Perlu Dibaca, Kisah Kepala BPKM Menyelesaikan Sengketa di Yogyakarta

Perlu Dibaca, Kisah Kepala BPKM Menyelesaikan Sengketa di Yogyakarta

Naviri Magazine - Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), Bahlil Lahadalia, mendadak terbang ke Yogyakarta, Sabtu (04/01/2020). Bahlil tiba di Sleman, Yogyakarta, menjelang Pukul 15.00 WIB.

Mantan Ketua Umum Hipmi ini sempat mendapat kabar bahwa sejumlah penyandang disabilitas asal Dusun Mudal, Desa Argomulyo, Kecamatan Cangkringan, Kabupaten Sleman, harus gigit jari karena terhambat investasi.

Investasi yang dikeluarkan memang tak mencapai triliunan rupiah, tap kenapa Bahlil rela meluangkan waktu untuk menangani masalah ini?

Usaha pengolahan batu pasir yang dirintis oleh penyandang disabilitas di Dusun Butuh, Desa Bawukan, Kecamatan Kemalang, Kabupaten Klaten, mendapat penolakan dari oknum yang mengaku sebagai warga setempat.

"Kepala BKPM langsung bertemu dengan pemilik usaha pengolahan batu pasir  bernama Bambang Susilo (42). Bambang merupakan penyandang cacat," ujar Rizal Calvary Marimbo, Komite Investasi Bidang Komunikasi dan Informasi BKPM dalam keterangannya, Minggu (5/1).

Rizal mengatakan, Bahlil sengaja memboyong Kepala-Kepala Dinas terkait, sebab lokasi usaha penyandang cacat ini berada di perbatasan beberapa kabupaten di Yogyakarta dan Jawa Tengah.

Bahlil mengecek legalitas usaha Bambang. Ternyata, semua izin sudah lengkap. Bambang telah mengurus Izin usahanya sejak 10 Februari 2018. Izin usaha tersebut keluar setelah mendapat surat persetujuan yang ditandatangani 80 persen warga Bawukan, dan juga disetujui pemerintah kelurahan Bawukan dan Kecamatan Kemalang (Klaten).

Ironisnya, meski telah mengantongi izin, Bambang belum diperbolehkan warga sekitar untuk menghidupkan mesin pemecah batunya. Usahanya selalu dihalang-halangi oleh oknum-oknum yang mengaku sebagai warga setempat.

"Padahal, kita sudah investasi hampir satu miliar rupiah," ujar Bambang.

Bambang mengatakan, permintaan warga soal masalah debu sudah diselesaikan. Lokasi usahanya ditutupi dengan atap.

"Masalah getaran dan bising, saya buat alatnya tertanam di bawah tanah. Intinya prosedur dan permintaan warga sudah kami penuhi. Tapi ujung-ujungnya, izinnya malah terancam dicabut atas desakan warga, sehingga kami berlindung pada UU RI nomor 8 Tahun 2016 tentang penyandang cacat," katanya.

Usai mendengar curhatan Bambang, Bahlil dan rombongan bergerak ke lokasi usaha yang berstatus sebagai usaha mikro tersebut, di Kelurahan Bawukan dan Kecamatan Kemalang (Klaten).

Di lokasi, Bambang telah membenamkan dua mesin pemecah batu. Mesin yang lebih besar dibenamkan di dalam lubang sedalam 7 meter. Satunya lagi dibiarkan di tanah, sebab ukurannya kecil. Tujuannya untuk meredam suara bising mesin, dan dampak bila debu beterbangan sebagaimana dikeluhkan oleh sebagian warga.

Anehnya, meski sudah dibenamkan, beberapa warga lebih dulu keberatan dampak suara bising mesin dan debu. Padahal mesin tersebut belum pernah dioperasikan. Sambil berteriak-teriak, warga tetap mendesak agar Kepala BKPM tidak mengizinkan usaha Bambang dijalankan.

Mendengarkan desakan warga, Bahlil bergeming, ia mencium ada sesuatu yang janggal dengan penolakan itu.

Ada masalah lain dari sekadar dugaan masalah polusi suara dan lingkungan yang belum terbukti. Yang janggal lagi, mesin-mesin dan usaha pemecah batu sejenis sudah biasa dan memang bertebaran di daerah ini. Sebab warga setempat memanfaatkan bebatuan hasil muntahan Gunung Merapi. Sehingga bisa saja mangkraknya usaha penyandang cacat ini bermotif persaingan bisnis.

Bahlil tetap bersikap tegas kepada warga yang menolak. Usaha tetap dijalankan sesuai izin yang ada.

"Saya perintahkan kepada Kepala Dinas yang hadir dan Kapolres agar 'mengamankan' usaha saudara kita, penyandang cacat ini, sampai berjalan. Kita tes saja. Silakan usahanya jalan. Kalau benar-benar bising dan ada polusi debu, baru kita cabut izinnya. Jangan usaha ini belum jalan, tiba-tiba sudah ada keberatan. Kalau tidak ada aturan yang dilanggar, maka negara wajib melindungi usaha, investasi, dan jalannya mesin produksi di sini. Tidak boleh ada pihak yang mengganggu. Negara hadir di sini," ujar Bahlil.

Mendengar ketegasan Kepala BKPM, massa pun berangsur-angsur bubar. "Pak Bambang sudah boleh memulai produksinya mulai hari ini," ujar Bahlil.

Bambang tampak sumringah dan bahagia, sebab mesin produksinya boleh menderu lagi, setelah dua tahun mangkrak.

"Saya tidak menyangka usaha saya yang hanya tergolong usaha mikro dengan investasi tak lebih dari Rp 1 miliar ini mau ditangani langsung oleh Kepala BKPM, yang datang langsung ke sini. Kami wong cilik mendapat perlindungan dari pemerintah pusat. Alhamdullilah," ucap Bambang yang telah lama berjalan pincang sebab mengalami cacat di bagian kakinya.

Bahlil mengatakan, sesuai arahan Bapak Presiden Jokowi, BKPM tak hanya akan membantu dan melindungi investasi besar-besar. "Yang kecil pun, BKPM akan lindungi, sebab UMKM merupakan tulang punggung perekonomian bangsa," ujar Bahlil.

Menurut Bahlil, yang menjalankan ini adalah penyandang disabilitas, termasuk para karyawannya.

"Dosa besar kita kalau menghalangi-halangi pekerjaan mereka. Kita justru harus memberikan dispensasi dan melapangkan jalan mereka, konstitusi juga sedang menjamin itu. Selagi tak melanggar hukum, usaha penyandang cacat harus kita bantu. Syukur-syukur dia mau usaha sendiri," ucap Bahlil.

Related

News 2323575114987677421

Recent

Hot in week

Ebook

Koleksi Ribuan Ebook Indonesia Terbaik dan Terlengkap

Dapatkan koleksi ribuan e-book Indonesia terbaik dan terlengkap. Penting dimiliki Anda yang gemar membaca, menuntut ilmu,  dan senang menamb...

item