Penjelasan Ilmiah Terkait Cara Virus Corona Menginfeksi Tubuh Manusia

Penjelasan Ilmiah Terkait Cara Virus Corona Menginfeksi Tubuh Manusia, naviri.org, Naviri Magazine, naviri

Naviri Magazine - Bayangkanlah virus itu seperti teroris yang bergerak secara diam-diam, mencari titik lemah sasaran.

Dia menyusup pada sistem pemerintahan sebuah negara, menabrak titik lemahnya, dan pada saat yang tepat kemudian melumpuhkan negara tersebut. Lalu mereka membangun jejaring teroris yang lebih kuat untuk menyerang negara lain.

Tubuh juga seperti negara. Tubuh manusia rata-rata terbuat dari 30 triliun sel, dan berisi 40 triliun bakteri. Sel-sel itu memperbarui diri sendiri secara terus menerus, saat ada yang rusak. Sel punya sistem dan kekuatan untuk menghadapi musuh-musuhnya, salah satunya virus.

Saat tidak sedang berada di dalam inangnya, virus sebenarnya hanya sebuah bahan genetik (DNA atau RNA) yang diselubungi oleh protein. Begitu virus ini berhasil menyusup di sel makhluk hidup, baik hewan, tumbuhan maupun manusia yang kemudian menjadi inangnya, virus dapat hidup dan berkembang, dan kemudian menjadi agen infeksi penyebab penyakit.

SARS-CoV-2 kemungkinan besar ditularkan dari kelelawar ke manusia. Penyakit akibat virus ini hampir sama dalam kasus SARS 2002 dan MERS 2012. Ketiga jenis virus dapat menyebar dari manusia ke manusia.

Para ilmuwan saat ini masih meneliti cara kerja SARS-CoV-2. Namun, berdasarkan genomnya, para peneliti melihat bahwa virus ini tampaknya bekerja dengan cara yang tidak jauh berbeda dengan SARS-CoV, yang menyebabkan wabah SARS pada 2002 atau golongan Coronavirus (CoV) lainnya.

Komite Taksonomi Virus Internasional (ICTV) mengidentifikasi SARS-CoV-2 sebagai galur dari SARS-CoV. Virus penyebab COVID-19 merupakan virus ketujuh dari golongan CoV yang menyerang manusia, setelah 229E, NL63, OC43, HKU1, MERS-CoV, dan SARS-CoV.

SARS-CoV-2 tidak dapat memperbanyak diri tanpa menginfeksi sel mamalia sebagai inang atau rumahnya. Virus ini bisa menginfeksi sel pada manusia melalui kecocokan reseptor (molekul protein yang menerima sinyal kimia dari luar sel) pada sel tersebut.

Virus ini memiliki protein reseptor permukaan yang dapat berikatan dengan enzim (ACE2) di permukaan sel paru-paru (sistem pernapasan) dan usus halus (sistem pencernaan), dengan dipicu oleh enzim tertentu pada sel inang. Ini seperti gembok dan kunci yang cocok, sehingga dapat menyebabkan terbukanya suatu akses.

Sebuah penelitian terkini menunjukkan enzim pada sel inang, yang disebut furin, memiliki peranan yang penting pada proses ikatan antara virus SARS-CoV-2 dan inangnya. Furin ditemukan pada banyak jaringan tubuh manusia, termasuk paru-paru, hati, dan usus halus. Dengan demikian, virus itu berpotensi menyerang banyak organ.

Setelah berikatan dengan reseptor sel inang, SARS-CoV-2 mengambil alih mesin kendali yang dimiliki oleh sel. Dia lalu membajaknya untuk menghasilkan lebih banyak materi genetik virus serta individu baru dari virus tersebut. Kemudian, sel inang kelamaan akan mati secara perlahan dan hancur.

Hal ini pada akhirnya dapat menyebabkan gangguan pada tingkat jaringan, hingga kegagalan kerja organ.

Fase serangan paru-paru

Secara medis, gejala COVID-19 terlihat dari timbulnya infeksi seperti demam, batuk, sesak napas, dan kesulitan bernapas. Namun, ada pula yang sebenarnya terinfeksi tetapi tidak menunjukkan gejala apa pun.

Organisasi Kesehatan Dunia menyatakan, COVID-19 biasanya menyerang paru-paru dalam tiga fase: (1) replikasi virus, (2) reaksi berlebih dari sistem kekebalan tubuh, dan (3) rusaknya paru-paru.

Namun, tidak semua pasien penyakit ini mengalami ketiga fase tersebut.

Pada kondisi awal infeksi, SARS-CoV-2 menyerang sel paru-paru manusia secara cepat. Ada dua tipe sel yang diserang, yaitu sel yang menghasilkan mukus (lendir) dan sel dengan silia (memiliki struktur seperti rambut).

SARS-CoV-2 menginfeksi dan membunuh sel silia, yang kemudian mengelupas dan mengisi saluran udara pasien dengan puing-puing sisa sel atau jaringan dan cairan, sehingga membuat tidak optimalnya kerja organ.

Pada fase berikutnya, sel-sel sistem kekebalan tubuh mulai masuk. Tubuh kita melawan penyakit dengan membanjiri paru-paru dengan sel-sel sistem kekebalan tubuh, untuk membersihkan kerusakan dan memperbaiki jaringan paru-paru.

Tapi kadang-kadang sistem kekebalan tubuh bermasalah, dan sel-sel itu membunuh apa pun, termasuk jaringan tubuh yang sehat. Bahkan lebih banyak puing yang menyumbat paru-paru yang menyebabkan radang paru-paru (pneumonia) semakin memburuk.

Akhirnya, kerusakan paru-paru terus meningkat pada fase ketiga. Hal ini yang dapat menyebabkan kegagalan bernapas yang dapat menyebabkan kematian.

Bahkan, jika kematian tidak terjadi, beberapa pasien bertahan dengan kerusakan paru-paru yang sangat parah. Ketika hal itu terjadi, pasien harus memakai ventilator untuk membantu sistem pernapasannya, hingga kondisi pasien perlahan membaik dan pulih kembali.

Sementara itu, peradangan di paru-paru juga membuat membran antara kantong udara dan pembuluh darah lebih mudah ditembus oleh sebuah partikel yang dapat mengisi paru-paru dengan cairan dan mempengaruhi kemampuannya untuk memenuhi suplai oksigen dalam darah.

Data dari 44.000 pasien COVID-19, menurut Organisasi Kesehatan Dunia, 81% mengalami gejala ringan, 14% gejala parah, 5% sakit parah, antara 1% dan 2% meninggal karena penyakit ini. Selain itu, masa inkubasi pasien awalnya ditetapkan 1-14 hari. Kini, masa inkubasi ditingkatkan hingga 28 hari.

Related

Science 2178559871141673747

Recent

Hot in week

Ebook

Koleksi Ribuan Ebook Indonesia Terbaik dan Terlengkap

Dapatkan koleksi ribuan e-book Indonesia terbaik dan terlengkap. Penting dimiliki Anda yang gemar membaca, menuntut ilmu,  dan senang menamb...

item