Misteri Gelombang Kedua Wabah Corona di China, Korsel, dan Singapura

Misteri Gelombang Kedua Wabah Corona di China, Korsel, dan Singapura, naviri.org, Naviri Magazine, naviri majalah, naviri

Naviri Magazine - Setiap orang memakai masker dan menjaga jarak. Di saku mereka selalu terselip sabun atau minimal hand sanitizer. Kafe dan pusat perbelanjaan beralih ke sistem daring, kita tak lagi bisa menjajal baju di butik atau sekadar ngopi di kedai favorit.

Bayangkan sebuah kehidupan baru yang akan kita jalani ke depan. Mungkin narasi di atas adalah gambarannya. Buang jauh-jauh rutinitas lalu ketika kita bisa beraktivitas bebas tanpa khawatir sakit. COVID-19 mungkin tak akan pernah lenyap dari dunia.

Cina sebagai negara pertama kasus COVID-19 sempat optimistis ketika mengumumkan nol kasus baru setelah tiga bulan bertarung melawan transmisi virus di negara mereka. Provinsi Hubei mengakhiri pembatasan pada 25 Maret, menyusul Wuhan yang akhirnya ikut mencabut kuncian pada 8 April.

Rakyat Cina dalam beragam rekam gambar yang tersiar di media sosial tampak bersuka cita. Pusat perbelanjaan dan tempat-tempat wisata pun mulai dibuka. Harapan bahwa pandemi segera berakhir tampaknya sudah di depan mata. Seluruh media mengabarkan bahwa negara tersebut telah berhasil mengendalikan wabah.

Sampai kemudian kasus baru kembali terdeteksi di wilayah timur laut Cina, dan lagi-lagi di pusat kota Wuhan. Kekhawatiran terhadap gelombang wabah kedua muncul dari kasus impor. Provinsi Heilongjiang jadi gerbang masuk para pelancong dari perbatasan Rusia yang ternyata menjadi pusat penyebaran kasus baru tanpa gejala.

“Mayoritas ... orang Cina masih rentan terhadap infeksi COVID-19, karena kurangnya kekebalan,” ujar Zhong Nanshan, penasihat medis senior pemerintah Cina.

Dengan alasan itulah, Zhong memperkirakan risiko wabah gelombang dua di masa depan. Orang-orang tanpa gejala—yang baru masuk ke Cina—sangat mungkin menjadi penular di lingkungan sekitar. Pola serupa Cina ditemukan juga di negara lain seperti Korea Selatan dan Singapura, tak lama pasca-pelonggaran kuncian.

Korsel mencatat 35 kasus baru pada 10 Mei kemarin, angka tertinggi sejak 9 April. The Korea Herald mewartakan, belasan orang terinfeksi dari satu orang yang pergi ke lima klub dan bar di Itaewon. Sementara Pusat Pencegahan dan Pengawasan Penyakit Korea Selatan mengonfirmasi 27 kasus terlacak dari pengunjung di klub daerah tersebut.

Kemudian Singapura pada 20 April lalu menemukan sekitar 1.400-an kasus baru. Jumlah tersebut menjadi angka harian tertinggi sejak kasus pertama Singapura dilaporkan pada 23 Januari. Kluster ini muncul di wilayah asrama pekerja asing di bidang konstruksi, yang sebagian berasal dari Bangladesh dan India.

Baca laporan lengkap » Semua Hal tentang Virus Corona, di Indonesia dan Dunia.

Related

News 7150384022310760781

Recent

Hot in week

Ebook

Koleksi Ribuan Ebook Indonesia Terbaik dan Terlengkap

Dapatkan koleksi ribuan e-book Indonesia terbaik dan terlengkap. Penting dimiliki Anda yang gemar membaca, menuntut ilmu,  dan senang menamb...

item