Misteri di Balik Minimnya Kasus Virus Corona di Wilayah Afrika (Bagian 2)

Misteri di Balik Minimnya Kasus Virus Corona di Wilayah Afrika, naviri.org, Naviri Magazine, naviri

Naviri Magazine - Uraian ini adalah lanjutan uraian sebelumnya (Misteri di Balik Minimnya Kasus Virus Corona di Wilayah Afrika - Bagian 2). Untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik dan urutan lebih lengkap, sebaiknya bacalah uraian sebelumnya terlebih dulu.

Ketika virus Corona menghentak, 40 penerbangan per minggu milik Garuda Indonesia dan 44 penerbangan per minggu milik Lion Group (Lion Air dan Batik Air) dari dan menuju Cina terpaksa dihentikan. Padahal, rute Indonesia-Cina menyumbang 35 hingga 40 persen dari total penerbangan internasional Indonesia.

Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), total penumpang penerbangan internasional Indonesia pada Januari 2020 di empat bandara utama ada di angka 1.460.487. Jika, katakanlah, penumpang-penumpang itu diangkut pesawat berjenis Boeing 737, pesawat terpopuler di dunia yang memiliki daya angkut hingga 124 penumpang, maka terdapat 11.778 penerbangan internasional Indonesia di bulan Januari.

Artinya, karena penangguhan yang dilakukan pemerintah, setidaknya 4.122 hingga 4.711 penerbangan internasional terdampak virus Corona di Indonesia.

Yang unik, karena data dari MIT Media Lab hanya mengikutsertakan negara-negara yang nilai perdagangannya lebih besar atau sama dengan $1 miliar, dan produk yang nilainya diperdagangkan lebih besar atau sama dengan $10 juta, Kongo (Kongo-Brazzaville), Sudan Selatan, Republik Afrika Tengah, Chad, dan Mauritania diabaikan.

Karena nilai perdagangan di 21 negara Afrika itu terbilang kecil, konektivitas mereka ke dunia internasional terbilang kecil, sehingga potensi Corona untuk masuk lebih kecil. Hal ini dapat menjelaskan pula mengapa ebola yang pernah mewabah di Afrika tidak menyebar ke seluruh dunia sehebat Corona.

Jika melihat peta persebarannya, ebola hanya menjangkiti enam negara Afrika, yakni Sierra Leone, Liberia, Senegal, Nigeria, Mali, dan Republik Demokrasi Kongo (Congo-Kinshasa) yang menyebabkan 3.400 jiwa meninggal dunia.

Selain Afrika, ebola hanya sempat menyebar ke Italia (1 kasus), Amerika Serikat (4 kasus), Spanyol (1 kasus), dan Inggris (1 kasus).

Namun, patutkah 'ketiadaan' COVID-19 di 21 negara Afrika dipercaya sepenuhnya?

Simon Marks dan Abdi Latif Dahir, dalam laporannya untuk The New York Times, menyatakan bahwa sistem kesehatan publik di Afrika luar biasa rapuh. Hanya ada sedikit fasilitas kesehatan yang mampu mendeteksi virus Corona. Para dokter telah kewalahan menghadapi malaria, campak, dan, tentu saja, ebola.

John Nkengasong, direktur Africa Centers for Disease Control and Prevention yang berkantor pusat di Addis Ababa, menyebut jika Corona menghampiri Afrika, konsekuensinya “bisa sangat besar”.

Di sisi lain, Youyou Zhou, dalam tulisannya di Quartz, menyatakan bahwa Afrika hari ini berbeda dengan Afrika satu dekade lalu, khususnya dalam melihat hubungan mereka dengan Cina.

Saat ini, kehadiran Cina di Afrika sangat masif. Banyak perusahaan Cina yang memenangkan proyek infrastruktur di Afrika. Bandar Udara di Kenya, Mali, Mauritius, Mozambique, Nigeria, Republik Kongo, Togo, hingga Sierra Leone, dibangun oleh Cina.

Dalam laporan untuk Bloomberg, Sheridan Prasso menunjukkan bahwa di sebagian negara Afrika, istilah “negeri made in China” memang pantas disematkan.

Merujuk laporan Prasso, terkait pembangunan infrastruktur, khususnya untuk membangun dunia digital (yang mencakup telekomunikasi, penyiaran, hingga sistem pengawasan warga) misalnya, Zambia menggelontorkan uang sekitar $1 miliar. Uang ini jelas tidak berasal dari kas negara Zambia, melainkan pinjaman dari Export-Import Bank of China.

Karena kuatnya hubungan Cina-Afrika hari ini, konektivitas pun meningkat. Merujuk laporan Zhou, pada 2010 hanya ada satu penerbangan langsung Cina-Afrika. Kini, ada delapan penerbangan Cina-Afrika.

Saban tahun, 850.000 penumpang terbang dari Cina ke Afrika dan sebaliknya. Tercatat, ada 81.000 warga Afrika yang bersekolah di Cina, dan dua juta warga Cina kini merantau di Afrika.

Dengan konektivitas yang cukup tinggi antara Cina-Afrika kini, terasa aneh jika banyak negara di Afrika belum terjangkit Corona.

Baca laporan lengkap seputar wabah virus corona, di Indonesia maupun dunia, meliputi data dan fakta terkini sekaligus perkembangannya » Data, Fakta, dan Perkembangan Wabah Corona.

Related

News 5718116711113552987

Recent

Hot in week

Ebook

Koleksi Ribuan Ebook Indonesia Terbaik dan Terlengkap

Dapatkan koleksi ribuan e-book Indonesia terbaik dan terlengkap. Penting dimiliki Anda yang gemar membaca, menuntut ilmu,  dan senang menamb...

item