Kisah Tragis Orang-orang yang Jadi Korban Hoax Virus Corona (Bagian 2)

Kisah Tragis Orang-orang yang Jadi Korban Hoax Virus Corona, naviri.org, Naviri Magazine, naviri majalah, naviri

Naviri Magazine - Uraian ini adalah lanjutan uraian sebelumnya (Kisah Tragis Orang-orang yang Jadi Korban Hoax Virus Corona - Bagian 1). Untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik dan urutan lebih lengkap, sebaiknya bacalah uraian sebelumnya terlebih dulu.

Dr Duncan Maru, dokter di Elmhurst Hospital di New York, mengatakan rekannya sempat merawat pasien yang sakit parah karena menelan disinfektan. "Dampaknya bisa jangka panjang, seperti kanker dan pendarahan usus," katanya.

Media sosial juga jadi tempat subur tumbuhnya teori konspirasi.

Di Inggris Raya, lebih dari 70 tiang telepon dirusak karena desas-desus yang mengaitkan virus corona dengan jaringan seluler 5G.

Bulan April, Dylan Farrell, seorang teknisi telekomunikasi diteriaki di mobilnya ketika sedang parkir di depan sebuah café untuk mampir minum teh di kota Leicester. Ia diteriaki: “Kalian tak bermoral!” oleh seorang pria. “5G membunuh kita!”

Karena merasa akan diserang secara fisik, Dylan mengurungkan niat dan segera pergi dari situ. “Menakutkan sekali,” katanya.

"Banyak beredar teori konspirasi seputar teknologi 5G," kata Claire Milne. "Sekarang berkembang jadi dikaitkan dengan virus corona."

Ketegangan rasial

Bulan Maret, Dirjen WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus mengingatkan bahwa pandemi bisa mengobarkan “musuh yang berbahaya". Ia mengatakan ini sehubungan dengan rasisme yang menimpa orang Asia dan China. Virus telah memperburuk ketegangan di beberapa negara.

Bulan April, tiga pria Muslim diserang terpisah di Delhi, karena desas-desus bahwa Muslim menyebarkan virus corona. Di Sisai, sebuah desa kecil di India timur, terjadi bentrokan antar geng, sesudah terjadi serangan terhadap seorang anak Muslim karena desas-desus serupa. Akibat bentrokan, satu orang meninggal dunia dan satu luka parah.

Laporan palsu juga beredar. Di Bradford, Inggris, beredar isu bahwa pasien kulit berwarna dibiarkan mati tanpa perawatan. Lalu di Indore, sebuah kota di India barat, dokter yang sedang melacak pasien yang terpapar virus, malah dilempari batu.

Penyebabnya adalah sebuah video beredar di aplikasi WhatsApp yang menyatakan Muslim yang sehat dibawa oleh petugas kesehatan untuk disuntik dengan virus. Dua orang dokter mengalami cedera yang cukup parah akibat kejadian ini, awal April lalu.

Bahaya infodemi

WHO sudah mengingatkan akan ‘infodemi’, di mana banyak orang tersesat oleh apa yang mereka baca secara daring. Mereka tidak selalu membahayakan diri dengan memakan obat palsu. Namun mereka mengurangi kesempatan untuk selamat karena berpikir Covid-19 tidak nyata atau tidak serius.

Di Queens, New York, sepasang pria datang ke unit gawat darurat rumah sakit. Mereka tinggal di kamar dan tempat tidur yang sama. Keduanya sakit parah, dan dalam beberapa jam dokter yang menangani, Dr Rajeev Fernando, melihat satu dari mereka meninggal dunia, sedangkan pria satu lagi dipasangi ventilator.

Dr Fernando bertanya kenapa mereka tak ke rumah sakit lebih cepat. Jawabnya, mereka mengaku sempat membaca di media daring bahwa virus itu tidak terlalu serius.

"Mereka mencoba pengobatan alternatif," kata Dr Fernando. "Mereka pikir Covid-19 ini setara flu."

Dr Maru, dokter di Elmhurst Hospital, New York, berkata jumlah pasien yang menunda-nunda perawatan “sangat banyak."

Ia melihat orang yang sakit dan kemudian meninggal karena beranggapan jaga jarak itu tidak efektif, atau virus corona hanya hoaks. Dr Maru dan rekan-rekannya sibuk membongkar misinformasi seraya merawat pasien.

"Misinformasi ini masalah struktural," katanya. "Menyalahkan orang karena menelan disinfektan ini serupa dengan menyalahkan orang yang sedang jalan kaki lalu tersambar mobil yang dikemudikan orang mabuk."

Menanggapi gelombang misinformasi, perusahaan media sosial menerapkan aturan baru. Facebook menyatakan, “Kami tidak membiarkan misinformasi yang merugikan dan telah menghapus ratusan ribu unggahan. Termasuk tentang obat palsu dan penyataan bahwa virus corona disebabkan oleh 5G, atau unggahan tentang virus corona tidak ada”.

Related

World's Fact 6765430822404750832

Recent

Hot in week

Ebook

Koleksi Ribuan Ebook Indonesia Terbaik dan Terlengkap

Dapatkan koleksi ribuan e-book Indonesia terbaik dan terlengkap. Penting dimiliki Anda yang gemar membaca, menuntut ilmu,  dan senang menamb...

item