Begini Mengerikannya Yunani, Setelah Mengalami Krisis Ekonomi

Begini Mengerikannya Yunani, Setelah Mengalami Krisis Ekonomi

Naviri Magazine - Drama krisis Yunani terus berlanjut. Mayoritas penduduknya setuju untuk tidak menerima dana talangan dari negara Uni Eropa, dan otomatis keluar dari zona euro. Hal ini tidak membuat keadaan di dalam negeri itu membaik. Bank-bank masih banyak yang tutup, dan ribuan orang setiap hari turun ke jalan, berdemonstrasi.

Seperti ditulis CNNMoney, banyak koran di negara itu yang menyebut Yunani telah masuk dalam depresi, bukan resesi. Pendapatan domestik bruto telah turun 25 persen dalam enam tahun terakhir. Angka pengangguran naik dari 10 persen. Satu dari dua warga berusia 25 tahun tidak memiliki pekerjaan.

Banyak masyarakat di sana yang memilih opsi keluar dari Yunani. Sebanyak tiga persen dari populasi Yunani telah menempuh jalan tersebut sejak 2010.

Mereka yang tetap bertahan dan bekerja, menghadapi pemotongan gaji yang signifikan. Banyak pebisnis bangkrut. Sebanyak 60 perusahaan setiap hari gulung tikar.

Seorang warga di sana, Konstantinos Papageorgiou, terpaksa bekerja sementara karena tidak memiliki pekerjaan tetap sejak lulus kuliah. Ia hidup bersama orang tuanya yang telah pensiun.

"Banyak orang yang tidak seberuntung saya, punya keluarga yang membantu (keuangan)," kata Papageorgiou.

Sistem pensiun di Yunani menjadi sumber utama perdebatan panjang untuk mendapat dana talangan selama bertahun-tahun. Negara ini menganggarkan dana pensiun lebih besar dari negara Uni Eropa lainnya.

Pembayaran pensiun telah dipotong sebanyak 60 persen menjadi 830 euro setiap bulan, selama lima tahun terakhir. Menurut data Uni Eropa, 12 persen para pensiunan Yunani berada di garis kemiskinan. Angka ini jauh dari rata-rata negara Eropa, misalnya Finlandia, yang hanya 19 persen dan Austria sebesar 16 persen.

Pemerintah Yunani selalu bersikeras dalam negosiasi dengan Uni Eropa untuk memprioritaskan dana pensiun dan gaji pegawai negeri, sebelum membayar utang ke Dana Moneter Internasional (IMF), kalau negara itu kekurangan uang.

Banyak bank telah tutup, dan pemerintah membatasi jumlah penarikan uang. Para pensiunan yang tidak memiliki kartu debit kesulitan mengambil uangnya. Kondisi ini membuat kekacauan. Sampai akhirnya, beberapa bank buka tapi maksimum penarikan uang hanya 120 euro per nasabah.

Related

World's Fact 6390767579537151188

Recent

Hot in week

Ebook

Koleksi Ribuan Ebook Indonesia Terbaik dan Terlengkap

Dapatkan koleksi ribuan e-book Indonesia terbaik dan terlengkap. Penting dimiliki Anda yang gemar membaca, menuntut ilmu,  dan senang menamb...

item