Rumah Sakit Rujukan Penuh Semua, Bagaimana Nasib Pasien Corona? (Bagian 2)

Rumah Sakit Rujukan Penuh Semua, Bagaimana Nasib Pasien Corona? naviri.org, Naviri Magazine, naviri

Naviri Magazine - Uraian ini adalah lanjutan uraian sebelumnya (Rumah Sakit Rujukan Penuh Semua, Bagaimana Nasib Pasien Corona? - Bagian 1). Untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik dan urutan lebih lengkap, sebaiknya bacalah uraian sebelumnya terlebih dulu.

Dokter spesialis paru-paru yang bertugas di RS Persahabatan, salah satu RS rujukan pemerintah, Faisal Yunus, menyebut kondisi itu terjadi karena keterbatasan ruang isolasi, alat bantu pernapasan, alat pelindung diri (APD), dan jumlah tenaga medis.

"Itu semua karena pemerintah tidak menyangka, tidak siap dan menganggap tidak akan masuk corona. Setelah kejadian seperti ini, baru semua pontang-panting. RS rujukan itu jumlah dan kapasitas daya tampungnya terbatas," kata Faisal.

"Di RS Persahabatan tempat saya bertugas, antrean masuk itu sekitar 800 orang yang terdaftar. Sementara daya tampungnya sekitar 40 orang di ruangan, dan sekitar 20 di IGD. Tidak mungkin kita tampung semua. Tempat kita terbatas, tenaga medis juga terbatas, jadi tidak mungkin," katanya.

Faisal menegaskan, wabah Covid-19 tidak seperti penyakit lain yang bisa menjalani perawatan di ruang terbuka, seperti lorong rumah sakit, atau digabung dengan pasien lainnya.

"Dulu demam berdarah bisa kita taruh di lorong, gang, dan lain. Kita tidak menolak pasien, karena demam berdarah kan tidak menular. Kalau ini, Covid, kan menular, tidak bisa sembarangan kita taruh tempat. Jadi itu masalahnya," kata Guru Besar Pulmonologi dan Ilmu Kedokteran Respirasi dari Universitas Indonesia itu.

Senada dengan itu, Ketua Purna PB Ikatan Dokter Indonesia, Oetama Marsis, menyebutkan hambatan yang dialami oleh RS rujukan adalah kekurangan APD dan jumlah pasien yang besar.

"Indonesia (Kemkes) awalnya lambat dan tidak sigap dalam menghadapi pandemi Covid-19. Walaupun saat ini pemerintah sudah mulai berjalan di jalur penanganan yang benar, tetapi tampaknya belum siap untuk menghadapi ‘ledakan’ covid 19," kata Oetama.

Rumah sakit wajib rawat pasien Covid-19

Kemudian, apa solusi di tengah keterbatasan jumlah ruang dan fasilitas rumah sakit rujukan dalam menangani pasien virus corona?

Faisal menegaskan bahwa pemerintah harus mengeluarkan keputusan tegas, dengan memerintahkan seluruh rumah sakit untuk menangani pasien corona.

"Itu berlaku juga di seluruh dunia, tidak cukup jika hanya RS rujukan (yang menangani). Semua RS yang punya ICU, ventilator dan ruang isolasi, turut berpartisipasi, karena tidak mungkin semua ditanggulangi hanya oleh RS rujukan, dan hanya oleh dokter paru. Semua harus bergerak!" kata Faisal.

"Bayangkan, hanya dalam beberapa hari saja RS Wisma Atlet sudah ada 400 orang. Kita masih butuh banyak ruangan dan alat. Jika tidak, maka akan terjadi lagi seperti yang di Tangerang dan tempat lain, pasien meninggal sebelum mendapatkan perawatan," ujar Faisal.

Dokter Oetama menambahkan, solusi yang perlu dilakukan adalah menyiapkan RS rujukan darurat secara cepat dengan kesiapan untuk perawatan pasien sakit sedang dan berat, rekrutmen SDM kesehatan, percepatan pengadaan maupun produksi ventilator, dan APD.

"Bilamana gagal dengan Karantina Wilayah (Lockdown Partial), secepatnya beralih ke Karantina Nasional (Lockdown Total)," katanya.

Seberapa besar daya tampung RS rujukan?

Juru bicara pemerintah untuk penanganan Covid-19, Achmad Yurianto, menyebutkan, RS rujukan nasional yang disiapkan pemerintah telah menambah ruang isolasi sampai dengan 1.967 ruangan untuk perawatan sedang hingga berat.

Kemudian, RS Wisma Atlet yang sudah dioperasionalkan sudah merawat inap 411 pasien.

"Ini upaya yang masih akan kita terus lakukan, bersamaan dengan semakin bertambahnya kasus," kata Yurianto dalam konfrensi pers di Media Center Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19, yang disiarkan langsung melalui Youtube.

Pemerintah juga telah menyiapkan 132 rumah sakit rujukan di seluruh Indonesia dalam penanganan virus corona.

Terkait kapasitas RS rujukan yang penuh, Yurianto mengatakan, perlu penataan pengaturan pasien di RS.

"Kita dorong kasus positif yang klinisnya ringan-sedang tidak dirawat di RS Rujukan, tetapi di RS Darurat Covid-19 di Wisma Atlet (kapasitas 3.000 orang), bahkan kalau klinis ringan bisa self isolation. Kondisi ini diharapkan bisa mengurangi penggunaan tempat tidur di RS rujukan, dan hanya diperuntukkan bagi pasien dengan kondisi sakit sedang-berat," katanya.

Kemudian, saat ditanya terkait saran untuk melibatkan RS swasta untuk berpartisipasi menangani pasien Covid-19, Yurianto menyebut, "Sekarang banyak sekali RS Swasta yang sudah ikut serta dalam penanganan Covid19, tetapi tetap seleksi kondisi pasien penting, agar tepat guna."

Baca laporan lengkap » Data, Fakta, dan Perkembangan Wabah Corona.

Related

News 1073909718359071056

Recent

Hot in week

Ebook

Koleksi Ribuan Ebook Indonesia Terbaik dan Terlengkap

Dapatkan koleksi ribuan e-book Indonesia terbaik dan terlengkap. Penting dimiliki Anda yang gemar membaca, menuntut ilmu,  dan senang menamb...

item