Kisah dan Pengalaman Orang-orang yang Pernah Masuk ICU karena Kena Corona (Bagian 2)

Kisah dan Pengalaman Orang-orang yang Pernah Masuk ICU karena Kena Corona, naviri.org, Naviri Magazine, naviri majalah, naviri

Naviri Magazine - Uraian ini adalah lanjutan uraian sebelumnya (Kisah dan Pengalaman Orang-orang yang Pernah Masuk ICU karena Kena Corona - Bagian 1). Untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik dan urutan lebih lengkap, sebaiknya bacalah uraian sebelumnya terlebih dulu.

Pulang ke rumah

Terlepas dari seberapa tenang dan terlatihnya staf medis, ICU adalah tempat yang penuh tekanan.

"Jika Anda berpikir tentang hal-hal yang digunakan untuk penyiksaan, Anda akan mengalami sebagian besarnya di dalam perawatan intensif," kata Hugh Montgomery, seorang profesor Pengobatan Perawatan Intensif di University College London dan Rumah Sakit Whittington, di London.

Diwawancarai oleh surat kabar Guardian, Hugh menggambarkan bagaimana pasien sering telanjang. Lalu, para pasien terus menerus mendengar suara bising tiba-tiba.

Tidak berhenti di situ, tidur para pasien pun terganggu oleh prosedur medis dan pemberian obat sepanjang malam, dan mereka mengalami ketidaknyamanan dan disorientasi. Mereka juga terkadang merasa bingung, takut, dan terancam.

Jadi tidak mengherankan bahwa, saat pulang ke rumah setelah perawatan intensif, para pasien dan bahkan keluarganya mengalami gangguan stres pasca-trauma.

Mereka mungkin jadi sulit tidur atau tidak ingat pernah dirawat di ICU. Layanan Kesehatan Nasional Inggris merekomendasikan keluarga untuk menyimpan buku harian ICU, sehingga pasien dapat secara perlahan memahami pengalaman mereka saat pulih.

Dan dampak fisik dari menggunakan mesin guna menjalankan fungsi dasar tubuh adalah perjalanan panjang para pasien. Mereka perlu melatih kembali tubuhnya untuk bekerja, dan pasien akan cenderung mengalami pengecilan dan pelemahan otot.

Sebuah studi Universitas Johns Hopkins di Amerika Serikat mengungkapkan, satu hari di ICU sama dengan kehilangan 3% sampai 11% kekuatan otot pasien.

Waktu pemulihan yang panjang

Bagi banyak pasien Covid-19, penggunaan ventilator dalam membantu fungsi paru-paru untuk bernapas akan menyebabkan semakin lama juga waktu bagi mereka untuk kembali normal.

Ventilator, juga dikenal sebagai mesin pernapasan, membantu menyalurkan oksigen ke paru-paru - dan mengeluarkan karbon dioksida.

Agar dapat bekerja, pasien perlu memasang selang melalui mulut atau hidung. Caranya, ada yang dibius dan ada juga yang memerlukan pembedahan untuk memasukkan selang oksigen langsung ke trakea - prosedur invasif yang dapat lebih mempersulit proses pemulihan.

Dalam sebuah survei untuk Inggris, Wales dan Irlandia Utara, pasien yang dirawat di unit perawatan kritis menghabiskan waktu empat sampai lima hari di sana, menurut laporan terbaru dari 4 April.

Dari 2.249 pasien yang terdata, hanya 15% dari mereka yang menghabiskan waktu di ICU keluar dari rumah sakit, begitu juga dengan jumlah yang meninggal. Sementara, mayoritas - sekitar 1.600 - pasien tetap menjalani perawatan kritis.

Namun angka statistik harus dibaca dengan hati-hati, karena angka pasien keluar rumah sakit dan kelangsungan hidup bervariasi di berbagai negara. Sebuah laporan Inggris menemukan bahwa 67% dari pasien Covid-19 yang mendapatkan "alat bantu pernapasan lanjut" meninggal dunia.

Sebuah penelitian di Cina menyatakan bahwa hanya 14% yang selamat setelah menggunakan ventilator.

Mengambil 'langkah demi langkah'

Ini merupakan pengalaman terburuk Hylton Murray-Phillipson, 61 tahun. Ventilator terpasang di mulutnya karena menderita gejala Covid-19 yang parah. Dia juga harus makan melalui pipa, dan kehilangan 15% dari berat tubuhnya. Setelah sembuh dan meninggalkan rumah sakit, ia masih harus belajar berjalan lagi.

Murray-Phillipson mengambarkan pemulihannya sebagai sebuah proses 'langkah demi langkah'.

"Belajar pelan-pelan untuk duduk di kursi selama tiga jam, dan tidak jatuh ke belakang. Pada dasarnya seperti memohon belas kasihan, terasa fantastis," katanya.

Sebuah video yang menampilkan upacara penghormatan saat ia keluar dari Rumah Sakit Leicester menunjukkan petugas medis bersorak-sorak saat ia meninggalkan ruang perawatan menggunakan kursi roda.

Dia mengatakan bersyukur karena diberi "kesempatan kedua" untuk hidup, dan telah belajar untuk menghargai hal-hal yang dia terima sebelumnya.

"Kicauan burung, bunga bakung, langit biru. Ketika saya berada di rumah sakit, aku berfantasi tentang roti panggang dan selai jeruk, hal-hal yang biasanya kamu anggap remeh," katanya.

"Akhirnya [aku diberi] makanan cair, dan kemudian, ya ampun, sup daun bawang dan kentang! [Rasanya seperti] bisa berada di sana selama sisa hidupku."

Baca laporan lengkap » Semua Hal tentang Virus Corona, di Indonesia dan Dunia.

Related

News 7869535451533425497

Recent

Hot in week

Ebook

Koleksi Ribuan Ebook Indonesia Terbaik dan Terlengkap

Dapatkan koleksi ribuan e-book Indonesia terbaik dan terlengkap. Penting dimiliki Anda yang gemar membaca, menuntut ilmu,  dan senang menamb...

item