Bank Dunia: Wabah Corona Telah Meruntuhkan Ekonomi Terparah Sepanjang Sejarah

Bank Dunia: Wabah Corona Telah Meruntuhkan Ekonomi Terparah Sepanjang Sejarah, naviri.org, Naviri Magazine, naviri majalah, naviri

Naviri Magazine - Bank Dunia memperkirakan remitansi global akan turun 20 persen pada 2020. Pasalnya, virus corona yang melumpuhkan perekonomian membuat banyak pekerja migran di dunia diberhentikan.

Bahkan, sekitar US$100 miliar sumber dana masyarakat miskin di dunia itu diperkirakan akan terpotong. Sebagai perbandingan, penurunan remitansi global pada 2009 atau setelah krisis keuangan global hanya mencapai 5 persen.

"Ini adalah kejatuhan remitansi yang tak pernah kami harapkan terjadi sebelumnya dalam sejarah," ujar Kepala Ekonom Migrasi dan Pengiriman Uang Bank Dunia, Dilip Ratha, dikutip dari CNN.

Menurut PBB, diperkirakan 800 juta orang atau satu dari setiap sembilan orang di dunia didukung oleh pengiriman remitansi tersebut.

"Mereka tidak akan bisa membeli makanan, mereka tidak bisa mempertahankan mata pencaharian keluarga mereka," lanjut Ratha.

Penurunan remitansi juga akan secara dramatis berdampak pada tingkat pertumbuhan di negara-negara berkembang yang telah bergantung pada pendapatan pekerja migran untuk menggerakkan perekonomian mereka.

Bank Dunia mencatat kontribusi remitansi di negara seperti Haiti, Sudan Selatan, dan Tongo, mencapai sepertiga dari Produk Domestik Bruto (PDB).

"Ini sebenarnya garis hidup ekonomi penting bagi negara-negara berkembang. Semakin miskin negara, semakin kecil negara, semakin rapuh negara, semakin besar ketergantungan pada pengiriman uang," imbuh Ratha.

Sekitar 270 juta pekerja migran tinggal di luar negeri di seluruh dunia, Ratha mendesak pemerintah global untuk berbuat lebih banyak untuk melindungi mereka yang paling rentan.

"Kita tak bisa mengabaikan penderitaan banyak orang ini. Kita perlu merawat mereka, kita harus inklusif dalam tanggapan kebijakan kita terhadap krisis virus corona," ujar Ratha.

Ketergantungan dunia terhadap remitansi dalam dua dekade terakhir memang meningkat signifikan. Peluang untuk tenaga kerja bergaji rendah global yang melonjak dramatis memberikan orang pilihan untuk mendapatkan lebih banyak uang di luar negeri daripada di rumah.

Bank Dunia mencatat pembayaran yang masuk ke negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah telah tumbuh dari hampir US$75 miliar pada 2000 menjadi sekitar US$554 miliar pada 2019. Angka ini meningkat hingga lebih dari 630% dalam kurun waktu hampir dua dekade.

Transfer uang pekerja migran itu kini berkontribusi lebih banyak pada ekonomi negara-negara berpenghasilan rendah tersebut, ketimbang investasi langsung asing atau bantuan asing.

Jumlah uang yang ditransfer setiap tahun bahkan lebih mengejutkan ketika memperhitungkan ukuran transaksi individu. Western Union, perusahaan raksasa pengiriman uang, menyebut rata-rata pembayaran bulanan pekerja migran bisa mencapai US$300.

Namun, saat ini perusahaan yang berada di 200 negara terpaksa menutup sementara beberapa cabangnya di beberapa negara, karena kebijakan lockdown.

"Saat ini kami melihat penurunan ini, terutama dalam bisnis ritel kami," kata Presiden Transfer Uang Konsumen Western Union, Khalid Fellahi. Ia menambahkan, kini banyak orang memilih menggunakan layanan pengiriman uang digital daripada secara fisik mengambil uang tunai ke outlet ritel.

Kendati demikian, ia optimistis remitansi akan bangkit kembali karena pembayaran ini sangat penting. "Jika seorang putra (pekerja migran) meninggalkan ibunya, itu akan mengoyak hatinya, jadi dia harus mengirim uang kembali," pungkas Fellahi.

Baca laporan lengkap » Semua Hal tentang Virus Corona, di Indonesia dan Dunia.

Related

News 7752556401783266616

Recent

Hot in week

Ebook

Koleksi Ribuan Ebook Indonesia Terbaik dan Terlengkap

Dapatkan koleksi ribuan e-book Indonesia terbaik dan terlengkap. Penting dimiliki Anda yang gemar membaca, menuntut ilmu,  dan senang menamb...

item