Jika Herd Immunity Diterapkan untuk Mengatasi Wabah Corona, 16 Juta Orang Indonesia Bisa Mati

Jika Herd Immunity Diterapkan untuk Mengatasi Wabah Corona, 16 Juta Orang Indonesia Bisa Mati, naviri.org, Naviri Magazine, naviri majalah, naviri

Naviri Magazine - Dunia pernah mendapatkan herd immunity ketika flu spanyol menyerang, dan hasilnya sepertiga orang di dunia mati akibat wabah ini.

Wabah penyakit akibat infeksi virus akan hilang ketika mayoritas populasi kebal, dan individu berisiko terlindungi oleh populasi umum. Dengan begitu, virus akan sulit menemukan host atau inang untuk menumpang hidup dan berkembang. Kondisi itu disebut Herd Immunity atau kekebalan kelompok.

Untuk mencapai kekebalan kelompok, mayoritas populasi harus sembuh dari infeksi patogen, agar sel memori imun merekam ciri-ciri patogen penyebab penyakit. Caranya bisa ditempuh dengan vaksinasi, atau membiarkan tubuh mendapat paparan penyakit secara alami.

Ketika pandemik flu 1918 atau familiar disebut flu spanyol, dunia pernah terpaksa menjalani langkah alami membentuk herd immunity. Penyakit ini dipicu oleh infeksi virus influenza, terjadi dari Maret 1918 hingga Juni 1920. Sekitar 500 juta orang atau sepertiga populasi dunia terinfeksi virus ini. CDC memperkirakan jumlah kematian mencapai 50 juta di seluruh dunia.

“Tak ada vaksin, upaya pengendalian terbatas pada isolasi, karantina, menjaga kebersihan, memakai disinfektan, dan pembatasan. Itu pun tidak merata,” tulis CDC.

Kekebalan kelompok dari infeksi alami berisiko menimbulkan sakit parah bahkan kematian. American Heart Association bahkan mengatakan pemulihan infeksinya memakan waktu lama, hingga hitungan bulan bahkan tahunan. Bayangkan berapa banyak negara harus menanggung kerugian dengan menempuh cara ini.

“Penyebaran infeksi ke kelompok berisiko tinggi tak bisa dibatasi. Beberapa orang yang terinfeksi akan mengembangkan penyakit sangat parah, dan sebagian akan mati,” ungkap Paul Hunter, seorang profesor dokter di Inggris.

Sebaliknya, vaksin meminimalisir risiko tersebut karena patogen telah dilemahkan, diuji coba, dan terjamin aman. Dengan vaksinasi, penyebaran infeksi kepada kelompok berisiko bisa ditekan, dengan memilih kelompok kuat untuk dijadikan populasi kebal. Namun perlakuan ini tampaknya belum bisa diterapkan untuk kasus COVID-19 karena vaksinnya belum ditemukan.

Kekebalan dari infeksi alami bukan pilihan

Populasi untuk kekebalan kelompok pada tiap penyakit berbeda persentasenya. Sebagai gambaran salah satu penyakit menular, satu orang dengan campak bisa menginfeksi 20 orang lainnya. Jika ingin mencapai kekebalan kelompok maka cakupan target vaksinnya harus mencapai 95 persen.

Kemudian gondongan. Meskipun relatif jinak, setiap orang dengan infeksi gondongan bisa menularkan virus kepada 10-12 orang lain. Kekebalan kelompok bisa dibentuk asal 92 persen populasi kebal. Sementara flu rata-rata hanya menginfeksi 1,3 orang, sehingga kekebalan kelompoknya cukup hanya 25 persen saja.

Lalu bagaimana dengan COVID-19?

Infeksi SARS-CoV-2 pada satu orang diperkirakan dapat menular kepada 2-3 orang lain. Rata-rata algoritma kekebalan kelompoknya harus mencapai 50-67 persen populasi. Dengan jumlah penduduk 271 juta jiwa (proyeksi 2020), Indonesia perlu membuat 182 juta rakyatnya terinfeksi dan membentuk herd immunity.

Dari jumlah tersebut, sekitar 10 persen termasuk dalam infeksi yang harus mendapat penanganan khusus. Artinya 18,2 juta rakyat harus masuk rumah sakit. Dihitung dari persentase kematian sebesar 8,9 persen, maka Indonesia akan kehilangan sekitar 16 juta jiwa.

Jika diasumsikan serupa wabah flu spanyol yang datang dalam tiga gelombang, maka tiap gelombang COVID-19 bisa memakan korban meninggal lebih dari 5 juta orang. Tentu kita tak mau statistik tersebut menjadi kenyataan. Dari sudut pandang epidemiologis, tingkat infeksi COVID-19 harus diturunkan setara flu, sekitar 1,3 orang.

Langkahnya dilakukan dengan menciptakan jarak interaksi dan mengurangi kontak, sehingga jumlah orang yang terinfeksi bisa ditekan. Pola interaksi semacam ini harus terus dipertahankan, sampai wabah usai atau vaksin ditemukan. Ketika saat itu tiba, kita bisa merayakannya dengan kembali bekerja, bertemu keluarga, atau sekadar nongkrong bersama teman.

Baca laporan lengkap » Semua Hal tentang Virus Corona, di Indonesia dan Dunia

Related

Science 6316586613205401930

Recent

Hot in week

Ebook

Koleksi Ribuan Ebook Indonesia Terbaik dan Terlengkap

Dapatkan koleksi ribuan e-book Indonesia terbaik dan terlengkap. Penting dimiliki Anda yang gemar membaca, menuntut ilmu,  dan senang menamb...

item