Idul Fitri di Tengah Wabah Corona: Apa Nanti Kita Mau Salaman Pakai Kaki?

Naviri Magazine - WHO telah menetapkan virus corona sebagai pandemi, yang berarti bisa menyerang siapa saja dan menjadi perhatian seluruh negara. Di Indonesia, pemerintah mengupayakan sekeras mungkin agar corona tak menyebar luas.

Salah satu cara yang diupayakan adalah menelusuri (tracing) seluruh kontak atau interaksi 34 pasien positif corona yang ada di Indonesia. Pemerintah khawatir, corona yang menyebar berdampak semkain luas, salah satunya pada ritual keagamaan.

"Kenapa kita harus gerak cepat, kan bentar lagi mau Idul Fitri. Masa iya kita mau sungkem enggak nempel, mau salaman sama orang tua masa pakai kaki," ucap juru bicara penanganan corona, Achmad Yurianto di Jakarta, (12/3).

Tak hanya silaturahmi, Yurianto mengkhawatirkan corona yang terus menyebar membuat orang enggan salat Idul Fitri berjemaah, atau bahkan disarankan salat Idul Fitri tak di tempat umum.

"Kalau enggak bisa salat Id kan repot. Masa salat Id dilakukan oleh keluarga, kan repot ini," tuturnya.

Yurianto menyebut Indonesia belum terpikirkan untuk menetapkan status lockdown atau isolasi, baik skala kota apalagi negara, seperti di China, Italia, Iran, dan lainnya.

"Jangan dihitung dalam waktu singkat di Indonesia ada sekian ratus yang positif. Justru pandemi ini untuk semua negara merespons lebih keras lagi," terang Yuri.

"Permasalahannya di Indonesia adalah tracing," imbuhnya.

Dalam hal ini, pemerintah tidak mudah menelusuri jejak pasien positif corona ini dalam 14 hari terakhir ke mana saja, dan bertemu siapa saja, karena pasien tidak hafal.

"Dalam beberapa kasus mulai kita mendapatkan laporan-laporan di daerah tentang PDP (Pasien Dalam Pengawasan) yang semakin meningkat. Sudah barang tentu ini pintu bagi kita menelusuri kemungkinan munculnya kasus positif," pungkasnya.