Wabah Kelaparan Mengerikan yang Pernah Melanda Uni Soviet
https://www.naviri.org/2019/04/wabah-kelaparan-soviet.html
Naviri Magazine - Di bawah pimpinan Lenin, Soviet menerapkan sistem kolektivisasi yang kemudian berbuah wabah kelaparan. Karena adanya kolektivisasi, maka para petani tidak berhak memiliki hasil tanahnya sendiri, dan mereka hanya mendapatkan jatah dari pemerintah.
Panen yang dihasilkan dari para petani cukup banyak, namun pemerintah memberlakukan pengukuran yang sangat ketat terhadap para petani, sehingga mereka terpaksa memberikan 70 persen dari semua yang dipanen.
Pemerintah mengambil hasil tanah dan makanan milik petani di Ukraina dan daerah lain untuk dijual atau diekspor. Seperti yang dinyatakan para sejarawan, mereka bukan tidak tahu konsekuensinya, namun mereka tidak peduli.
Hasilnya kemudian adalah prahara kelaparan yang amat parah, yang melanda wilayah Ukaraina dan Wolga, sehingga menyebabkan kematian lebih dari lima juta orang. Peristiwa itu dimulai pada September 1921.
Ketika bencana kelaparan itu mulai terdengar ke luar negeri, kelompok-kelompok relawan pun mulai datang dari beberapa negara, namun semuanya sudah terlambat. Pemerintah Soviet mendirikan panti-panti untuk menampung orang-orang dan anak-anak yang kelaparan—tempat para sukarelawan menolong mereka—namun kematian demi kematian terus terjadi setiap hari, bahkan setiap jam.
Seperti halnya dengan semua wabah kelaparan, penyakit merupakan pembunuh kedua. Orang-orang yang kelaparan mudah terkena penyakit fatal yang dapat menular secara cepat, dan itulah yang juga terjadi di sana. Tifus dan kolera mengakibatkan ratusan ribu kematian, sementara obat-obatan yang tersedia sangat jauh dari memadai.
Yang lebih mengerikan, akibat wabah kelaparan tersebut, kanibalisme terjadi di mana-mana. Mayat-mayat dipotong para petani yang kelaparan, anak-anak dimakan orangtuanya, dan para relawan dari luar negeri kemudian tahu bahwa daging yang diperjualbelikan di pasar mengandung daging manusia.
Sejak itu, para relawan dari berbagai negara yang ada di sana sama-sama sepakat untuk hanya memakan makanan yang didatangkan dari luar Soviet.
Pada musim gugur 1923, wabah mengerikan itu berakhir, dan wilayah Ukraina serta Wolga menikmati panen berlimpah. Namun kerusakan akibat wabah itu tidak segera lenyap, meski usaha-usaha pemulihan terus dilakukan. Lebih dari itu, pemerintah Soviet ternyata belum belajar dari wabah tersebut. Sepuluh tahun semenjak peristiwa itu, peristiwa yang sama kembali terulang.