Sejarah dan Rahasia Penting di Balik Patung Kuda di Monas Jakarta

Sejarah dan Rahasia Penting di Balik Patung Kuda di Monas Jakarta

Naviri Magazine - Rata-rata penghuni Jakarta pasti tahu, dan pernah lewat seputaran patung ini. Letaknya tak jauh dari Monumen Nasional, berdampingan dengan Bank Indonesia, dan masih satu garis lurus pula dengan Istana Negara. Namanya Patung Arjuna Wijaya, tapi biasa disebut Patung Kuda.

Patung itu karya salah satu seniman terbaik negeri ini, Nyoman Nuarta, dan mempunyai nama asli Arjuna Wijaya. Patung ini diresmikan Presiden Soeharto pada 16 Agustus 1987, sebagai hadiah Gubernur DKI Jakarta kepada warga DKI, yang juga bertepatan dengan HUT Kemerdekaan RI ke-42.

Patung ini merupakan salah satu gambaran episode epik besar Barata Yudha, sebuah peperangan dashyat antara keturunan Barata di padang Kurusetra. Terdapat 8 patung kuda yang menarik kereta perang, dan di atasnya terdapat dua pria, satu sebagai sais yang lain sebagai ksatria.

Sang sais adalah Prabu Kresna, Raja Dwarawati, terlihat dari mahkota raja yang dipakainya, sedangkan yang memegang busur panah dan bersanggul sepit udang adalah Arjuna, salah satu dari Pandawa Lima.

Hal ini berdasarkan kisah Barata Yudha, dimana Kresna ditunjuk Arjuna sebagi sais dalam pertempuran melawan kakaknya, Adipati Karna. Patung berdimensi panjang 23 meter dengan ketinggian sekitar 5 meter dan berbobot 3.600 ton ini ada yang mengartikan sebagai Arjuna Sasrabahu (salah satu titisan Wisnu) yang melawan Rahwana.

Ada makna mendalam yang tersirat dari patung ini. Jumlah patung kuda menggambarkan Astra Brata, 8 pedoman kepemimpinan. Pedoman yang menjadi pegangan Raja-raja di Nusantara ini adalah sebagai berikut:

Matahari/Surya: Pemimpin harus mampu memberi semangat dan kehidupan bagi rakyatnya.

Bulan/Candra: Pemimpin mampu memberi penerangan serta dapat membimbing rakyatnya yang berada dalam kegelapan.

Bumi/Pertiwi: Seorang pemimpin hendaknya berwatak jujur, teguh dan murah hati, senang beramal, dan senantiasa berusaha untuk tidak mengecewakan kepercayaan rakyatnya.

Angin/Bayu: Pemimpin harus dekat dengan rakyat, tanpa membedakan derajat dan martabatnya, bisa mengetahui keadaan dan keinginan rakyatnya. Mampu memahami dan menyerap aspirasi rakyat.

Hujan/Indra: Pemimpin harus berwibawa dan mampu mengayomi dan memberikan kehidupan, seperti hujan yang turun menyuburkan tanah.

Samudra/Baruna: Pemimpin harus memiliki pengetahuan luas.

Api/Agni: Pemimpin hendaknya tegas dan berani menegakkan kebenaran dan keadilan.

Bintang: Pemimpin harus dapat berfungsi sebagai contoh/teladan dan panutan bagi masyarakat.

Di sebelah selatan patung tersebut juga terdapat prasasti yang berbunyi: “Kuhantarkan kau, melanjutkan perjuangan, mengisi kemerdekaan dengan pembangunan yang tiada mengenal akhir.”

Semoga setiap pemimpin negeri ini, ketika melewati patung ini, selalu ingat dan akan mengamalkan makna yang tersirat tersebut.

Related

Science 7484675956526873627

Recent

Hot in week

Ebook

Koleksi Ribuan Ebook Indonesia Terbaik dan Terlengkap

Dapatkan koleksi ribuan e-book Indonesia terbaik dan terlengkap. Penting dimiliki Anda yang gemar membaca, menuntut ilmu,  dan senang menamb...

item