Rahasia di Balik Komputer-komputer Canggih Dalam Film Hollywood (Bagian 2)

 Rahasia di Balik Komputer-komputer Canggih Dalam Film Hollywood, naviri.org, Naviri Magazine, naviri majalah, naviri

Naviri Magazine - Uraian ini adalah lanjutan uraian sebelumnya (Rahasia di Balik Komputer-komputer Canggih Dalam Film Hollywood - Bagian 1). Untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik dan urutan lebih lengkap, sebaiknya bacalah uraian sebelumnya terlebih dulu.

Dalam Blade Runner, saya baru ikut ambil bagian setelah proses produksi dimulai. Dennis awalnya ingin merekrut saya untuk me-refresh segala yang sudah dibuat dan, dalam beberapa kasus, membuatnya ulang. Setelah proses editing berlangsung, ternyata apa yang sudah ada ternyata lebih cocok dengan cerita.

Saya memberi usulan bentuk UI dan itu membantunya mengarahkan film dengan lebih baik. Saya bikin mood board untuk membantu Denis mengenali tekstur dan bagaimana cahaya bakal memancar dari layar. Setting film ini adalah dunia yang kelam, dan kami mencoba melihat apakah teknologi analog bakal serasi di dalamnya.

Bagi Denis, keduanya tidak nyambung, awalnya. Semua terasa sangat digital. Makanya kami kembali menggunakan UI lama yang mirip UI kapal selam lama. Denis benar-benar tertarik dengan UI ini. Hampir 80 persen desain yang saya kirim tak masuk hasil akhir filmnya,

UI fiktif apa yang sering jadi inspirasi Anda?

Yang jelas Blade Runner. Blade Runner pertama selalu jadi inspirasi saya. Saya suka film itu. Saya hafal segala macam estetika di dalamnya.

Kalau ngomong inspirasi desain, Oblivion adalah film yang keren. Itu film yang terus ditiru sampai sekarang. Yang lucu adalah semua desain dalam film itu dibuat berdasarkan sebuah grid. Orang yang bertanggung jawab atas desainnya adalah Bradley [G. Munkowitz]. GMUNK, begitu dia biasa dipanggil, benar-benar menjalankan tugasnya dengan baik. Dia sangat berbakat dan sangat dikagumi banyak orang.

Di banyak proyek Anda, selalu ada background skema warna yang lebih mirip sistem operasi komputer zaman kuno, dibandingkan interface modern. Apa ada semacam kesapakatan atas apa yang dimaksud dengan warna “futuristik?”

Oh, itu kerjaan orang studio. Menurut saya, warna-warna itu adalah warna yang dianggap mewakili “teknologi tingkat tinggi.” Jadi kalau UI-nya berwarna cyan, orang mikir pasti itu teknologi tingkat tinggi, seperti set Tron.

Apa ada desain UI yang tidak realistik yang sering diminta klien?

Teks “ALERT” yang besar banget. Dalam kehidupan nyata saja, saya jarang melihatnya. Mungkin itu jenis koreksi dari klien yang paling ofensif. “Ukuran font-nya bisa 100, bold dan warna merah?” Teks ukuran besar itu mengesalkan, karena cuma menutupi penulisan naskah yang buruk.

Sejauh ini, bagaimana falsafah desain di komunitas Anda menyesuaikan diri dengan perkembangan teknologi terkini, termasuk ketertarikan pada UI yang tidak 2D saja?

Begitu teknologi nyata mulai menggunakan Augmented Reality dan Virtual Reality, kami mulai menyaksikan perubahan yang subtil dan keren dalam bentuk UI di film-film. Beberapa produksi film dilakukan dengan pintar dan menghindari desain yang berlebihan karena memang dalam kenyataannya tidak begitu. Jadi, mentalitas seperti ini mulai meresap dalam komunitas kami.

Sebenarnya, membuat desain minimalis itu lebih mudah karena tiap titik dan garis harus punya fungsi jelas. Selain itu, desain minimalis kadang dianggap kurang kelihatan “mahal” oleh studio film. 

“Her” adalah film yang berhasil memanfaatkan desain minimalis ini. Konsep AI dan programming-nya pas dengan dunia dalam ceritanya. Harusnya memang seperti itu.

Pernah ada orang yang ingin mewujudkan desain Anda menjadi teknologi betulan? Kalau benar ada, bagaimana dengan masalah hak intelektual karya-karya Anda?

Semua yang kami kerjakan jadi milik studio yang menyewa kami, tapi idenya bisa terus dikembangkan. Jadi, selalu ada saja yang datang dan ingin mewujudkan desain kami. Menurut saya, orang-orang ini melihat desain punya fungsi penting dalam cerita film dan langsung bilang, “yang itu keren, aku mau teknologi kayak gitu di helmku besok.” Padahal mendesain UI di dunia nyata jauh lebih ribet.

Kami memang memikirkan psikologi manusia saat mengerjakan proyek-proyek ini. Kami juga memikirkan apa yang masuk akal secara visual. Tapi kadang, ada masanya kami berpikir, “bodo amat, ceritanya butuh yang kayak gini, sikat aja.” Dalam dunia nyata, yang terjadi adalah kebalikannya. Proses pengembangan teknologi baru berlangsung tahunan, bukan dalam beberapa minggu.

Pernah memasukkan easter egg atau inside joke ke desain Anda?

Tidak. Orang suka memasukkan tanggal lahir atau referensi tertentu tentang orang yang mereka sayangi. Saya tak melakukan hal itu, karena kedengerannya kurang elok. Sepertinya, saya serius kerja sampai tak sempat menyimpang dari ide kreatif utama kami dan melakukan hal konyol macam itu.

Dulu, beberapa tahun lalu, tim kami pernah sok-sok usil seperti itu. Di film Iron Man 3, studio film yang bikin film itu mengetahui keusilan salah satu kru kami. Kami pun dipanggil. Ternyata ada yang memasukkan lirik ke tampilan GACK Tony Stark.

Sialan, bagian itu kelihatan ketika di-pause random, dan orang studio membacanya. Mungkin mereka bisa saja membiarkannya. Cuma karena konyol, jadi di-cut.

Related

Technology 728455290314308218

Recent

Hot in week

Ebook

Koleksi Ribuan Ebook Indonesia Terbaik dan Terlengkap

Dapatkan koleksi ribuan e-book Indonesia terbaik dan terlengkap. Penting dimiliki Anda yang gemar membaca, menuntut ilmu,  dan senang menamb...

item