Ini Penyebab Harga BBM Terpengaruh oleh Nilai Dollar

 Ini Penyebab Harga BBM Terpengaruh oleh Nilai Dollar

Naviri Magazine - Harga bahan bakar minyak, baik premium, solar, maupun pertamax, yang dikonsumsi masyarakat, berbeda dengan harga minyak yang ditulis di berita-berita, yang biasanya dinyatakan dalam dollar per barel.

Harga minyak yang tertera pada berita adalah bahan dasar dari produk-produk bahan bakar kendaraan kita. Jadi setelah melewati proses penyulingan minyak mentah yang diekstrak dari dalam bumi, diolah supaya bisa digunakan sebagai bahan bakar kendaraan.

Di Indonesia, cara penghitungan harga pokok produksi ditetapkan oleh PT Pertamina (Persero). Harga pokok produksi (HPP) inilah yang nantinya akan menjadi patokan harga jual dan juga subsidi.

Vice President Corporate Communication Pertamina, Ali Mundakir, menjelaskan, pemerintah telah mematok harga penjualan BBM di tanah air berdasarkan patokan minyak mentah Indonesia (Indonesian Crude Price/ICP). Harga ICP sedikit berbeda dengan harga acuan minyak mentah global, yaitu WTI dan Brent.

Beberapa faktor yang mempengaruhi harga BBM di dalam negeri adalah jumlah lifting minyak (produksi dalam negeri), kapasitas pengolahan (penyulingan), nilai tukar rupiah terhadap dollar AS, dan juga biaya transportasi.

Indonesia mengonsumsi bahan bakar dengan jumlah yang lebih besar dari yang bisa dipenuhi oleh produksi minyaknya. Karena itulah Indonesia saat ini merupakan importir bersih minyak mentah, padahal dulunya Indonesia sempat bergabung dalam OPEC menjadi eksportir minyak.

Karena itulah pemerintah sangat menginginkan agar lifting minyak mentah bisa ditingkatkan. Menurut data saat ini, kemampuan lifting minyak di Indonesia masih jauh dari target APBN di 870 ribu barel per hari.

Sebagai ilustrasi, saat ini lifting minyak sekitar 800 ribu barel per hari. Menurut Ali, hanya 85 persen hasil lifting minyak yang bisa diolah menjadi BBM. Jadi dari 800 ribu barel tersebut yang bisa diolah menjadi BBM sekitar 680 ribu barel.

Dengan kebutuhan dalam negeri yang mencapai 1.3 juta barel per hari, Pertamina harus mengimpor minyak mentah sebanyak 320 ribu barel. Kapasitas produksi penyulingan dalam negeri hanya sebesar 1 juta barel per hari. Sisanya, sekitar 300 ribu barel, diimpor dalam bentuk BBM jadi (sudah diolah).

Dengan kapasitas penyulingan yang minim, impor minyak mentah dan BBM menjadi sebuah keniscayaan. Karena itulah nilai tukar rupiah menjadi sangat penting dalam menentukan harga pokok produksi BBM. Jika rupiah melemah terhadap dollar, artinya dibutuhkan biaya yang lebih besar untuk impor, sehingga HPP akan mengalami kenaikan. Demikian pula jika rupiah menguat, maka HPP akan turun.

Related

Business 5157340452894604054

Recent

Hot in week

Ebook

Koleksi Ribuan Ebook Indonesia Terbaik dan Terlengkap

Dapatkan koleksi ribuan e-book Indonesia terbaik dan terlengkap. Penting dimiliki Anda yang gemar membaca, menuntut ilmu,  dan senang menamb...

item