Begini Akhir Kehidupan Alam Semesta, Menurut Ilmu Pengetahuan

Begini Akhir Kehidupan Alam Semesta, Menurut Ilmu Pengetahuan

Naviri Magazine - Kita hidup di dunia setelah alam semesta mengalami big bang dan membentuk galaksi-galaksi yang kita huni sekarang. Pernahkah kita berpikir, bagaimana keadaan alam semesta sebelum big bang? Apakah ada kehidupan sebelum itu? Jika alam semesta yang kita tahu sekarang punah, apakah akan terbentuk alam semesta yang baru lagi beserta kehidupannya?

Pertanyaan yang sulit tersebut belum bisa kita temukan jawabannya saat ini. Pada artikel ini, kita akan membahas gambaran tentang bagaimana akhir alam semesta, jika hal ini memang benar-benar akan terjadi.

Satelit WMAP tak hanya memberikan pandangan akurat mengenai alam semesta awal, ia juga memberikan gambaran paling detail tentang bagaimana alam semesta kita akan mati. Selain mendorong galaksi-galaksi saling menjauh pada permulaan massa, gaya anti-gravitasi misterius saat ini juga sedang mendorong alam semesta menuju nasib akhirnya.

Sebelumnya, para astronom berpikir bahwa perluasan alam semesta secara bertahap menurun. Sekarang, kita menyadari bahwa alam semesta sebenarnya sedang berakselerasi; galaksi-galaksi menjauh dari kita dengan kecepatan yang bertambah.

Dark energy, yang menyusun 73 persen materi dan energi di alam semesta, sedang mempercepat perluasan alam semesta, mendorong galaksi-galaksi saling menjauh dengan kecepatan yang terus bertambah.

"Alam semesta berperilaku seperti seorang pengemudi yang sedang melambat saat mendekati lampu merah, dan kemudian menginjak pedal gas saat lampu berubah hijau," ucap Adam Riess dari Space Telescope Institute.

Jika tidak ada yang membalikkan perluasan ini, dalam waktu 150 miliar tahun lagi galaksi Bima Sakti akan sangat lengang, 99,99999 persen galaksi-galaksi terdekat akan melaju melewati tepi alam semesta kita. Galaksi-galaksi familier di langit malam akan pergi cepat-cepat dari kita, hingga cahaya mereka tidak pernah lagi menjangkau kita.

Galaksi-galaksi itu tidak menghilang, melainkan terlalu jauh bagi teleskop kita untuk diamati. Walaupun alam semesta kita mengandung sekitar 100 miliar galaksi, dalam waktu 150 miliar tahun ke depan hanya beberapa ribu galaksi dalam supergugus galaksi yang akan terlihat.

Bahkan selanjutnya, hanya kelompok lokal kita, yang terdiri atas kira-kira 36 galaksi, yang akan menyusun keseluruhan alam semesta tampak, dengan miliaran galaksi yang hanyut melampaui tepi horizon. Hal ini terjadi karena gravitasi dalam kelompok lokal cukup untuk menanggulanginya.

Ironisnya, setelah galaksi-galaksi jauh menjauh dari pandangan kita, astronom yang hidup di area gelap kemungkinan akan gagal mendeteksi perluasan alam semesta sama sekali, sebab kelompok lokal galaksi sendiri tidak meluas/mengembang.

Jauh di masa depan, para astronom yang sedang menganalisa langit malam mungkin untuk pertama kalinya tidak akan lagi mengetahui adanya perluasan, dan menyimpulkan bahwa alam semesta statis, dan hanya terdiri dari 36 galaksi.

Coba bayangkan, jika gaya anti-gravitasi terus berlanjut, alam semesta pada akhirnya akan mati dalam big freeze. Semua makhluk berakal di alam semesta akan mati membeku, sebab temperatur di alam semesta akhirnya akan terjun ke titik nol, sehingga molekul-molekul hampir tidak bisa bergerak sama sekali.

Pada suatu masa triliunan tahun dari sekarang, bintang-bintang akan berhenti bersinar, api nuklir mereka akan padam karena kehabisan bahan bakar, menggelapkan langit malam untuk selama-lamanya. Perluasan kosmik hanya akan menyisakan alam semesta yang mati dan dingin berisi bintang kecil nan gelap, bintang neutron, dan black hole.

Dan lebih jauh di masa depan, black hole akan menguapkan energi mereka sendiri, menyisakan kabut dingin tak bernyawa berisi partikel-partikel unsur yang terus menumpuk.

Di alam semesta dingin dan gelap seperti itu, kehidupan berakal, dalam definisi apapun, secara fisik sama sekali mustahil. Hukum termodinamika menolak transfer informasi apa pun dalam kondisi lingkungan membeku demikian, dan semua kehidupan pasti akan berhenti.

Kesadaran bahwa alam semesta kemungkinan akan mati membeku pertama kali muncul di abad ke delapan belas.

Ketika berkomentar mengenai konsep muram bahwa hukum fisika sepertinya membawa hukuman bagi semua makhluk berakal, Charles Darwin menulis, "Seraya percaya, seperti halnya saya, bahwa manusia di masa depan akan menjadi makhluk yang jauh lebih sempurna daripada sekarang, adalah pemikiran yang tak bisa ditolerir bahwa ia dan semua makhluk berperasaan lainnya ditakdirkan untuk mengalami pembinasaan menyeluruh, setelah kemajuan lamban yang demikian panjang dan terus-menerus."

Sayangnya, data terbaru satelit WMAP kelihatannya menegaskan ketakutan terburuk Darwin.

Related

Science 5646273293396800444

Recent

Hot in week

Ebook

Koleksi Ribuan Ebook Indonesia Terbaik dan Terlengkap

Dapatkan koleksi ribuan e-book Indonesia terbaik dan terlengkap. Penting dimiliki Anda yang gemar membaca, menuntut ilmu,  dan senang menamb...

item