Wabah Corona Belum Usai, Negara-negara Kini Memulai Perang Dagang

Wabah Corona Belum Usai, Negara-negara Kini Memulai Perang Dagang, naviri.org, Naviri Magazine, naviri majalah, naviri

Naviri Magazine - Di saat perkembangan vaksin yang dinilai positif membawa dampak berupa munculnya optimisme bahwa hidup normal kembali dan pulihnya ekonomi akan terwujud, ancaman baru kembali muncul dari ketegangan yang terjadi antara Washington-Beijing.

Poros Amerika Serikat (AS) dan China kembali bersitegang. Trump terus menuding China sebagai biang keladi merebaknya wabah, sehingga menjadi pandemi seperti sekarang ini.

Berbagai ultimatum dilayangkan Trump, mulai dari adanya tarif baru, menghapus China dari rantai pasok global, menjegal perusahaan teknologi China, memutus hubungan bilateral, mengancam akan menghentikan dana untuk WHO, dan terus mendesak dilakukannya investigasi terkait asal muasal virus yang kini telah menyebabkan pandemi global ini.

China yang geram akhirnya buka suara. Presiden Xi Jinping dalam Majelis Kesehatan Dunia (WHO) memberikan pidatonya bahwa China sudah sangat transparan terkait wabah. China juga mendukung langkah investigasi, tetapi harus dilakukan secara independen dan menggunakan prinsip objektivitas.

Selain itu, Xi Jinping juga berjanji jika vaksin ditemukan maka produk tersebut akan menjadi barang milik umum, serta memberikan bantuan senilai US$ 2 miliar untuk memberantas pandemi.

Tekanan untuk melakukan investigasi juga muncul dari Australia. Hal ini membuat hubungan Australia-China juga retak. Terbaru, China memutuskan untuk menetapkan kebijakan anti-dumping dan anti-subsidi untuk 80,5% produk import Barley dari Australia.

Merasa dirugikan, tersiar kabar Australia berencana melaporkan China ke Organisasi Perdagangan Dunia (WTO). Tak hanya AS-China saja yang menjadi sorotan dunia. Kini perang dagang antara Australia-China juga tengah dicermati arah dan perkembangannya.

Perang dagang menambah buruk prospek perekonomian yang sudah rontok akibat langkah penanganan wabah di berbagai negara. Aset-aset minim risiko seperti emas jadi diminati dan diburu, dan membuat harganya terbang.

Prospek ekonomi yang suram juga membuat potensi banjir stimulus masih akan terjadi. Faktor ini juga menjadi pemicu penguatan emas terjadi, mengingat emas juga menjadi aset lindung nilai terhadap inflasi maupun depresiasi nilai tukar.

Baca laporan lengkap » Semua Hal tentang Virus Corona, di Indonesia dan Dunia.

Related

News 20008051806939850

Recent

Hot in week

Ebook

Koleksi Ribuan Ebook Indonesia Terbaik dan Terlengkap

Dapatkan koleksi ribuan e-book Indonesia terbaik dan terlengkap. Penting dimiliki Anda yang gemar membaca, menuntut ilmu,  dan senang menamb...

item