Sejarah Singkat Stephen Hawking, Sang Genius Abad 21

Sejarah Singkat Stephen Hawking, Sang Genius Abad 21

Naviri Magazine - Jika Albert Einstein dianggap sebagai sosok genius abad 20, Stephen Hawking adalah ilmuwan genius abad 21. Sama seperti Einstein yang wajah serta foto-fotonya sangat populer, Hawking juga menjadi ikon dunia intelektual yang sosoknya mudah dikenali.

Stephen Hawking, yang meninggal pada 14 Maret 2018, merupakan salah satu fisikawan teoritis paling ternama dalam sejarah. Karyanya mengenai asal-usul dan struktur alam semesta merevolusi fisika menjadi yang kita kenal sekarang.

“Belum pernah ada ilmuwan setelah Albert Einstein (selain Hawking) yang bisa memikat imajinasi publik, dan mendekatkan dirinya dengan puluhan juta manusia di seluruh dunia,” kata Michio Kaku, profesor fisika teoritis di City University of New York, seperti dilansir dari New York Times.

Hawking lahir di Inggris pada 8 Januari 1942. Dia mempelajari ilmu fisika di University College, walaupun ayahnya memintanya belajar pengobatan. Setelah lulus, dia meneliti kosmologi di Cambridge University.

Pada awal 1963, Hawking yang saat itu akan berulang tahun ke-21, didiagnosis mengidap amyotrophic lateral sclerosis (ALS) atau penyakit Lou Gehrig. Dia sempat dikira hanya akan bisa bertahan hidup selama dua tahun, tetapi nyatanya bisa hidup hingga usia 76 tahun.

Namun, penyakit ALS yang diderita Hawking bukan tanpa dampak. Ia perlahan-lahan kehilangan kemampuan untuk bergerak, dan harus memakai kursi roda. Pada 1985, Hawking harus menjalani operasi trakeostomi, yang membuatnya kehilangan kemampuan untuk berbicara.

Untungnya, sebuah alat yang dibuat oleh Cambridge University membantunya untuk berkomunikasi. Hawking bisa memilih kata-kata hanya dengan menggerakan otot pada pipi.

Seorang genius 

Penyakit tidak mematahkan keinginan Hawking untuk mengeksplorasi alam semesta. Selama kariernya, Hawking mencoba menguak misteri alam semesta. Dia pun berhipotesis bahwa jika alam semesta memiliki awal, yaitu Big Bang, maka ia akan memiliki akhir.

Hawking bekerja sama dengan pakar kosmologi Roger Penrose dan mendemonstrasikan Teori Relativitas Umum Albert Einstein yang menunjukkan bahwa ruang angkasa dan waktu dimulai pada kelahiran alam semesta, dan berakhir dengan lubang hitam.

Memadukan teori Einstein dan teori kuantum, Hawking menemukan bahwa lubang hitam tidak hanya diam. Lubang hitam justru berdesis, mengeluarkan radiasi dan partikel, sebelum akhirnya meledak dan menghilang.

Ketika menyadari hal itu, Hawking sempat tidak memercayainya. Namun, semua kalkulasinya kembali ke hasil yang sama.

Hasil tersebut kemudian dipublikasikan pada 1974, dalam artikel berjudul “Ledakan Lubang Hitam?” di jurnal Nature, dan memunculkan konsep baru bernama radiasi Hawking.

Pada 2014, Hawking merevisi teorinya, dan menyatakan bahwa lubang hitam tidak ada, setidaknya lubang hitam yang kita kenal secara tradisional. Dalam teori baru yang kontroversial ini, Hawking tidak mengakui adanya horizon peristiwa atau batas lubang hitam. Sebaliknya, dia berkata lubang hitam memiliki horizon yang akan berubah menurut perubahan kuantum.

Selain itu, Hawking juga mengklaim bahwa alam semesta tidak memiliki batas. Walaupun jumlah planetnya terbatas, seseorang bisa mengelilingnya tanpa batas, dan tidak akan pernah bertemu dinding.

Dalam media populer 

Selain seorang ilmuwan, Hawking juga penulis buku populer. Buku pertamanya yang dipublikasikan pada 1988, dengan judul A Brief History of Time, telah terjual lebih dari 10 juta kopi. Dalam buku tersebut, Hawking mencoba mengomunikasikan pertanyaan-pertanyaan tentang kelahiran dan kematian alam semesta.

Selain A Brief History of Time, Hawking juga menulis berbagai buku nonfiksi untuk masyarakat awam, dengan judul A Briefer History of Time, The Universe in a Nutshell, The Grand Design, dan On the Shoulder of Giants. Bersama putrinya, Lucy Hawking, dia menulis buku fiksi tentang penciptaan alam semesta untuk remaja. Salah satu dari buku ini berjudul George and the Big Bang.

Di luar pena dan kertas, Hawking juga tampil beberapa kali di televisi, termasuk berperan sebagai dirinya sendiri di salah satu episode Star trek: The Next Generation dan Big Bang Theory. Ia juga pernah memiliki acara miniseri edukasi berjudul Stephen Hawking’s Universe.

Dia juga pernah muncul dalam The Simpsons dan iklan situs pembanding asuransi, GoCompare. Suaranya dalam iklan tersebut kemudian digunakan Pink Floyd untuk lagu mereka, berjudul Keep Talking.

Terakhir, dan mungkin paling dikenal masyarakat Indonesia, adalah film berjudul The Theory of Everything yang membuat Hawking merefleksikan kehidupannya kembali.

Dalam akun Facebook-nya, Hawking menulis pada 2014, “Walaupun aku cacat parah, aku telah sangat sukses di bidangku. Aku telah berkelana jauh dan pernah ke Antartika dan Easter Island, turun ke dalam kapal selam dan naik ke penerbangan tanpa gravitasi. Suatu hari, aku berharap bisa ke luar angkasa.”

Baca juga: Buku-buku Stephen Hawking yang Terbit Dalam Bahasa Indonesia

Related

Insight 336231977135766827

Recent

Hot in week

Ebook

Koleksi Ribuan Ebook Indonesia Terbaik dan Terlengkap

Dapatkan koleksi ribuan e-book Indonesia terbaik dan terlengkap. Penting dimiliki Anda yang gemar membaca, menuntut ilmu,  dan senang menamb...

item