Xuan Zang, Biksu Penjelajah Paling Terkemuka Dalam Sejarah (Bagian 6)

Xuan Zang, Biksu Penjelajah Paling Terkemuka Dalam Sejarah

Naviri Magazine - Uraian ini adalah lanjutan uraian sebelumnya (Xuan Zang, Biksu Penjelajah Paling Terkemuka Dalam Sejarah - Bagian 5). Untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik dan urutan lebih lengkap, sebaiknya bacalah uraian sebelumnya terlebih dulu.

Kembali ke tanah kelahiran

Setelah menyaksikan perayaan di Prayag, Xuan Zang tinggal selama 10 hari lagi bersama Harsha, dan kemudian melanjutkan perjalanan kembali ke Cina. Untuk memastikan keamanan dan keselamatan Xuan Zang di perbatasan, Harsha memberinya pengawalan pasukan yang dikepalai oleh Kumara-raja.

Ia kembali ke Cina melalui arah yang berlawanan dengan arah kedatangannya ke India, yaitu melalui Jalandhar, Takkasila, dan Nagarahara. Kemudian melewati Hindu Kush, ia memasuki Afghanistan utara. Berjalan ke arah barat laut, ia sampai di Badakshan, dan menelusuri pegunungan dan lembah Pamirs, melewati beberapa kota di Tajikistan.

Setelah melewati barisan Sarykol yang membentuk perbatasan antara Cina dan Tajikistan, Xuan Zang sampai di Kashgar di provinsi Xinjiang. Dari Kashgar, ia berjalan ke Yarkand dan Khotan. Tiba di Khotan, 16 tahun setelah pertama kali ia berangkat, rombongan Xuan Zang tinggal tujuh orang.

Perjalanan Xuan Zang ke India untuk mendapatkan kitab suci agama Buddha dan belajar Buddha Dharma dari orang-orang bijaksana di sana sungguh mengagumkan, mengingat ia melakukan perjalanan jauh tersebut hanya dengan berkuda atau jalan kaki.

Selama perjalanannya, Xuan Zang telah mengunjungi lebih dari 130 negeri/kerajaan, yang kebanyakan adalah negeri-negeri kecil yang belum dipersatukan.

Di Xinjiang, Xuan Zang menulis surat kepada Kaisar Tang, yang menggambarkan detail perjalanannya, dan memohon izin untuk kembali ke tanah kelahirannya. Pada musim gugur, ketika dedaunan berubah menjadi merah, surat tersebut sampai di ibukota Chang An, hanya untuk dikirim kembali ke Luo Yang, di mana kaisar sedang mempersiapkan diri untuk menyerang Liao Dong.

Kaisar sangat terkesan dengan kisah perjalanan Xuan Zang. Terlebih lagi, pada waktu itu kaisar membutuhkan informasi tentang negeri-negeri di sebelah barat Cina. Seperti yang kita ketahui, bangsa Gokturks terus-menerus menyerang perbatasan barat, memaksa pemerintah menutup jalan ke barat, sehingga menyebabkan hubungan dengan negeri-negeri di barat terputus.

Kejayaan Jalan Sutra dan pengaruh besar Cina yang dulu pernah sampai ke negeri-negeri barat kini tinggal sejarah. Kaisar mengetahui bahwa pengetahuannya tentang negeri-negeri di sebelah barat sekarang tidak cukup. Kembalinya Xuan Zang dari barat merupakan kesempatan emas bagi kaisar untuk meningkatkan pemahamannya atas negeri-negeri tetangga.

Demikianlah, kaisar sendiri yang menulis surat balasan kepada Xuan Zang, yang menyambut kepulangannya ke Chang An.

Setelah mendapat surat balasan dari Kaisar Tang, ia meninggalkan Khotan dan melewati gurun Takla Makan, lalu tiba di Dunhuang. Setelah berdiam beberapa lama di Dunhuang, ia kembali ke Chang An (Xian) pada tahun 645, di mana ia mendapat sambutan dan penghormatan besar dari para pejabat dan para bhikshu.

Beberapa hari kemudian, kaisar mengundang Xuan Zang ke istana, di mana Xuan Zang dengan tenang dapat menjawab semua pertanyaan tentang perjalanan dan pengalamannya.

Sangat terkesan dengan pengetahuan dan kebijaksanaan Xuan Zang, kaisar memintanya menjadi pejabat kerajaan. Tentu saja ini ditolak Xuan Zang, karena ia ingin memfokuskan diri menerjemahkan kitab-kitab suci yang ia bawa pulang, dan menyebarkan ajaran Buddha di Cina.

Namun demikian, mengetahui keinginan kaisar untuk memperluas pengaruhnya ke negeri-negeri di sebelah barat, Xuan Zang berjanji akan menulis uraian kisah perjalanannya ke India, lengkap dengan aspek politik, ekonomi, budaya, geografis, dan aspek lain dari negeri-negeri yang ia kunjungi.

Maka, terciptalah buku catatan perjalanan Xuan Zang, yang berjudul "Perjalanan ke Barat pada Masa Dinasti Tang Agung", yang terdiri atas 12 volume dan 100.000 kata (lebih dikenal dengan judul "Catatan Tang Agung tentang Negeri-Negeri Barat").

Saat ini, buku itu menjadi sumber sejarah yang sangat berharga tentang keadaan negeri-negeri di Asia Tengah pada abad ke-6 M, dan hubungannya dengan Cina saat itu. (Bedakan buku ini dengan novel "Perjalanan ke Barat" yang ditulis pada masa dinasti Ming dan mengisahkan perjalanan Xuan Zang ke India bersama tiga muridnya.)

Dari hasil perjalanannya ke India, Xuan Zang telah berhasil membawa barang-barang berikut: 115 butir relik Sang Buddha, 6 buah patung Buddha, 124 kitab atau sutra Mahayana, dan kitab-kitab lain sampai berjumlah 657 kitab yang dibawa 22 ekor kuda.

Untuk menunjukkan rasa terima kasihnya, kaisar Tang dan ayahnya membantu Xuan Zang dalam upayanya menerjemahkan kitab suci agama Buddha, dengan menyediakan sumber daya manusia, termasuk para bhikshu terkemuka pada masa itu, dan semua perlengkapan tulis yang dibutuhkan. Ditambah lagi, sebuah pusat penerjemahan, Menara Da Yan, dibangun.

Di sanalah Xuan Zang dan para pembantunya secara teratur menerjemahkan 73 kitab Buddhis, semuanya ada 1.335 volume, dari bahasa Sanskerta ke bahasa Mandarin. Selain itu, ia juga menulis buku Cheng Wei Shi Lun, sebuah komentar atas teks-teks yang diterjemahkannya. Di sini, Wei Shi berarti "Hanya Kesadaran", yaitu filosofi dasar dalam aliran Yogacara.

Berdasarkan pemikiran aliran Yogacara, ia juga mendirikan aliran Fa Xiang yang populer selama masa hidup Xuan Zang dan para muridnya, namun berangsur-angsur menghilang ditelan waktu setelah kematian mereka.

Pada usia 63 tahun (sekitar tahun 664), disebabkan karena gangguan kesehatan yang timbul dari terlalu keras bekerja dan kelelahan, Xuan Zang meninggal dunia di vihara Yu Hua di Chang An. Lima tahun kemudian, menara pemakaman di Gunung Zhong Nan dapat diselesaikan, dan jenazah Xuan Zang dipindahkan ke sana dengan upacara besar.

Sayangnya, setelah menara tersebut dihancurkan karena perang dan selama berabad-abad kemudian, sisa-sisa tubuh Xuan Zang secara bergantian ditemukan dan hilang lagi karena perang.

Pada abad ke-20, ketika Jepang menyerang Cina, mereka menemukan sisa-sisa tubuh Xuan Zang di Nanking, yang terdiri atas sepotong tulang dan sebuah tas abu, dan berencana untuk membawanya ke Jepang.

Pada akhirnya, setelah banyak negosiasi, sisa-sisa tubuh Xuan Zang dibagi menjadi 5 bagian, di mana satu bagian disimpan di Jepang dan sisanya disimpan di berbagai vihara dan museum di Cina. Bahkan sampai hari ini, Xuan Zang masih merupakan tokoh yang dihormati dalam sejarah dunia pada umumnya, dan dalam agama Buddha Mahayana pada khususnya.

Ajaran Xuan Zang

Tidak dapat dipungkiri lagi bahwa Xuan Zang tidak hanya mempengaruhi Cina melalui kisah perjalanannya yang menakjubkan dan penuh rintangan, melainkan juga dengan pemikiran dan ajarannya, khususnya dalam pengaruhnya terhadap agama Buddha di Cina.

Beberapa pokok ajaran Xuan Zang yang bisa kita baca dari bukunya, Cheng Wei Shi Lun, adalah sebagai berikut:

• Metode-metode ajaran Buddhis memerlukan logika.

• Gagasan metafisik seperti sifat Kebuddhaan dan Tathagata-garbha (benih Kebuddhaan dalam semua makhluk) dapat mengaburkan makna ajaran dasar Buddha.

• Yang Mutlak dalam agama Buddha, seperti kedemikianan dan dharma yang tidak berkondisi, adalah tidak nyata, melainkan hanya ciptaan konseptual secara bahasa.

• Hanya yang bersifat sementara dan menghasilkan akibat yang dapat terlihat adalah "nyata" (dravya); "nyata" berlawanan dengan "tidak nyata" atau "nominal" (prajnapti).

• Kemungkinan pencapaian spiritual seseorang dibentuk oleh kombinasi benih karma yang melekat dan yang diperoleh, yang selanjutnya harus diupayakan agar dapat berbuah.

• Tidak ada pertentangan antara ajaran Madhyamika dan Yogacara.

Baca lanjutannya: Xuan Zang, Biksu Penjelajah Paling Terkemuka Dalam Sejarah (Bagian 7)

Related

History 1858904954319628503

Recent

Hot in week

Ebook

Koleksi Ribuan Ebook Indonesia Terbaik dan Terlengkap

Dapatkan koleksi ribuan e-book Indonesia terbaik dan terlengkap. Penting dimiliki Anda yang gemar membaca, menuntut ilmu,  dan senang menamb...

item