Insiden Dyatlov Pass, Misteri yang Tak Pernah Terpecahkan

 Insiden Dyatlov Pass, Misteri yang Tak Pernah Terpecahkan

Naviri Magazine - Insiden 'Dyatlov Pass' mengacu pada sebuah peristiwa yang mengakibatkan kematian sembilan pendaki ski di utara pegunungan Ural, pada malam 2 Februari 1959. Kejadian misterius tesebut terjadi di sebelah timur gunung Kholat Syakhl, yang berarti Gunung Mati.

Kurangnya saksi mata dan investigasi kematian para pendaki telah melahirkan banyak spekulasi. Para peneliti mengatakan, mayat yang ditemukan menunjukkan tanda-tanda yang aneh, dua korban tengkoraknya retak, dua patah tulang rusuk, dan satu orang kehilangan lidahnya.

Menurut beberapa sumber, dari empat korban, pakaian mereka mengandung tingkat radiasi yang tinggi.

Para peneliti Soviet hanya mengatakan bahwa "sebuah kekuatan aneh yang tidak dikenal telah menyebabkan kematian para pendaki ski ini.”

Akses ke kawasan tersebut ditutup selama 3 tahun setelah adanya insiden ini.
Kronologis kejadian pun sulit diketahui, mengingat tidak adanya korban yang selamat.

Latar belakang

Dyatlov Pass adalah nama kelompok pendaki ski yang tengah melakukan pendakian, yang dipimpin oleh Igor Dyatlov, dan terdiri dari delapan laki-laki dan dua orang wanita. Sebagian besar dari mereka adalah lulusan Institut Politeknik Ural (saat ini: Ural State Technical University). Mereka adalah:

Igor Dyatlov, pemimpin kelompok
Zinaida Kolmogorova
Lyudmila Dubinina
Alexander Kolevatov
Rustem Slobodin
Yuri Krivonischenko
Yuri Doroshenko
Nicolai Thibeaux-Brignolle
Alexander Zolotarev
Yuri Yudin (tidak ikut naik karena sakit)

Tujuan ekspedisi ini adalah untuk mencapai Otorten, sebuah gunung yang berada 10 kilometer sebelah utara lokasi kejadian.

Nama Otorten, dalam terjemahan dari bahasa Mansi, berarti "Gunung orang-orang mati", dan orang-orang pribumi menghindari tempat itu. Gunung ini terletak di bagian atas Sungai Pechora di perbatasan Sverdlovsk, Perm, Provinsi Tyumen dan Republik Komi.

Rute pada musim itu diperkirakan sebagai "Kategori III". Semua anggota adalah orang-orang berpengalaman dalam ekspedisi pendakian gunung.

Mereka tiba dengan kereta api di Ivdel, sebuah kota di pusat provinsi utara Oblast Sverdlovsk, pada 25 Januari. Mereka kemudian mengambil truk untuk menuju Vizhai, pemukiman terakhir yang jauh di utara.

Mereka memulai perjalanan menuju Otorten dari Vizhai, pada 27 Januari. Keesokan harinya, salah satu anggota (Yuri Yudin) terpaksa kembali karena sakit. Kelompok itu kini terdiri atas sembilan orang.

Buku harian dan kamera yang ditemukan di sekitar kamp terakhir mereka memungkinkan untuk melacak rute kelompok sampai hari sebelum kejadian. Pada 31 Januari, kelompok tiba di pinggir sebuah dataran tinggi, dan mulai mempersiapkan diri untuk pendakian.

Di sebuah lembah, mereka mengumpulkan dan mempersiapkan makanan serta peralatan yang akan digunakan untuk perjalanan kembali.

Keesokan harinya (1 Februari), pendaki mulai bergerak melalui celah (Pass). Sepertinya mereka berencana menghindari badai, dan membuat kamp untuk malam berikutnya pada sisi yang berlawanan. Tetapi, karena kondisi cuaca memburuk, badai salju dan visibilitas yang menurun, mereka kehilangan arah dan menyimpang ke barat, semakin ke atas menuju puncak Kholat Syakhl.

Ketika mereka menyadari kesalahan mereka, kelompok tersebut memutuskan untuk berhenti dan mendirikan kemah di lereng gunung.

Pencarian

Telah disepakati sebelumnya bahwa Dyatlov akan mengirim telegram ke klub olahraga mereka, segera setelah kelompok itu kembali ke Vizhai. Diharapkan bahwa ekspedisi ini akan berlangsung tidak lebih sampai tanggal 12 Februari, tapi tanggal tersebut telah berlalu dan tidak ada pesan yang diterima, juga tidak ada reaksi-penundaan beberapa hari yang diumumkan dalam ekspedisi tersebut.

Seorang pelancong menuntut operasi penyelamatan kepala lembaga olahraga ini. Mereka pun mengirim kelompok penyelamat pertama, yang terdiri dari siswa dan guru sukarelawan, pada 20 Februari. Kemudian, tentara dan polisi terlibat, dengan pesawat dan helikopter, diperintahkan untuk bergabung dengan operasi pencarian dan penyelamatan.

Pada 26 Februari, para pencari menemukan kamp yang ditinggalkan di Kholat Syakhl. Tenda itu rusak parah.

Jejak kaki yang dapat diikuti, menuju ke tepi hutan. Tapi setelah 500 meter tertutup salju. Di tepi hutan, di bawah pinus besar, para pencari menemukan sisa-sisa kebakaran, bersama dua mayat pertama. Mereka adalah Krivonischenko dan Doroshenko, yang hanya memakai pakaian dalam dan tanpa sepatu.

Antara pinus dan kamp, para pencari menemukan tiga mayat berikutnya. Mereka adalah Dyatlov, Kolmogorova, dan Slobodin, yang tampaknya sudah meninggal dalam pose yang menunjukkan bahwa mereka berusaha kembali ke perkemahan. Mereka ditemukan secara terpisah pada jarak 300, 480, dan 630 meter, dari pohon pinus.

Pencarian untuk empat orang korban lainnya memakan waktu lebih dari dua bulan. Mereka akhirnya ditemukan pada 4 Mei, di bawah empat meter dari salju, di sebuah jurang di lembah sungai, lebih jauh dari pohon pinus.

Investigasi

Pemeriksaan telah dimulai, segera setelah menemukan lima mayat pertama. Pemeriksaan medis tidak menemukan cedera yang mungkin telah menyebabkan kematian mereka, dan disimpulkan bahwa mereka semua meninggal karena hipotermia. Satu orang mengalami retak kecil di tengkoraknya, tapi tidak dianggap sebagai luka fatal.

Pemeriksaan pada empat mayat yang ditemukan pada bulan Mei mengubah dugaan semula. Tiga dari mereka cedera fatal: tubuh Thibeaux Brignolle mengalami kerusakan tengkorak besar, Dubunina dan Zolotarev mengalami patah tulang dada. Daya yang dibutuhkan untuk menyebabkan kerusakan tersebut akan sangat tinggi, para ahli membandingkannya dengan perbedaan fisik yang ditimbulkan akibat kecelakaan mobil.

Khususnya, bagian tubuh tidak mengalami luka eksternal, seolah-olah mereka lumpuh dengan tingkat tekanan yang tinggi.

Seorang wanita ditemukan hilang lidahnya. Awalnya muncul beberapa spekulasi bahwa mereka mungkin telah diserang dan dibunuh kelompok adat Mansi, karena melanggar hak perbatasan atas tanah mereka. Tapi investigasi menunjukkan bahwa kematian mereka tidak mendukung hipotesa ini; jejak kaki pendaki itu terlihat wajar, dan mereka tidak menunjukkan tanda-tanda kekerasan.

Ada bukti yang menunjukan bahwa tim dipaksa untuk meninggalkan kamp pada malam hari, saat mereka sedang tidur. Dibuktikan dengan ditemukannya mayat yang hanya berpakaian dalam, meskipun suhu sangat rendah (sekitar -25 ° sampai -30 ° C) dengan badai bertiup kencang, dan jarak antara kemah dengan letak korban ditemukan sangat janggal.

Para ahli menambahkan, hal ini mungkin saja terjadi selama manusia mengalami hipotermia berat, karena orang akan menjadi bingung, dan agresif. Tapi apakah memang benar begitu yang terjadi, sampai kini masih misteri.

Related

Mistery 6017259577612826576

Recent

Hot in week

Ebook

Koleksi Ribuan Ebook Indonesia Terbaik dan Terlengkap

Dapatkan koleksi ribuan e-book Indonesia terbaik dan terlengkap. Penting dimiliki Anda yang gemar membaca, menuntut ilmu,  dan senang menamb...

item