Kisah Ibu yang Patah Hati di Balik Legenda Danau Kawar di Medan

Kisah Ibu yang Patah Hati di Balik Legenda Danau Kawar di Medan

Naviri Magazine - Danau Kawar atau Lau Kawar merupakan salah satu objek wisata yang ada di Kabupaten Karo, dengan luas sekitar 100 hektar. Jaraknya dari kota Medan sekitar 85 Km.

Dulu, objek wisata ini ramai dikunjungi wisatawan domestik dan mancanegara. Tapi 10 tahun terakhir kelihatannya sudah kurang terawat, dan jarang dikunjungi para wisatawan, kata Kristian Sukatendel, mengomentari keadaan Danau Lau Kawar yang jadi kebanggan masyarakar Karo ini.

Konon, menurut ceritanya, Danau Lau Kawar berasal dari lokasi sebuah perkampungan yang bernama Kawar.

Penduduk desa itu pada umumnya bekerja sebagai petani, sebagaimana warga lainnya di Tanah Karo. Hasil pertanian masyarakat selalu berlimpah ruah karena tanahnya cukup subur. Para petani tidak memakai pupuk atau obat-obatan seperti sekarang.

Singkat cerita, tibalah musim panen padi. Seluruh warga gembira melihat hasilnya menguning bernas. Demikian juga kepala desa Lau Kawar; ia memiliki kebahagiaan tersendiri, mengingat ladangnya cukup luas. Apa yang diharapkan penghulu desa selama ini ternyata telah dikabulkan Tuhan pada tahun itu.

Sebagai ucapan syukur kepada Tuhan, penghulu (kepala) Desa Kawar menyelenggarakan pesta Gendang Guro-guro Aron di ladang tersebut, selama empat hari-empat malam. Seluruh warga di undang berpesta pora dengan luar biasa meriah.

Dapat dimaklumi, karena yang mengundang adalah penghulu desa, maka tidak ada seorang pun yang berani menolak, kecuali seorang wanita karena telah lanjut usia, dan dia adalah ibu kandung si penghulu Desa Kawar yang menyelenggarakan pesta itu.

Wanita tersebut tinggal sendirian di rumah, seluruh anak dan cucunya pergi. Bertalu-talu sayup-sayup suara gendang sesekali terdengar dari tempat wanita itu terbaring. Sekitar pukul satu siang, acara menari dihentikan, karena tiba waktu makan siang.

Penghulu dan warga desa makan dengan lauk pauk yang mewah dan berkelimpahan. Lembu dan kambing serta ayam dipotong, semua kenyang, puas, dan gembira. Ini baru hari pertama. Setelah istirahat sebentar, acara menari dan menyanyi dilanjutkan kembali dengan dipandu anak penghulu desa.

Saat menari menjelang sore, penghulu desa memanggil anak yang masih kecil dan lugu. Rupanya dia teringat ibunya yang tinggal sendirian di rumah, dan belum ada yang mengantar nasi untuk makan siang. Nasi dengan lauk pauk yang cukup dipersiapkan. Anak penghulu yang masih lugu dan kecil tadi disuruh mengantarkan ke rumah neneknya.

Namun, nasib malang menimpa si nenek. Sudah tidak ingat mengantar nasi pada waktunya, malah nasi yang diantar cucunya di tengah jalan bungkusannya dibuka, dan seluruh daging dimakan, serta tulang belulangnya kembali dimasukkan sang cucu ke dalam bungkusan dan dikemas kembali seperti semula.

Sekalipun nasi untuk makan siang menjelang sore baru tiba, sang nenek masih mampu tersenyum melihat sang cucu datang membawa bungkusan. Begitu bungkusan diterima, si cucu pun kembali menuju ladang.

Wanita tua itu pun dengan susah payah bangun dari pembaringan, agar bisa makan. Begitu bungkusan dibuka, si nenek terkejut karena yang ada di dalam hanya tulang belulang. Lama si nenek tercengang menatap bungkusan itu, tak sadar air matanya jatuh membasahi pipinya yang sudah keriput.

Hati nurani nenek pun memberontak tak terbendung. Dia menangis terisak, "Aku yang melahirkan dan membesarkanmu, kau telah mendapat kedudukan terhormat, ternyata kau tidak menghormati orangtua sendiri.”

Tak lama kemudian, sumpah nenek yang malang itu pun terkabul. Embun gelap mulai menutup langit, seakan hari mulai malam.

Kilat dan guntur bergemuruh sambung menyambung. Seluruh warga yang berpesta meriah mulai panik, terlebih-labih hujan mulai turun dengan deras. Pesta pun mulai bubar, seluruh penduduk lari mencari tempat berteduh.

Hujan tiada peduli, selama tujuh hari tujuh malam deras tiada henti, air bah pun terjadi. Desa Kawar yang persis terletak di bawah gunung Kaki Sinabung itu pun tenggelam. Seluruh harta benda tidak ada yang terselamatkan. Desa Kawar telah berubah wujud menjadi sebuah danau, yang sekarang disebut Danau Lau Kawar.

Related

Mistery 2111590845516946842

Recent

Hot in week

Ebook

Koleksi Ribuan Ebook Indonesia Terbaik dan Terlengkap

Dapatkan koleksi ribuan e-book Indonesia terbaik dan terlengkap. Penting dimiliki Anda yang gemar membaca, menuntut ilmu,  dan senang menamb...

item