Kisah Jack Ma, dari Hidup Pas-pasan Menjadi Orang Terkaya di Dunia

Kisah Jack Ma, dari Hidup Pas-pasan Menjadi Orang Terkaya di Dunia

Naviri Magazine - "Maaf, kamu kurang bagus!" kata seorang manajer restoran makanan siap saji, sambil tersenyum getir.

Ucapan itu menusuk Ma Yun. Raut muka pemuda ceking itu berubah lesu. Harapan mendapat pekerjaan sirna lagi. Sudah 30 kali melamar, dan selalu ditolak!

Di sepanjang jalan pulang, dia membatin. "Kenapa gagal terus?" Ma tak habis pikir.

Bayangkan saja, restoran KFC baru buka di kota tempat Ma tinggal. Ada 24 orang yang melamar pekerjaan di sana. 23 orang diterima. Dan Ma satu-satunya yang gagal. Sungguh nelangsa.

Bukan cuma penolakan berulang kali saat melamar kerja, dari restoran KFC, karyawan hotel, sampai polisi. Ma juga pernah tiga kali gagal masuk universitas ternama. Tak seorang yakin dengan masa depan Ma.

Namun, lelaki kelahiran Hangzhou, Tiongkok, ini menolak menyerah. Latar belakang keluarganya yang biasa saja tak menyurutkan langkahnya menggapai keberhasilan.

Tapi siapa sangka, pria yang akrab dengan kegagalan itu kini menjadi salah satu manusia terkaya di muka bumi.

Jack Ma, begitu nama dia dikenal sekarang. Pendiri perusahaan e-commerce Alibaba Grup, yang menguasai Lazada itu, memiliki harta Rp 330 triliun, menurut majalah Forbes.

Seperti kisah 1001 malam yang menginspirasinya saat mendirikan Alibaba, menjelma jadi perusahaan raksasa kelas dunia, sejajar Apple, Google, dan Microsoft, Jack Ma ibarat dongeng dengan akhir indah.

Jack Ma membalik garis nasib. Sukses setelah tak diacuhkan.

Tubuh kecil tak gentar lawan orang besar

Lelaki kelahiran 10 September 1964 itu tumbuh pada zaman Tingkok terisolasi, karena komunisme. Keluarganya tak punya banyak uang.

Dia punya seorang kakak laki-laki dan adik perempuan. Seperti kebanyakan orangtua di negeri Tirai Bambu, ayah ibu Ma mendidiknya dengan keras, tak jarang pukulan melayang. Tapi Ma mengaku menikmati masa kecilnya.

Di sekolah, Ma yang berbadan kecil suka berkelahi dengan teman sekelasnya. "Aku tak pernah takut melawan orang yang lebih besar," kata Ma mengenang.

Sejak kecil, Ma suka belajar. Ia punya minat besar belajar bahasa Inggris. Pada usia 12 tahun, dia selalu bangun pagi pada pukul lima untuk pergi ke hotel, sehingga bisa praktek bicara bahasa Inggris dengan orang asing.

Dia terus melakukan itu selama 9 tahun, dan akhirnya menjadi pemandu wisata para turis. Ia berkawan dengan banyak orang asing. Bahkan pernah mengunjungi sebuah keluarga di Australia. Nama Jack sendiri adalah panggilan untuknya dari para turis.

Selesai SMA, dia mencoba ujian nasional masuk perguruan tinggi, tapi gagal dua kali. Ma akhirnya memilih kuliah di Hangzhou Normal University, yang diakuinya kurang berkualitas.

Ia lulus pada 1988, dan bekerja sebagai guru bahasa Inggris di Hangzhou Institute of Electronic Engineering, dengan bayaran hanya USD 12 per bulan.

Ma sempat puluhan kali melamar pekerjaan. Tapi seperti sudah disebutkan, ia tidak diterima satu pun.

Ma akhirnya bertekad mendirikan bisnis sendiri. Dia mendirikan perusahaan penerjemahan bahasa, tapi hasilnya kurang memuaskan. Suatu kali, dia sempat diutus sebuah perusahan China untuk menagih pinjaman dari seseorang di Amerika Serikat. Tapi ia gagal, dan malah diancam dengan senjata api.

Namun kepergiannya ke negeri Pamam Sam pada tahun 1995 tak percuma. Salah seorang temannya di Seattle menunjukkan padanya teknologi internet, yang dianggap Ma peluang bisnis menjanjikan.

Tahun itu, Ma beserta istri dan temannya merintis perusahaan internet, dengan modal awal US$20.000 atau sekitar Rp 2,7 miliar, untuk kurs saat ini. Ma menamainya Lembaran Kuning China (China Yellow Pages) dan meraup US$ 800 ribu (Rp 10,8 miliar) dalam rentang tiga tahun.

"Internet di China saat itu lambat sekali. Kami menunggu tiga setengah jam, dan baru mendapatkan separuh halaman."

Selang tiga tahun kemudian, ia mendirikan perusahaan perdagangan online Alibaba dari kamarnya, di Hangzhou, dengan 17 temannya. Mereka berhasil mengumpulkan pendanaan pertama senilai US$ 60 ribu (Rp 812 miliar). Pada waktu itu, e-commerce belum dikenal di China.

Ternyata, Alibaba kemudian sukses dan banyak menarik perhatian investor. Pada Oktober 1999, perusahaan itu sudah memperoleh investasi US$ 5 juta (Rp 67,7 miliar) dari Goldman Sachs, dan US$ 20 juta (Rp 270,8 miliar) dari Softbank.

Alibaba terus berkembang pesat. Pada 2005, Yahoo memberikan dana US$ 1 miliar pada Alibaba, dengan imbalan 40 persen kepemilikan saham. Sejak saat itu, laju Alibaba tak terbendung. Dan hidup Ma berubah. Dia menjadi orang paling berduit di China.

"Suatu hari, saya di San Francisco, dan saya berpikir Alibaba adalah nama yang baik. Alibaba membuka akses untuk perusahaan-perusahaan kecil dan menengah," kata Ma, mengulas asal usul nama Alibaba.

Filosofi Jack Ma semuanya tentang hubungan pribadi, juga bagaimana dia merekrut orang. "Jangan mempekerjakan orang yang paling berkualitas, tetapi carilah yang paling gila," katanya tertawa.

"Anda membutuhkan orang dengan ide-ide yang berbeda untuk membuat perusahaan ini hidup, bukan orang-orang yes men," kata Ma yang merupakan master seni bela diri.

Pada Maret 2013, tercatat 80 persen penjualan online di China dilakukan melalui website Alibaba. Ma mundur sebagai CEO Alibaba pada 2013, dan beralih ke posisi Executive Chairman.

Alibaba Group melejit menjadi raksasa e-commerce dunia. Penawaran saham perdana (initial public offering /IPO) Alibaba di Bursa Saham New York menjadi yang terbesar sepanjang sejarah Wall Street, dengan pencapaian US$25 miliar atau Rp 338,5 triliun.

Belakangan, Alibaba mengepakkan sayap ke Asia Tenggara, dengan memborong saham website e-commerce Lazada.

Tetap jadi guru

Meski hidup bergelimpang harta, Ma tetap bersahaja. Ia tidak begitu suka kehidupan pribadinya disorot.

Dia diketahui menikah dengan teman sekolahnya, Zhang Ying. "Dia memang tidak tampan, tapi aku jatuh cinta padanya karena dia bisa melakukan banyak hal yang tidak dapat dilakukan pria lain," kata Zhang memuji.

Ma dan Zhang dikaruniai dua anak. Satu lelaki dan satu perempuan. Anak lelakinya menempuh kuliah di University of California Berkeley.

Hebatnya, Ma tidak pernah menepikan kegiatan mengajar. Dia sering memberikan materi kuliah terbuka di universitas ternama dunia.

Sebagai orang tertajir di planet bumi, Ma bukan orang yang suka menimbun kekayaan untuk dinikmati sendiri.

Pada pertemuan umum tahunan para pemegang saham Alibaba pada 2010, Ma mulai menyumbangkan 0,3 persen penghasilan Alibaba Group untuk perlindungan lingkungan, terutama dalam meningkatkan kualitas udara dan air.

Dengan pencapaian itu, Ma seakan tak pernah kehabisan penghargaan. Forum Ekonomi Dunia menobatkannya sebagai Pemimpin Muda Dunia. Di majalah Fortune, Ma disebut sebagai 25 Pebisnis Paling Berpengaruh di Asia; di Businessweek sebagai Pebisnis Terbaik (2007); di Barron sebagai CEO Terbaik Dunia (2008), dan di Time masuk 100 Orang Paling Berpengaruh.

Jack Ma mungkin tak pernah membayangkan hidup sekaya ini. Ma juga tak pernah tahu jika penolakan dari KFC membuatnya hidup sebagai hartawan. Tapi Ma sudah memberikan pelajaran. Hidup tak boleh menyerah.

Related

Figures 7710375222091591615

Recent

Hot in week

Ebook

Koleksi Ribuan Ebook Indonesia Terbaik dan Terlengkap

Dapatkan koleksi ribuan e-book Indonesia terbaik dan terlengkap. Penting dimiliki Anda yang gemar membaca, menuntut ilmu,  dan senang menamb...

item