Masyarakat yang Tak Disiplin Jadi Penyebab Tingginya Kasus Corona di Indonesia

Masyarakat yang Tak Disiplin Jadi Penyebab Tingginya Kasus Corona di Indonesia, naviri.org, Naviri Magazine, naviri majalah, naviri

Naviri Magazine - Salah satu masalah yang kerap menjadi sorotan dalam penanganan wabah corona adalah kapasitas pemeriksaan Polymerase Chain Reaction (PCR) dan juga pelacakan kasus positif secara masif.

Masalah ini pun menjadi sorotan Jokowi. Pada pertengahan April lalu, dia meminta jajaran pembantunya untuk meningkatkan jumlah tes PCR hingga 10 ribu sekali.

"Paling tidak, kita bisa tes lebih dari 10 ribu," kata Jokowi, saat membuka Rapat Terbatas di Istana Merdeka, Jakarta.

Berdasarkan catatan, pemeriksaan PCR mengalami peningkatan signifikan dalam beberapa pekan terakhir, meski belum mencapai keinginan Jokowi; 10 ribu uji dalam satu hari.

Berdasarkan data yang dirilis oleh Kementerian Kesehatan, pemerintah tercatat melakukan 6.663 tes PCR pada periode 30 Desember-31 Maret, sementara pada 1-30 April pemerintah melakukan 65.658 tes.

Artinya, rataan pemeriksaan harian meningkat dari semula 204 tes per hari pada Maret 2020 menjadi 2.189 tes per hari pada April 2020. Sebagai catatan, angka tertinggi jumlah pengujian dalam satu hari terjadi pada 12 April 2020 lalu, yaitu untuk 7.111 orang.

Jika diakumulasikan, Juru Bicara Pemerintah untuk penanganan Covid-19, Achmad Yurianto, mengatakan bahwa sudah ada 107.943 spesimen dari 79.868 orang yang diuji per Sabtu (2/5). Jumlah itu pun dinilai masih jauh dari kata pengujian secara masif, seperti yang diumbar oleh pemerintah sejauh ini.

"Belum (masif), penduduk kita 270 juta, tesnya baru 100 ribuan. Masih sangat sedikit," kata Hasbullah, ahli kesehatan masyarakat (FKM) Universitas Indonesia.

Sebagai perbandingan, Vietnam yang penanganan wabah coronanya menuai pujian dari berbagai pihak, melakukan 180 ribu pengujian sejak Januari lalu, meski hanya terdapat 270 kasus positif.

Hasbullah menyatakan, jumlah tes yang sedikit bisa dimaklumi jika dilakukan tepat sasaran. Namun, menurut dia, pola pelacakan kasus positif Covid-19 di Indonesia pun masih bermasalah. Salah satu penandanya, menurut Hasbullah, adalah tidak ada teknologi yang digunakan untuk melakukan pelacakan pada lingkaran orang-orang yang kontak dengan pasien positif.

"(Ada) dikembangkan software yang mendata. Kalau kita mendekati (pasien positif), kan sekarang bisa dengan GPS, ketahuan. Kalau data itu online, misalnya kamu dekat dengan riawayat pernah kontak, nanti di HP ada warning," kata dia.

"Sebenarnya kan teknologi memungkinkan itu. Tapi kita tidak punya instrumen itu. Jadi gimana masyarakat bisa tahu," lanjut dia.

Selain itu, Hasbullah juga menyoroti sejumlah kasus yang memperlihatkan ketidakjujuran pasien Covid-19 saat berhadapan dengan petugas kesehatan, terkait dengan penanganan Covid-19. Di beberapa daerah, kasus itu kemudian berujung pada meninggalnya petugas kesehatan, karena pelacakan kasus jadi berantakan.

Oleh sebab itu, kata dia, respons dan juga kedisiplinan masyarakat dalam menghadapi wabah pandemi ini pun menjadi penting.

"Karena kita punya masalah tadi, disiplin masyarakat," tukas dia.

Baca laporan lengkap » Semua Hal tentang Virus Corona, di Indonesia dan Dunia.

Related

News 6753748447006626430

Recent

Hot in week

Ebook

Koleksi Ribuan Ebook Indonesia Terbaik dan Terlengkap

Dapatkan koleksi ribuan e-book Indonesia terbaik dan terlengkap. Penting dimiliki Anda yang gemar membaca, menuntut ilmu,  dan senang menamb...

item