Mengenali Serangan Panik dan Cara Mengatasinya (Bagian 1)

Mengenali Serangan Panik dan Cara Mengatasinya

Naviri Magazine - Sekitar 6 juta penduduk dewasa AS mengalami serangan panik setiap tahun, namun anehnya tidak banyak informasi apa sebetulnya serangan panik itu. Serangan panik tidak sama dengan stres berat atau rasa takut. Serangan panik menyerupai proses fisik yang mencapai titik puncak kemudian pecah. Seperti orgasme, tapi versi buruknya.

Serangan panik terjadi ketika sesuatu secara tidak sengaja mengganggu naluri bertahan hidup; otak memberitahu bahwa kamu sedang terperangkap dalam kobaran api, padahal tidak ada api sama sekali.

"Bahkan ketika kamu sadar mengalami serangan panik, tubuhmu masih dalam berada mode bertahan hidup," jelas Nicole Hunt, seorang direktur sales dari St. Louis, yang bertarung melawan serangan panik selama 15 tahun.

Masalahnya, sumber ancamannya tidak semata-mata eksternal, jadi yang mesti dilawan adalah kegagalan sistem otak kita mengidentifikasi dan memproses ancaman.

Serangan panik kerap bagian dari gangguan kecemasan, dan bisa datang ketika seseorang sedang stres atau mengalami masa transisi. Hunt bertarung melawan gangguan kecemasan sepanjang hidupnya, tapi belum pernah mengalami serangan panik hingga dia berumur 20-an awal, ketika kesehatan ibunya terganggu, hubungan romantisnya gagal, dan dia mendapat pekerjaan bertekanan tinggi.

Dia mulai sering mengalami gejala kecemasan di tengah malam. Di satu titik, dia mengira jantungnya tidak bekerja dengan benar, menelpon 911 dan dibawa mobil ambulans ke rumah sakit. "Pihak rumah sakit langsung tahu, saya mengalami serangan panik," jelasnya.

Untungnya, serangan panik bisa ditangani. Terapi kerap membantu, tapi tidak semua orang memiliki akses ke terapis. Maka dari itu, berikut tips yang sudah disetujui oleh doktor untuk membantumu melewati serangan panik, dan mudah-mudahan meredam dampak negatifnya.

Sadari bahwa kamu mengalami serangan panik

Serangan panik membanjiri otak dengan pikiran menakutkan tentang kondisi fisik kita, dan rasa takut irasional tentang malapetaka eksternal.

"Serangan panik menciptakan mimpi buruk di dalam otak yang menguasai pikiran," jelas Hunt. "Apapun rasa takut tersebut—entah kamu akan mati, rumahmu akan terbakar, kamu akan kehilangan pekerjaan—pikiranmu selalu kembali ke sana."

Hal pertama yang perlu kamu pahami tentang serangan panik adalah, bahkan ketika kamu merasa akan mati, kamu tidak akan mati, jelas Joe Bienvenu, seorang profesor psikiater, dan salah satu direktur Anxiety Disorders Clinic di Johns Hopkins. Tidak peduli seberapa kamu yakin ada yang salah dengan tubuhmu, serangan panik tidak pernah membunuh siapa pun, dan tentu tidak akan membunuhmu.

Salah satu ciri khas gejala serangan panik adalah jantung berdepar cepat, tapi bisa saja serangan terjadi tanpa gejala ini—Bienvenu mengatakan sebuah kesalahan umum yang sering dilakukan murid sekolah medis adalah mengabaikan kemungkinan serangan panik, karena jantung pasien tidak berdetak dengan cepat.

Gejala umum lainnya adalah napas terengah-engah, berkeringat, pusing, perasaan tercekik, mati rasa, dan rasa geli di kaki dan tangan. Ini adalah alasan kenapa orang sering mengira gejala serangan panik sebagai serangan jantung.

Perlu diingat juga, meski rasanya mematikan, serangan panik biasanya berumur pendek, dan umumnya hilang setelah sepuluh menit, dan kamu akan merasa lebih baik setelahnya.

"Yang terpenting untuk diingat adalah gangguan kecemasan muncul seperti ombak, kadang memuncak, kemudian pelan-pelan mereda," jelas Jason Eckerman, seorang psikolog klinik yang buka praktik di suburban Minneapolis. "Ketika kamu bisa menenangkan diri setelah tahu serangan panik tidak berlangsung lama, akan lebih mudah untuk menghadapinya."

Namun, tentu saja semua ini tidak berlaku apabila gejala serangan panik berlangsung terus-menerus, atau kamu memiliki kondisi medis yang gejalanya mirip dengan serangan panik.

"Kalau memiliki sejarah kondisi medis tertentu, mungkin lebih aman untuk pergi ke rumah sakit," jelas Eckerman. "Karena banyak gejala serangan panik menyerupai kondisi medis tertentu, penting untuk memastikan bahwa gejala-gejala tersebut memang bukan datang dari penyakit lain."

Apabila kamu yakin sedang mengalami serangan panik, kata Courtney Beard, seorang psikolog klinik yang berfokus pada gangguan kecemasan di McLean Hospital, "hal terbaik yang bisa kamu lakukan adalah tidak melakukan apapun. Saya sadar mungkin ini bukan yang pasien ingin dengar, karena rasanya memang sangat menakutkan. Tapi ini sesungguhnya hanya pertanda yang keliru. Semua hal yang tubuhmu suruh kamu lakukan, sebetulnya tidak perlu dilakukan. Kalau kamu diam saja dan bertahan, nanti juga lewat sendiri."

Pergi ke tempat tenang sebagai suaka sementara

Serangan panik biasanya terjadi di ruang publik. Begitu kamu merasa gejalanya akan datang, pergilah ke tempat yang terisolasi dan tenang untuk sementara.

Allison Johanson, seorang psikolog klinik di Centennial, Colorado, memiliki solusi ketika serangan panik menyerang di lingkungan paling ramai sekalipun: berpura-puralah ada 'panggilan alam'. "Jarang orang mempertanyakan kenapa kamu mesti pergi ke toilet," jelas Johanson.

Tapi jangan memperparah kecemasan dengan tiba-tiba menghilang dari sebuah acara atau membatalkan semua janji. "Biarpun ini akan terasa seperti ide bagus dalam jangka pendek," jelas Eckerman, "ini akan semakin menguatkan kepercayaan bahwa kamu berada dalam situasi yang berbahaya, dan akan mempersulit keadaan di jangka panjang."

Baca lanjutannya: Mengenali Serangan Panik dan Cara Mengatasinya (Bagian 2)

Related

Psychology 5798556348179930586

Recent

Hot in week

Ebook

Koleksi Ribuan Ebook Indonesia Terbaik dan Terlengkap

Dapatkan koleksi ribuan e-book Indonesia terbaik dan terlengkap. Penting dimiliki Anda yang gemar membaca, menuntut ilmu,  dan senang menamb...

item