Kasus Corona di Indonesia Mulai Terkendali, Nilai Rupiah Ikut Membaik (Bagian 2)

Kasus Corona di Indonesia Mulai Terkendali, Nilai Rupiah Ikut Membaik naviri.org, Naviri Magazine, naviri majalah, naviri

Naviri Magazine - Uraian ini adalah lanjutan uraian sebelumnya (Kasus Corona di Indonesia Mulai Terkendali, Nilai Rupiah Ikut Membaik - Bagian 1). Untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik dan urutan lebih lengkap, sebaiknya bacalah uraian sebelumnya terlebih dulu.

Korea Selatan menjadi bukti adanya risiko penyebaran Covid-19 gelombang kedua. Korea Selatan di awal Mei berhasil menekan penyebaran Covid-19 hingga penambahan kasus per harinya hanya 1 digit, tetapi kini kembali konsisten bertambah 2 digit. Pada 27 Mei lalu terjadi penambahan kasus sebanyak 79 orang, menjadi yang tertinggi sejak 4 April.

Oleh karena itu, pelonggaran lockdown ataupun PSBB harus dilakukan dengan sangat hati-hati dan bertahap, agar tidak terjadi lonjakan kasus signifikan.

Kemudian risiko yang kedua, masih belum bisa ditebak sejauh apa performa ekonomi saat new normal. Ekspektasi yang tinggi bisa menimbulkan kekecewaan yang besar, dan sekali lagi bisa memicu aksi jual.

Yang ketiga adalah konflik AS-China. Survei terbaru dari Reuters menunjukkan sebanyak 70% dari 57 analis menyatakan dalam enam bulan ke depan permintaan akan safe haven bisa kembali meningkat akibat risiko yang tinggi dari eskalasi konflik AS-China. Peningkatan permintaan safe haven artinya dolar AS akan kembali menguat.

Konflik kedua negara memang terlihat belum akan mereda dalam waktu dekat. Apalagi AS akan mengadakan pemilihan presiden pada November mendatang, sehingga ada kemungkinan China enggan bernegosiasi sampai pemilu tersebut selesai.

Secara teknikal, penguatan tajam rupiah pada hari Selasa membentuk pola Black Marubozu, dilihat dari grafik candle stick harian.

Rupiah membuka perdagangan kemarin level Rp 14.480/US$ sekaligus menjadi level tertinggi hari ini, dan menutup perdagangan di level Rp 14.380/US$ sekaligus menjadi level terendah intraday. Sehingga secara teknikal rupiah disebut membentuk pola Black Marubozu.

Munculnya Black Marubozu kerap dijadikan sinyal kuat jika harga suatu instrumen akan mengalami penurun lebih lanjut. Dalam hal ini, nilai tukar dolar AS melemah melawan rupiah. Dengan kata lain, rupiah berpotensi melanjutkan penguatan. Terbukti, rupiah langsung melesat Rabu kemarin.

Level psikologis Rp 14.000/US$ masih menjadi target penguatan rupiah selanjutnya. Jika mampu dilewati, maka mata uang Garuda akan melaju lagi menuju Rp 13.565/US$ yang merupakan Fibonnaci Retracement 100%.

Fibonnaci Retracement tersebut ditarik dari level bawah 24 Januari (Rp 13.565/US$) lalu, hingga ke posisi tertinggi intraday 23 Maret (Rp 16.620/US$).

Peluang rupiah ke Rp 13.565/US$, yang merupakan level terkuat dalam 2 tahun terakhir melawan dolar AS, masih tetap terjaga selama rupiah berada di bawah Rp 14.730/US$ (Fib. Retracement 61.8%), jadi sekali lagi jangan buru-buru.

Sementara itu, melihat indikator stochastic pada grafik harian masih berada di level jenuh jual (oversold) dalam waktu yang cukup lama, rupiah memang sangat rentan mengalami koreksi alias melemah.

Stochastic merupakan leading indicator, atau indikator yang mengawali pergerakan harga. Ketika Stochastic mencapai wilayah oversold (di bawah 20), maka harga suatu instrumen berpeluang berbalik naik. Dalam hal ini, USD/IDR berpeluang naik, yang artinya dolar AS berpeluang menguat setelah stochastic mencapai oversold.

Stochastic yang oversold dalam waktu lama dapat memicu aksi ambil untung (profit taking) yang membuat rupiah melemah. Resisten (tahanan atas) terdekat jika rupiah melemah berada di level US$ 14.250/US$.

Baca laporan lengkap » Semua Hal tentang Virus Corona, di Indonesia dan Dunia.

Related

News 6159891433444420365

Recent

Hot in week

Ebook

Koleksi Ribuan Ebook Indonesia Terbaik dan Terlengkap

Dapatkan koleksi ribuan e-book Indonesia terbaik dan terlengkap. Penting dimiliki Anda yang gemar membaca, menuntut ilmu,  dan senang menamb...

item