekerjanya menghabiskan 14,3 persen dari pendapatan mereka untuk ongkos transportasi.

Meski ongkos transportasinya mahal, apakah Jakarta sudah menyediakan fasilitas yang layak? Jawabannya: Belum.

KRL, yang sering menjadi tumpuan para commuter, masih sering mengalami gangguan. Supir mikrolet, metromini, dan Kopaja kerap ugal-ugalan. Pada 2015, ada 93 kasus kecelakaan yang melibatkan mikrolet, 62 kasus melibatkan metromini, dan 41 kasus melibatkan Kopaja.

Bus Transjakarta? Dari 823 unit bus PT Transjakarta, yang beroperasi hanya sekitar 468 sampai 547 unit. Jumlah ini harus melayani rata-rata 350.000 penumpang setiap hari. Itu pun kurang lebih ada 120 bus yang mogok saban hari.

Para pekerja di Jakarta memang serba salah. Mereka tak mampu beli rumah di dekat kantor sehingga terpaksa tinggal di kota tetangga. Pilihan transportasi sedikit. Ongkosnya termasuk paling mahal di dunia. Namun mereka belum bisa menikmati fasilitas yang nyaman dan aman.

Baca juga: Kota-kota dengan Biaya Sewa Rumah Termahal di Dunia

Related

Insight 327300719627221818

Recent

Hot in week

Ebook

Koleksi Ribuan Ebook Indonesia Terbaik dan Terlengkap

Dapatkan koleksi ribuan e-book Indonesia terbaik dan terlengkap. Penting dimiliki Anda yang gemar membaca, menuntut ilmu,  dan senang menamb...

item