Ini Panduan Aman Mengendarai Supercar di Jalan Raya, Menurut Ahli

Ini Panduan Aman Mengendarai Supercar di Jalan Raya, Menurut Ahli

Naviri Magazine - Mengemudi mobil jenis supercar tidak bisa sembarangan. Pengemudinya harus tahu bagaimana cara mengendalikan besarnya tenaga dari mesin 'mobil super' tersebut.

Seperti kita ketahui, mengemudikan supercar tidak sama seperti mobil-mobil pada umumnya, misalnya Multi Purpose Vehicle (MPV), Sport Utility Vehicle (SUV), maupun sedan. Asal 'bejek' pedal gas, supercar bukan tidak mungkin 'melintir' sehingga berisiko pada keselamatan pengemudi, penumpang, bahkan pengguna jalan lain.

Hal ini berkaca pada kasus kecelakaan MS menabrak separator busway akibat hilang kendali, di kawasan Jakarta Pusat pada Selasa (24/12) dini hari, saat mengendarai Lamborghini Gallardo. MS adalah adik AM, tersangka kasus penodongan menggunakan senjata api kepada dua pelajar di Kemang, Jakarta Pusat, beberapa waktu lalu.

Praktisi keselamatan Jakarta Devensive Driving Consulting (JDDC), Jusri Palubuhu, mengatakan, mengemudikan supercar harus punya skills (kemampuan).

Sebagai contoh, mobil MPV dan SUV dari posisi diam sampai 100 km per jam mungkin membutuhkan waktu sekitar 10 detik. Namun durasi yang dibutuhkan supercar sekitar tiga hingga empat detik. Karena itu, setiap pijakan pedal gas harus terukur, sesuai kondisi jalan yang dilalui.

Di samping itu, setiap pengemudi supercar harus mengerti seluk beluk mobil. Pelajari mode berkendara yang tersedia, misal mode normal, sport, super sport, atau bahasa lainnya, yang membedakan mode berkendara sesuai medan yang dilewati.

Disarankan, bagi pengemudi yang belum terbiasa untuk mengaktifkan mode berkendara normal, karena umumnya kerja mesin lebih 'kalem' ketimbang mode berkendara lainnya. Praktis, mobil lebih mudah dikendalikan.

"Jangan asal injek gas, pahami dahulu mobilnya. Mobil ini beda dengan mobil biasanya. Gunakan mode berkendara yang paling santai. Supercar itu kan punya pilihan mode. Pilih yang rendah, supaya kemampuan mesin tidak keluar semua," kata Jusri.

Jusri menambahkan, pengemudi juga harus memperhatikan fitur penunjang keselamatan lain, misal kontrol traksi, atau biasa disebut Traction Control System atau Active Stability Control pada mobil 'murah’ Xpander.

Fitur itu dipercaya bisa membantu ban tidak slip, atau meningkatkan daya cengkeram ban ke aspal. Karena itu, jangan pernah mematikan fitur tersebut, kecuali mobil berada di sirkuit, dan di baliknya ada seorang pengemudi profesional.

"Jangan bergaya mematikan fitur, misalnya kontrol traksi. Itu kalau dimatikan bisa menyebabkan roda spin (berputar tak terkendali). Kalau sudah pengalaman tidak apa-apa, karena mereka memang mau cari sensasi berkendara," ucapnya.

Perlu dipahami, supercar punya ground clearance rendah. Sehingga pengemudi juga harus pintar memilah jalan, mengingat jalan di Indonesia bergelombang, penuh lubang, dan banyak polisi tidur.

"Mengemudi memang sama saja, tapi kalau supercar beda. Perlu pemahaman dulu sebelum jalan," kata dia.

Cara pengereman pun, menurut Jusri, harus diperhatikan. Mengingat mobil ini bisa melaju sangat cepat, untuk itu pengemudi harus memperhitungkan waktu yang pas untuk mengerem atau menghindar, jika ada objek muncul mendadak di depan.

"Ingat, ini teori dasar. Semakin berat, semakin besar momentum. Semakin besar tenaga, semakin besar momentum. Semakin cepat, semakin besar momentumnya," kata Jusri.

Jusri menambahkan, mengemudi supercar harus selalu menggunakan akal sehat. Pikirkan segala risiko. Salah perhitungan, bisa membuat mobil bergerak liar, dan tentu kemudi bakal susah dikendalikan.

Related

Automotive 3627980646053978586

Recent

Hot in week

Ebook

Koleksi Ribuan Ebook Indonesia Terbaik dan Terlengkap

Dapatkan koleksi ribuan e-book Indonesia terbaik dan terlengkap. Penting dimiliki Anda yang gemar membaca, menuntut ilmu,  dan senang menamb...

item