Ini 8 Teori Sains yang Menjelaskan Bagaimana Kiamat Akan Terjadi

 Ini 8 Teori Sains yang Menjelaskan Bagaimana Kiamat Akan Terjadi

Naviri Magazine - Para fisikawan teoritis percaya bahwa alam semesta akan berakhir suatu hari nanti, dan proses ini mungkin telah dimulai.

Salah satu hal yang paling menarik tentang alam semesta adalah, kita hanya mengetahui sedikit tentang alam ini. Dan sama seperti kita ingin tahu apa yang terjadi setelah kita meninggal, sains dan ilmu pengetahuan juga melontarkan pertanyaan, “Bagaimana kiamat nanti terjadi?” Ada beberapa teori tentang hal ini, yang sangat berbeda satu sama lain.

The Big Crunch

Semesta diyakini bermula dari sebuah ledakan besar yang disebut Big Bang, sekitar 13,7 miliar tahun lalu. Bagaimana dengan akhir semesta? Apakah ilmu pengetahuan memang mengenal kiamat?

Ada satu teori yang dikembangkan untuk menguraikan nasib semesta. Salah satunya disebut Big Crunch. Menurut teori itu, semesta akan berakhir menjadi kesatuan yang sangat mampat. Situasi tersebut mungkin bisa disebut kiamat.

Berdasarkan teori Big Crunch, semesta akan mengembang sebagai konsekuensi dari Big Bang. Namun, pengembangan tak akan terus-menerus terjadi. Pada suatu titik, semesta akan berhenti mengembang dan menyusut. Semua akan ditarik hingga hanya tersisa lubang hitam terbesar.

The Big Bounce

Bila Buddhisme mengenal reinkarnasi, demikian pula astronomi dan kosmologi. Salah satu teori dalam kosmologi adalah Big Bounce yang menguraikan bahwa tak ada kiamat semesta atau akhir masa. Yang ada hanya reinkarnasi. Big Bounce juga kadang ditandingkan dengan Big Bang sebagai teori penciptaan semesta.

Big Bounce terkait dengan teori Big Bang atau kelahiran semesta 13,7 miliar tahun yang lalu, serta teori Big Crunch yang menguraikan bahwa suatu saat semesta akan berhenti mengembang dan terus menyusut hingga menjadi satu kesatuan.

Menurut teori Big Bounce, Big Bang dan Big Crunch adalah suatu proses kehidupan semesta yang berupa siklus. Semesta tercipta lewat Big Bang, mengembang, menyusut, mati dalam bentuk Big Crunch, hingga akhirnya terlahir kembali lewat Big Bang. Big Crunch akan selalu diikuti Big Bang.

Kebenaran Big Bounce sangat tergantung dari ada tidaknya Big Crunch. Sementara Big Crunch sendiri mensyaratkan adanya nilai densitas yang lebih tinggi dari nilai tertentu, atau disebut densitas kritis. Tanpanya, Big Crunch takkan terjadi.

The Big Freeze

Ada skenario akhir semesta yang disebut Big Freeze. Skenario ini kadang juga disebut Heat Death atau matinya energi panas. Dalam teori ini, materi perlahan akan meluruh menjadi radiasi, seiring alam semesta yang terus mengembang. Setelah triliunan tahun, bahkan atom yang membentuk materi yang tersisa akan mulai terdegradasi dan berdisintegrasi.

Bintang-bintang akan menua dan hancur, lubang hitam akan menguap, dan akhirnya bahkan partikel cahaya akan lenyap.

Kiamat terjadi sebagai konsekuensi karena proses mengembangnya semesta yang tanpa batas. Istilah Heat Death, yang menjadi nama lain teori ini, berasal dari gagasan bahwa dalam sistem yang terisolasi, entropi, atau sederhananya terkait dengan energi per satuan temperatur, akan terus meningkat hingga mencapai nilai maksimum.

The Big Rip

Menurut skenario Big Rip, alam semesta akan terus mengembang, dan laju pengembangannya semakin cepat tiap harinya. Dr Mat Pier dari Universitas Portmouth menjelaskan bahwa ekspansi atau pengembangan alam semesta ketika masih muda diperlambat oleh pengaruh gravitasi.

Namun, dalam kurun waktu 5 miliar tahun terakhir, alam semesta mulai mengembang dengan sangat cepat, akibat kekuatan misterius yang para ilmuwan sebut 'energi gelap'.

Lama kelamaan, alam semesta diprediksi akan mengembang tak terkendali dengan laju setara kecepatan cahaya. Imbasnya, galaksi, bintang, hingga planet, seakan tercabik-cabik hingga musnah tak tersisa.

Vaccum Metastabillity Event

Salah satu teori tentang kiamat ini menjelaskan ide bahwa alam semesta eksis dalam kondisi, yang secara fundamental tidak stabil. Jika kita memperhatikan nilai partikal fisika kuantum, beberapa orang mengatakan bahwa alam semesta sedang “berjungkat-jungkit” di ujung stabilitas.

Jadi, beberapa ilmuwan berteori bahwa milyaran tahun dari sekarang, alam semesta akan “jatuh ke tepi.” Saat hal itu terjadi, pada suatu tempat dalam alam semesta, sebuah gelembung akan muncul. Setelah itu, gelembung tersebut akan mengembang dalam kecepatan cahaya dan menghancurkan semua hal yang disentuhnya.

Tetapi jangan khawatir, alam semesta tetap masih ada. Gelembung ini adalah alam semesta “yang serupa tapi tak sama.” Hukum fisika akan berubah, dan mungkin saja siklus hidup itu sendiri.

The Time Barrier

Jika kita mencoba mengalkulasi probabilitas dalam multiverse, kita akan menemukan masalah yang sama seperti alam semesta dengan waktu yang tak terbatas. Semua hal memiliki 100 persen kemungkinan untuk terjadi.

Untuk mengatasi hal ini, para ilmuwan menggunakan sebagian kecil alam semesta untuk menghitung kemungkinan yang akan terjadi di dalamnya. Hal ini membuat kalkulasi yang dilakukan berhasil, tetapi batasan yang mereka buat selalu memotong alam semesta pada tepi luar dari sebagian kecil alam semesta yang diambil sebagai sampel.

Jadi, Anda mungkin memotong ujung atas Kalimantan jika Anda menggambar lingkaran di tengah-tengah peta Indonesia.

Karena hukum fisika tertolak dalam multiverse tak terbatas, satu-satunya cara untuk membuat hukum fisika masuk akal yaitu jika batasan tersebut benar adanya; batasan fisik tersebut sebenarnya bisa menjadi lebih luas. Jadi, beradasarkan fisika, teori tentang kiamat ini menjelaskan bahwa di suatu waktu, setelah 3,7 milyar tahun, kita akan melampaui batasan waktu tersebut, dan di situlah kiamat akan terjadi.

Multiverse 

Teori multiverse adalah kiamat tidak terjadi sama sekali. Karena alam semesta tidak terhitung banyaknya, dan semua alam semesta mungkin masuk atau keluar dari eksistensi. Jadi, di alam semesta lain mungkin sedang terjadi Big Bang sekarang, dan alam semesta kita mungkin akan berakhir dengan Big Crunch.

Tetapi hal itu tidak penting, karena dalam multiverse alam semesta kita adalah salah satu alam semesta dari alam semesta yang tidak terbatas jumlahnya, dan masih ada “alam semesta” yang lebih besar di luar sana. Alam semesta adalah semua hal, apa pun itu yang mewujudkan dirinya sendiri.

Meskipun waktu itu sendiri bisa habis dalam alam semesta lain, dalam teori multiverse alam semesta baru terbentuk sepanjang waktu. Berdasarkan fisika, jumlah alam semesta baru akan selalu lebih besar daripada alam semesta lama. Jadi teorinya, jumlah alam semesta makin meningkat.

The Eternal Universe

Yang terakhir adalah The Eternal Universe. Salah satu teori tentang kiamat, yang selalu didengungkan sejak zaman dulu. Konsep ini adalah konsep pertama yang diciptakan manusia tentang sifat alam, tetapi ada hal baru dalam teori ini yang sedikit lebih serius.

Alih-alih dimulainya waktu sejalan dengan Big Bang, waktu bisa jadi telah ada sebelumnya, dan Big Bang bisa saja terjadi karena tabrakan dari dua brane (struktur semacam selimut yang ada di luar angkasa, yang membentuk eksistensi lebih tinggi). Dalam teori ini, alam semesta terbentuk oleh semacam siklus, dan akan terus mengembang selamanya.

Kita dapat mengetahui ini secara pasti dalam 20 tahun ke depan. Para ilmuwan telah meluncurkan satelit Planck yang melakukan survei alam semesta untuk pola radiasi, untuk memprediksi teori alam semesta mana yang benar.

Memang cukup lama, tetapi begitu manusia mengetahui pola radiasi yang ada, kita dapat memahami lebih lanjut bagaimana alam semesta dimulai, dan bagaimana akhirnya nanti.

Related

Science 601946872871772825

Recent

Hot in week

Ebook

Koleksi Ribuan Ebook Indonesia Terbaik dan Terlengkap

Dapatkan koleksi ribuan e-book Indonesia terbaik dan terlengkap. Penting dimiliki Anda yang gemar membaca, menuntut ilmu,  dan senang menamb...

item