Sejarah Misterius Antara Ksatria Templar dengan Organisasi Freemason

Sejarah Misterius Antara Ksatria Templar dengan Organisasi Freemason

Naviri Magazine - Freemason sebagai organisasi rahasia, agama, sekaligus ideologi, tidak dapat dipisahkan dari The Knight Templar (Ksatria Templar). Ksatria Templar atau The Knight Templar adalah legiun pasukan perang, intelijen, pengawal kepercayaan raja, yang ikut serta secara aktif menjadi pasukan Perang Salib (The Crusader), terutama mendampingi panglima Aliansi Kerajaan Kristen Eropa, melawan pasukan Salahudin yang legendaris.

Para ksatria ini sangat disiplin, seperti tentara khusus. Mereka mencukur rambutnya, tetapi membiarkan jenggot tumbuh subur—sesuatu yang berbeda dengan laki-laki pada umumnya, yang justru senang dengan mode tanpa kumis dan jenggot. Mereka disumpah untuk menegakkan prinsip-prinsip ksatria, patuh, dan bertujuan untuk raja dan gereja.

Michael Baigent menulis, "Ksatria Templar telah disumpah untuk hidup sederhana, kesucian, dan pengabdian. Mereka diwajibkan untuk mencukur seluruh rambutnya dan membiarkan jenggotnya tumbuh subur, yang membedakannya dari kebanyakan kaum laki-laki pada saat itu, yang justru menampilkan wajah kelimis."

Setelah Perang Salib berakhir, para Ksatria Templar kembali ke Eropa dan menjadi bankir, bahkan memegang kunci keuangan kerajaan. Pengalaman pengelolaan keuangan tersebut diperoleh selama mereka ikut bertempur membantu dan mendampingi Raja Richard si Hati Singa (Richard Coeur de Lion atau Richard The Lion Heart) melawan pasukan Islam.

Pada saat itu, mereka menyaksikan kemajuan manajemen keuangan serta perkembangan ilmu pengetahuan Islam. Belajar dari pengetahuan Islam, para Ksatria Templar menjadikan kota Paris sebagai pusat lalu lintas keuangan.

Mereka pun dikenal sebagai ahli dalam bidang penukaran uang (money changer), sebagai cikal bakal dunia perbankan. Mereka mendirikan usury, sebuah sistem simpan-pinjam uang dengan bunga tinggi; mungkin dari sini pula munculnya istilah treasury. Bahkan, alat tukar berupa cek (cheque), sebagaimana dikenal kita sekarang, berasal dari penemuan Islam yang dikembangkan mereka.

Michael Baigent menulis, "Para Templar dikenal sebagai ahli di bidang penukaran uang dan pencetus perbankan, dan menjadikan Paris sebagai pusat lalu lintas keuangan Eropa. Ini kemungkinan munculnya cek (cheque), yang digunakan hingga saat ini, yang ditemukan oleh pemerintah (Islam)."

Para Templar menyebut dirinya “tentara miskin”, tetapi dalam waktu singkat mereka menjadi sangat makmur. Mereka mengontrol penuh para peziarah Kristen yang berdatangan dari Eropa ke Palestina, dan menjadi sangat kaya dari uang para peziarah tersebut.

Mereka pula yang pertama kali menyelenggarakan sistem cek dan kredit, menyerupai yang ada pada sebuah bank. Menurut penulis Inggris, Michael Baigent dan Richard Leigh, mereka membangun semacam kapitalisme abad pertengahan, dan merintis jalan menuju perbankan modern, dengan transaksi mereka yang berbasis bunga.

Para Templar inilah yang paling bertanggung jawab atas serangan-serangan pejuang salib dan pembantaian Muslim. Karena itulah, komandan besar Islam, Saladin (Shalahuddin Al Ayyubi), yang mengalahkan pasukan salib pada tahun 1187 pada Pertempuran Hattin, dan kemudian membebaskan Yerusalem, menghukum mati para Templar karena pembunuhan yang mereka lakukan, walaupun sebenarnya ia mengampuni banyak sekali orang Kristen.

Namun, sekalipun kehilangan Yerusalem dan mengalami kekalahan besar, para Templar terus bertahan. Dan walaupun bangsa Kristen terus menyusut di Palestina, mereka meningkatkan kekuatan di Eropa, pertama di Prancis, kemudian di negara-negara lain, menjadi negara dalam negara.

Tidak diragukan lagi bahwa kekuatan politik mereka menyusahkan raja-raja Eropa. Tetapi ada segi lain dari para Templar yang segera mengganggu kalangan kependetaan: ordo tersebut sedikit demi sedikit telah menyeleweng dari iman Kristen, dan sewaktu di Yerusalem telah mengambil sejumlah doktrin mistik yang asing.

Berkembang juga desas-desus bahwa mereka menyelenggarakan ritus-ritus aneh untuk memberi bentuk pada doktrin mereka.

Akhirnya, pada tahun 1307, Raja Prancis, Philip le Bel, memutuskan untuk menangkap anggota ordo ini. Sebagian berhasil melarikan diri, tetapi kebanyakan mereka tertangkap. Paus Clement V juga bergabung dalam pembersihan ini.

Setelah periode panjang interogasi dan pengadilan, banyak anggota Templar mengakui keyakinan ‘bidah’ mereka, bahwa mereka menolak iman Kristiani.

Akhirnya, para pemimpin Templar, yang dinamai Imam Besar (Grand Master), mulai dari yang terpenting seperti Jacques de Molay, dihukum mati pada tahun 1314 atas perintah Gereja dan Raja. Kebanyakan mereka dijebloskan ke dalam penjara, dan ordo tersebut secara resmi menghilang.

Segolongan ahli sejarah cenderung melukiskan sidang pengadilan para Templar sebagai konspirasi dari Raja Prancis, dan menggambarkan para ksatria itu tak bersalah atas segala dakwaan. Tetapi, cara interpretasi ini keliru dalam beberapa segi.

Nesta H. Webster, ahli sejarah Inggris terkenal, yang banyak mengetahui sejarah okultisme, menganalisis berbagai aspek ini dalam bukunya, Secret Societies And Subversive Movements. Menurut Webster, kecenderungan untuk melepaskan para Templar dari bidah yang mereka akui dalam masa pengadilan tidak tepat.

Pertama, selama interogasi, walau secara umum terjadi, tidak semua Templar disiksa. Lagi pula, apakah pengakuan mereka tampak seperti hasil imajinasi murni orang-orang yang disiksa? Tentunya sukar dipercaya bahwa cerita tentang upacara pembaiatan—yang disampaikan dengan rinci oleh orang-orang di berbagai negara, dituturkan dalam kalimat yang berbeda, namun semuanya saling menyerupai—merupakan karangan semata-mata.

Jika para korban dipaksa untuk mengarang, cerita mereka tentu akan saling bertentangan; segala macam ritus liar dan fantastis diteriakkan dengan penuh kesakitan untuk memenuhi tuntutan interogator mereka. Tetapi sebaliknya, masing-masing tampak seperti mendeskripsikan upacara yang sama, baik lengkap maupun tidak, dengan sentuhan personal si pembicara, dan pada dasarnya semua cerita tersebut cocok.

Bagaimanapun juga, sidang pengadilan para Templar berakhir dengan ditumpasnya ordo tersebut. Tetapi, walaupun sudah dibubarkan “secara resmi”, ia tidak benar-benar musnah. Selama penangkapan, tiba-tiba pada tahun 1307, beberapa Templar lolos, dan berhasil menutupi jejak mereka.

Menurut tesis yang berdasarkan pada berbagai dokumen sejarah, sejumlah besar mereka berlindung di satu-satunya kerajaan Eropa yang tidak mengakui kekuasaan Gereja Katolik di abad keempat belas, yaitu Skotlandia.

Di sana, mereka menyusun kekuatan kembali di bawah perlindungan Raja Skotlandia, Robert the Bruce. Tak lama kemudian, mereka menemukan penyamaran yang tepat untuk melanjutkan gerakan rahasia mereka: mereka menyusup ke dalam gilda (serikat sekerja) terpenting di Kepulauan Inggris abad pertengahan—loge (pemondokan) para tukang batu, dan segera mereka menguasai loge-loge ini sepenuhnya.

Loge para tukang batu berganti nama pada awal era modern, dengan “Loge masonik”. Ritus Skot merupakan cabang Masonry tertua, dan berasal mula di awal abad keempat belas, dari para Templar yang berlindung di Skotlandia. Dan nama-nama yang diberikan kepada tingkat tertinggi dalam Ritus Skot adalah gelar-gelar yang diberikan kepada para ksatria dalam ordo Templar berabad-abad sebelumnya.

Related

Mistery 5747136304608193501

Recent

Hot in week

Ebook

Koleksi Ribuan Ebook Indonesia Terbaik dan Terlengkap

Dapatkan koleksi ribuan e-book Indonesia terbaik dan terlengkap. Penting dimiliki Anda yang gemar membaca, menuntut ilmu,  dan senang menamb...

item