Ternyata, Orang Mati juga Terkena Dampak Pemanasan Global

Ternyata, Orang Mati juga Terkena Dampak Pemanasan Global

Naviri Magazine - Naiknya tinggi permukaan laut telah menyebabkan puluhan kuburan tentara, yang diduga merupakan pasukan Jepang pada Perang Dunia II di Kepulauan Marshal, terbongkar. Perubahan iklim pun kembali disebut sebagai penyebab.

"Ada peti mati dan jasad hanyut dari kuburan. Ini serius," kata Menteri Luar Negeri Kepulauan Marshal, Tony de Brum, kepada wartawan di sela perundingan perubahan iklim PBB di Jerman.

Setidaknya ada 26 sisa jasad ditemukan di Santo Island, setelah pasang tinggi menggenangi pulau itu. Situasi ini mengarahkan tudingan pada perubahan iklim yang mengancam pulau-pulau dengan lokasi tertinggi hanya memiliki ketinggian dua meter di atas permukaan laut.

"Bahkan, orang mati pun terdampak (perubahan iklim ini)," imbuh De Brum. Selain kerangka tersebut, dia mengatakan bom yang gagal meledak dan beragam peralatan militer lain juga bermunculan ke permukaan tanah, dalam beberapa bulan terakhir karena naiknya permukaan laut.

Soal kerangka-kerangka itu, De Braum memperkirakan mereka adalah tentara Jepang. Dia mengatakan, penggalian sampel telah dilakukan oleh Angkatan Laut Amerika Serikat di Pearl Harbor di Hawai, untuk membantu identifikasi asal-usul kerangka yang bermunculan di Kepulauan Marshal. "Untuk membantu upaya repatriasi juga."

Para ilmuwan yang menggeluti iklim menyatakan, pemanasan global telah menaikkan permukaan air laut rata-rata 19 sentimeter, sepanjang abad ke-21. Kondisi ini, menurut mereka, telah memperparah dampak gelombang badai dan pasang surut. Gletser dan lapisan es mencair karena alasan yang sama, demikian juga terjadi pemuaian air.

Peneliti PBB menyatakan, telah terjadi pula perubahan angin dan arus di perairan Pasifik. Dari penelitian itu, tinggi permukaan air di perairan tersebut juga meningkat lebih cepat dari rata-rata kenaikan tinggi permukaan air dunia sejak 1990-an.

Sebanyak 170 negara bertemu di Bonn untuk memahami sejauh mana ancaman yang dihadapi negara-negara kepulauan terkait perubahan iklim. Pasang naik yang membilas daratan dengan air asin, misalnya, telah merusak vegetasi dan tanaman seperti sukun dan kelapa.

"Kami pikir, mereka sudah mendapatkan pesan (soal dampak pemanasan global), tetapi tidak cukup cepat bagi masyarakat yang lebih rentan," kata De Brum. Bagi masyarakat, ini butuh tindakan seperti menggalakkan rumah panggung, membangun kembali jalan dan dermaga, atau bahkan mengosongkan pulau-pulau karang.

Related

World's Fact 1685894641201944303

Recent

Hot in week

Ebook

Koleksi Ribuan Ebook Indonesia Terbaik dan Terlengkap

Dapatkan koleksi ribuan e-book Indonesia terbaik dan terlengkap. Penting dimiliki Anda yang gemar membaca, menuntut ilmu,  dan senang menamb...

item