Misteri Penyembah Lucifer, Sekte Pengabdi Setan, di Kolombia

Naviri Magazine - Apa yang pertama terlintas dalam benak ketika mendengar satanisme? Gelap, ngeri, kelam? Sebagian besar dari kita akan membayangkan hal-hal semacam itu. Terlebih bila kita masih memiliki agama, dimana setan merupakan musuh terbesar manusia.

Namun apa jadinya, bila ada orang di luar sana, yang malah menyembah setan dan menjadikannya tuhan?

Victor Damian Rozo adalah orangnya. Diketahui, pria tersebut merupakan pendiri sekte penyembah Lucifer yang menganut paham satanisme.

Setanisme, satanic, saetanism, secara singkat dapat diartikan sebagai penyembahan setan dan menjadikannya sebagai tuhan. Selain menolak tuhan, dan semua agama dan nilai keagamaan, gerakan ini memiliki ajaran melaksanakan hal-hal yang oleh agama dianggap berdosa. Setanisme juga menerima setan, lambang kejahatan, sebagai pemimpin dan pembimbing.

Victor adalah imam utama gereja setan yang ia dirikan bernama Iglesia Luciferina. Gereja tersebut terbuka untuk umum di Quimbaya, Kolombia. Mungkin ada baiknya kita menilik sekilas tentang Gereja Setan.

Gereja Setan (Church of Satan), seperti yang diungkapkan pada buku The Satanic Bible yang ditulis pada 1969 oleh Anton LaVey, adalah sebuah organisasi yang berdedikasi pada penerimaan jasmaniah manusia (Man's carnal self).

Victor berasal dari keluarga yang ‘spiritual’. Ibu dan kakeknya adalah ahli spiritual. Victor merupakan pria biasa, hingga suatu malam dia mendapat mimpi.

Dalam mimpi tersebut, ia mengaku bertemu malaikat yang memilihnya sebagai anak Lucifer, dan menyuruhnya mengumpulkan massa karena akan ada rencana dari Lucifer.

Pria yang selalu terlihat ramah ini mengklaim bahwa gereja miliknya merupakan yang pertama di dunia. Tidak sedikit awak media yang meliput ‘agamanya’ hingga ritual yang biasa dia lakukan. Bahkan, ada julukan untuk Victor, yakni “The Last Lucifer”  atau Lucifer terakhir.

Secara garis besar, Victor menjelaskan bahwa satanisme memiliki filosofi kebebasan. Bagi kaum Satanik (penganut satanisme), setan tidak ada dalam diri mereka. Yang paling penting dalam kehidupan ialah menjalankan hidup dengan baik. Sedang menyembah setan adalah simbol kebebasan hidup.

Dalam satu sesi wawancara, dia juga pernah menjelaskan tentang penolakan terhadap ajakan Katolik berdasarkan sejarah, yang menjadi simbol-simbol satanisme itu sendiri. Contohnya salib terbalik, Pentagram, patung setan berwujud manusia berkepala kambing (Baphomet), dan lainnya.

Namun perjalanan Victor dalam menyebar ‘agamanya’ tidak berjalan semudah yang ia kira. Walikota setempat telah memperingatkan upayanya. Peringatan di sini tidak berhubungan dengan praktik satanismenya, melainkan terkait dengan izin pendirian bangunan gerejanya. Bila syarat administrasi tidak dapat dipenuhi, pemerintah akan merubuhkan bangunannya.

Dari sisi masyarakat pun, tidak sedikit yang menolak ajaran agama baru itu. Meski kebebasan beragama di Kolombia sangat dijunjung tinggi, warga mengaku tetap takut karena dianggap membahayakan.

Pernyataan tersebut bukan tak berdasar. Karena beberapa ritual keagamaan sekte itu memang tidak wajar. Salah satu contohnya adalah menyembelih hewan dan meminum darahnya sebagai persembahan.

Warga sekitar sebenarnya dilema dengan kehadiran Victor dan ajarannya. Sayang mereka tak dapat berbuat apa-apa. Pihak berwajib pun masih ‘membebaskan’ sambil memantau kegiatan di gereja ini.

Kenapa dipantau? Karena ada indikasi penipuan yang dilakukan oleh Victor. Dia mengiming-imingi para pengikutnya dengan uang. Banyak media yang menyorot sisi lain keagamaan yang menyimpang ini.

Satanisme sendiri mulai dikenalkan sejak tahun ‘70-an oleh Anton LaVey, yang sekarang disebut bapak satanik. Dia pula yang membuat gereja setan dan menyusun kitab ‘The Satanic Bible’. Agama yang ia ciptakan bernama LaVeyan Satanisme.