Kisah Pemecatan Ratusan Karyawan BuzzFeed dan Huffington Post

Kisah Pemecatan Ratusan Karyawan BuzzFeed dan Huffington Post

Naviri Magazine - Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump menggembar-gemborkan kabar pemutusan hubungan kerja (PHK) besar-besaran yang dialami BuzzFeed dan Huffington Post. Ratusan karyawan termasuk wartawan di dua portal berita itu resmi kehilangan pekerjaan.

"Ax falls quickly at BuzzFeed and Huffpost!' Berita utama New York Post. Berita palsu dan jurnalisme yang buruk telah menyebabkan penurunan besar. Sayangnya, banyak orang lain akan tetap mengikuti. Orang-orang menginginkan kebenaran!" tulis Trump di akun Twitter-nya.

Dunia tahu bagaimana Trump sangat membenci media-media mainstream. Trump, pada Januari 2017 silam, sempat menyebut Buzzfeed sebagai 'onggokan sampah' karena menyebarkan informasi soal keterlibatan Rusia dalam pemilu AS 2016 lalu.

Bahkan, selain menyebut informasi tersebut sebagai sampah, orang nomor satu di AS itu juga memastikan BuzzFeed akan menerima konsekuensi karena menyebarkan informasi intelijen tersebut.

Dilansir DailyMail, kendati Trump mengklaim keputusan tersebut disebabkan jurnalisme yang buruk karena kerap menyebar hoaks, namun alasan sebenarnya terletak pada penurunan jumlah iklan.

Verizon, selaku perusahaan induk, memangkas tujuh persen staf di grup medianya, yang meliputi Huffington Post, Yahoo! dan AOL. Akibatnya, 800 pekerja di-PHK.

Penurunan penjualan iklan digital itu lantaran Facebook dan Google disebut memonopoli iklan digital, dan memblokir situs-situs berita sesuai strategi mereka. Pasalnya, selama ini, Facebook dan Google memegang 73 persen semua iklan digital A.S.

"Ini tidak terjadi karena ketidakefisienan pasar atau preferensi konsumen atau nilai sosial. Itu terjadi karena dua perusahaan yang sangat besar telah mengambil pendapatan iklan yang diandalkan oleh outlet jurnalisme, dan menggantinya dengan apa pun," kata reporter senior HuffingPost, Zach Carter.

Adapun BuzzFeed, sekitar 15 persen karyawan mereka, atau sekitar 250 pekerja, juga dirumahkan. Mereka terdiri dari wartawan kanal nasional, hiburan, keamanan nasional, hingga kesehatan.

“Pengalaman ini memilukan bagi semua orang yang terlibat," tutur pendiri dan CEO BuzzFeed, Jonah Peretti.

"Saya berharap ini bukan masalahnya, tetapi itu masalahnya. Saya tahu ini membuat banyak orang cemas. Kami berusaha mengurangi (PHK) sebanyak mungkin. Benar-benar menyedihkan, dan saya minta maaf," tambahnya.

Mengutip CNN, berita-berita yang dimuat dalam kanal nasional BuzzFeed, termasuk sejumlah fitur pelaporan paling bergengsi di sana, ikut dipotong. "Ini pembantaian," kata seorang karyawan kepada CNN.

Bahkan pemangkasan ini tak hanya berlaku untuk karyawan baru. Sejumlah karyawan terlama BuzzFeed News ikut terpengaruh, termasuk John Stanton, koresponden senior nasional dan mantan kepala biro BuzzFeed News DC.

Contoh lainnya adalah Michael Rusch, direktur kurasi berita global situs web yang membantu membangun akun sosial BuzzFeed News menjadi perusahaan besar. Secara keseluruhan, sebanyak 43 wartawan kanal Buzzfeed News dilepaskan.

"Di dalam ruang redaksi, karyawan menangis ketika mengetahui nasib mereka, dan nasib rekan-rekan mereka. Dalam tweet, wartawan BuzzFeed News menggambarkan situasi itu sangat menyiksa dan memilukan."

Keputusan PHK ini tak menutup kemungkinan akan meluas, dan berpengaruh ke kanal lainnya.

Related

World's Fact 4881136882521688996

Recent

Hot in week

Ebook

Koleksi Ribuan Ebook Indonesia Terbaik dan Terlengkap

Dapatkan koleksi ribuan e-book Indonesia terbaik dan terlengkap. Penting dimiliki Anda yang gemar membaca, menuntut ilmu,  dan senang menamb...

item