Kisah Gempa Bumi Dahsyat yang Pernah Menghancurkan Jepang

Naviri Magazine - Gempa bumi itu dinamai “Gempa Kanto”, sesuai nama dataran Jepang, Kanto, yang terbentang antara Tokyo dan Yokohama. Gempa dimulai pada tengah hari, dan kekuatannya yang 7,9 hingga 8,3 Skala Richter itu memiliki efek yang lebih besar dibanding ledakan nuklir sebanyak satu megaton.

Setelah gempa itu terjadi pada 1 September 1923, tiga hari berikutnya gempa muncul susul menyusul, dan sebanyak 1.700 gempa bumi terus menghantam wilayah Tokyo dan Yokohama, sehingga akibat kerusakannya benar-benar parah. Gempa awal saja telah menghancukan 70 persen gedung-gedung di Tokyo, sementara 20 persen gedung di Yokohama roboh dan rusak.

Yang menjadikan efek bencana gempa itu makin mengerikan adalah adanya tangki-tangki minyak dalam skala raksasa yang ada di pantai Yokohama. Ketika gempa itu terjadi, gedung minyak itu hancur dan minyak yang ada di dalamnya mengalir kemana-mana, lalu menciptakan api.

Seiring dengan itu, angin kencang yang datang bersama gempa membawa api kemana-mana, sementara bangunan rumah penduduk di masa itu masih menggunakan konstruksi kayu, sehingga praktis wilayah Yokohama menjadi lautan membara.

Selama tiga hari Tokyo dan Yokohama terus diserang gempa dan badai api, sementara bangunan yang hancur terus bertambah. Ketika gempa telah berhenti dan api berhasil dipadamkan, hampir 80.000 rumah hancur rata dengan tanah, 200.000 orang mengalami luka-luka, 500.000 orang kehilangan tempat tinggal, dan 200.000 orang telah tewas, baik karena reruntuhan gempa atau terbakar.

Efek geologis permanen yang diakibatkan gempa itu juga cukup mencengangkan. Di tengah-tengah teluk Sagami yang menjadi pusat gempa, dasar laut telah menurun ketinggiannya sekitar 90 sampai 180 meter akibat gempa bumi tersebut, sementara dasar laut di ujung teluk naik setinggi 230 meter.