Kasus Kematian Wanita yang Penuh Teka-Teki Misterius (Bagian 2)

Naviri Magazine - Uraian ini adalah lanjutan uraian sebelumnya (Kasus Kematian Wanita yang Penuh Teka-Teki Misterius - Bagian 1). Untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik dan urutan lebih lengkap, sebaiknya bacalah uraian sebelumnya terlebih dulu.

Petunjuk keempat adalah bukti gigi dan jaringan tubuh. Seorang profesor kedokteran gigi, bernama Gisle Bang, memeriksa gigi milik wanita itu. Gigi tersebut dipenuhi tambalan dan dilapisi emas, yang hanya dapat dilakukan oleh dokter gigi khusus, yang hanya terdapat di Eropa bagian Selatan atau bagian Tengah, atau bahkan Asia.

Namun, sebelum lokasinya bisa dilacak, profesor Gisle Bang meninggal pada tahun 2011. Lucunya, gigi mayat wanita itu kabarnya dibuang begitu saja karena mengeluarkan bau busuk. Gigi tersebut kemudian ditemukan di sebuah gudang rumah sakit Haukeland. Termasuk hati, paru-paru, limpa, dan hati milik wanita itu.

Kemudian, gigi tersebut dites menggunakan isotope test, yang bisa menentukan di mana wanita tersebut tumbuh berdasarkan air yang dia minum. Dengan tes ini, para ilmuwan mampu menunjuk dengan tepat daerah di dekat perbatasan Prancis dan Jerman, di mana wanita Isdal itu kemungkinan tumbuh.

Tes DNA mengungkap bahwa wanita Isdal juga merupakan keturunan Eropa, mungkin juga dari Amerika Utara. Meskipun bahasa Inggris yang dia gunakan tidak terlalu fasih. Dengan ciri-ciri dan latar belakang yang dimiliki wanita Isdal tersebut, polisi membuat sketsa wanita tersebut pada tahun 2016.

Kemudian, pada Mei 2017, sebuah Black Notice dikirim melalui Interpol, beserta hasil tes DNA milik wanita Isdal. Berharap mereka bisa menemukan petunjuk baru.

Banyak orang yang berpikir bahwa wanita Isdal adalah seorang mata-mata. Secara jelas, kasus ini terbilang cukup aneh, tapi faktor eksternal, seperti Perang Dingin yang sedang berlangsung, memunculkan spekulasi bahwa wanita Isdal tersebut memang seorang mata-mata.

Norwegia juga merupakan tempat pelarian bagi mata-mata dari Rusia dan agen Mossad dari Israel, hanya 3 tahun setelah kematian wanita Isdal. Bahkan empat orang agen Mossad sempat diinterogasi berkenaan dengan wanita Isdal itu. Namun keempatnya mengaku sama sekali tidak mengenalnya atau semua aliasnya.

Di saat kejadian pembunuhan, agensi intelijen Norwegia sempat melihat kasus wanita Isdal itu, atas dasar keadaan yang aneh. Seminggu kemudian, Ørnulf Tofte dan Bjørn Langbakke, keduanya polisi Security Service, mulai melakukan investigasi atas kasus tersebut.

Tofte mengatakan bahwa dia dihubungi oleh Kepala Kepolisian Bergen untuk menginvestigasi apakah ada hubungan antara kasus aneh tersebut dengan spionase.

Sementara tim investigasi memutuskan bahwa kematian wanita Isdal merupakan kecelakaan, Tofte mengatakan bahwa bukan berarti wanita Isdal itu tidak terlibat dalam spionase. Tofte mengklaim, paspor palsu yang dimiliki wanita Isdal itu bisa jadi bukti bahwa dia seorang agen ilegal.

Police Crime Commisioner Bergen merespons pertanyaan wartawan ketika ditanya tentang keterlibatan spionase dalam kasus wanita Isdal, beberapa minggu setelah investigasi dilakukan.

Namun Norwegian Surveillance Agency menyangkal keterlibatan mereka, hingga pada tahun 2002.

Knut Haavik, yang merupakan Crime Reporter, menutupi kasus ini dengan mengatakan bahwa dia diberi kumpulan file untuk menulis artikel tentang wanita Isdal pada 1970-an. Dalam kumpulan file tersebut, dia menemukan amplop berisi pita kaset. Namun pada amplop tersebut terdapat peringatan bahwa amplop tidak boleh dibuka tanpa izin dari supervisor. Dan amplop tersebut tidak pernah dibuka.

Ada beberapa bukti lebih jauh bahwa wanita Isdal bisa saja seorang mata-mata. Dia memiliki paspor ganda dan menggunakan nama palsu, memiliki wig, menulis kode, dan semua label yang terdapat pada barang-barang miliknya dihilangkan, baik oleh dirinya sendiri ataupun oleh orang lain.

Dia juga tampaknya memiliki cukup uang untuk berpenampilan rapi, bepergian menuju ke kota atau negara lain, dan mampu tinggal di semua hotel.

Teori pertama, kasus wanita Isdal merupakan kasus bunuh diri. Karena berdasarkan hasil otopsi, di dalam perutnya ditemukan 50-70 butir obat tidur. Pihak kepolisian melihat ini sebagai tanda bunuh diri, dan merupakan hal yang sangat sulit untuk memaksa seseorang menelan obat sebanyak itu.

Meskipun, karena detail yang ganjil seputar kasus ini, banyak orang termasuk polisi, merasa ragu bahwa bunuh diri adalah jawaban yang tepat.

Dalam teori kedua, wanita Isdal dianggap mengalami kecelakaan. Di tempat kejadian, polisi curiga dia mungkin terbakar api, setelah sebelumnya terjatuh ke dalamnya. Kemudian dia berbalik menghindari api, dan terguling ke dalam jurang.

Satu pertanyaan yang tidak terungkap oleh pihak yang melakukan investigasi adalah; dia memiliki sebotol hairspray yang dalam teori bisa saja terjatuh dan menyebabkan ledakan dahsyat yang membuat dia terbakar dan akhirnya tewas.

Meskipun hal ini tidak dapat menjelaskan banyak, bahan bakar bensin yang sempat ditemukan di sekitar tempat kejadian memang digunakan untuk membakar tubuhnya.

Teori yang terakhir menyatakan bahwa wanita Isdal dibunuh. Kehidupannya sebagai agen spionase bisa saja membuat dirinya memiliki sejumlah musuh yang menginginkan kematiannya.

Kembali pada fakta bahwa perhiasan dan jam tangan yang justru diletakkan di sebelah mayat wanita Isdal itu, seakan-akan memang sengaja diletakkan di sana. Hal tersebut bisa menjadi hal terakhir yang dilakukan oleh seseorang yang akan melakukan bunuh diri. Tapi jika rencananya memang akan melakukan bunuh diri, kenapa dia membakar dirinya sendiri?

Selain itu, terdapat luka memar di bagian leher sebelah kanan. Bahkan Knut Haavik yakin bahwa wanita Isdal dibunuh.

Pada akhirnya, wanita Isdal dikuburkan pada 5 Februari 1971.

Bunga tulip dan anyelir ditaburkan di atas peti matinya, yang terbuat dari seng. Peti mati yang tidak dapat terurai, dengan harapan bahwa suatu saat peti mati tersebut bisa dipindahkan ke tempat peristirahatan yang lebih layak, jika ada seseorang yang mengenalinya.