Masalah Pemborosan Uang di Startup, dan Solusinya

Masalah Pemborosan Uang di Startup, dan Solusinya

Naviri.Org - Startup atau usaha rintisan adalah usaha baru yang benar-benar dimulai dari nol. Ditinjau dari prospek masa depan, bisa dibilang startup belum bisa dipastikan bagaimana kelanjutannya, dalam arti tidak ada jaminan berhasil sebagaimana tidak ada jaminan gagal. Meski begitu, ada banyak orang yang tertarik bekerja di startup daripada bekerja di perusahaan yang sudah mapan, yang prospek masa depannya lebih terjamin.

Mengapa banyak orang yang tertarik bekerja di startup? Satu yang menjadi daya tarik di startup adalah kenyamanan dalam bekerja, sesuatu yang mungkin jarang tersedia di perusahaan konvensional atau yang sudah mapan.

Banyak perusahaan baru atau startup yang menawarkan berbagai fasilitas wah, dan juga kesempatan mengembangkan diri. Fasilitas dan tunjangan yang diberikan setidaknya dapat membuat para karyawan tidak perlu memikirkan hal lain, kecuali pekerjaan mereka. Mulai dari tempat olahraga, makan dan minum gratis, tempat bersantai, dan aneka fasilitas yang menggiurkan lainnya.

Para pendiri perusahaan rintisan beralasan, dengan memberikan berbagai fasilitas tersebut mereka menarik dan mempertahankan bakat-bakat terbaik. Lagi pula, para investor beranggapan bahwa biaya yang dikeluarkan seimbang dengan keuntungan yang mungkin dicapai oleh perusahaan rintisan itu.

Akan tetapi, dilansir dari Quartz, kebiasaan boros itu mulai mendapat sorotan.

Michael Moritz, seorang ahli pasar modal yang awalnya mendukung perusahaan Google, dalam artikelnya di harian Financial Times menyebut agar perusahaan-perusahaan teknologi di Amerika Serikat bertindak seperti perusahaan-perusahaan sejenis yang berasal dari Tiongkok.

Atas sarannya itu, Moritz mendapat banyak kritik dari berbagai pihak, karena dianggap terlalu memuji jam kerja di perusahaan-perusahaan Tiongkok yang berat seperti hukuman, dan mengabaikan keseimbangan dalam hidup dan bekerja.

Nyatanya, perusahaan-perusahaan rintisan Tiongkok memang membawa kebiasaan berhemat itu ke rekan-rekan Silicon Valley mereka.

Dalam artikelnya, Moritz mencatat bahwa di perusahaan-perusahaan besar di Tiongkok, Anda tidak akan menemukan kursi kantor seharga 700 dolar AS, atau layar komputer besar.

Anda akan melihat furnitur-furnitur sederhana, dan semua pegawai bekerja dengan laptop. Ruangan-ruangan untuk para karyawan umumnya hanya seluas 8 sampai 10 meter persegi. Bandingkan dengan ruangan untuk karyawan di Silicon Valley yang mencapai dua sampai tiga kali lebih luas.

Kecenderungan perusahaan-perusahaan di Silicon Valley untuk membelanjakan uang untuk diri sendiri bukan sekadar anekdot. Suatu analisis laporan data yang dilakukan oleh Coupa, suatu perusahaan piranti lunak yang mengatur pengeluaran dari 100 perusahaan, menemukan bahwa perusahaan-perusahaan kecil, secara dramatis, mengeluarkan biaya besar untuk pengeluaran individu, seperti makan dan penerbangan.

Tahun lalu, sejumlah perusahaan yang penghasilan tahunannya kurang dari 100 juta dolar AS telah mengeluarkan dana 41 persen lebih banyak untuk tiket pesawat, dan hampir dua kali lebih banyak untuk makan-makan, dibandingkan perusahaan-perusahaan yang menghasilkan 10 miliar dolar AS per tahun.

Situs Ondeck.com, suatu lembaga pembiayaan bagi pengusaha kecil dan menengah yang berpusat di New York, Amerika Serikat, menyebut bahwa pembiayaan perusahaan rintisan adalah sebuah tantangan. Akses pembiayaan merupakan hal yang sangat penting. Semakin rendah pengeluaran, maka arus kas akan semakin baik.

Penulis Small Business Trends, Tom Gazaway, mengidentifikasi beberapa kesalahan umum dalam pembiayaan perusahaan rintisan yang membuat keadaan semakin sulit. Akan tetapi sebenarnya cukup mudah diatasi dengan perencanaan dan pemikiran yang panjang.

Seperti dilansir dari 5 Common Startup Financing Mistakes, menurut Gazaway beberapa poin berikut penting untuk dipikirkan lebih lanjut:
  1. Tetapkan persentase kepemilikan. Pastikan rekan bisnis memiliki catatan perbankan yang baik, karena kredit pinjaman usaha membutuhkan data dari para rekanan juga.
  2. Pisahkan penggunaan kartu kredit untuk penggunaan pribadi dan perusahaan.
  3. Buat rencana penggunaan kartu kredit untuk operasional kantor. Jika tidak, kemungkinan besar akan terjadi pembelanjaan besar-besaran. Ini akan merugikan perusahaan.
  4. Jangan terlalu sering mentraktir para investor. Apalagi kalau mereka merupakan anggota keluarga atau teman dekat.
  5. Bisa jadi para karyawan ingin bekerja di perusahaan rintisan yang royal, akan tetapi sebenarnya mereka hanya akan bertahan jika perusahaan memiliki masa depan. Maka, sedikit berhemat sebenarnya bagus untuk para pemilik dan juga pekerja perusahaan.

Chamath Palihapitiya, seorang pakar pasar modal, mengatakan tidak apa-apa jika mengalami kegagalan. Tetapi jika tidak berani mengulang, dan malah menghabiskan 30 persen dana untuk aneka penganan dan untuk mendekorasi kantor, maka Anda adalah orang bodoh.

Baca juga: Fakta di Balik Kesuksesan dan Kegagalan Startup

Related

Business 5670765704981960773

Recent

Hot in week

Ebook

Koleksi Ribuan Ebook Indonesia Terbaik dan Terlengkap

Dapatkan koleksi ribuan e-book Indonesia terbaik dan terlengkap. Penting dimiliki Anda yang gemar membaca, menuntut ilmu,  dan senang menamb...

item