Membedah Asal Usul dan Akar Konflik Perbatasan China-India

Membedah Asal Usul dan Akar Konflik Perbatasan China-India naviri.org, Naviri Magazine, naviri majalah, naviri

Naviri Magazine - Perbatasan antara China dan India hingga kini masih tumpang tindih lantaran terjadi sengketa antara kedua negara. Dalam bentangan tertentu sepanjang 3.488 kilometer, tidak ada Garis Kendali Aktual (LAC) yang disepakati bersama. Ditambah tidak ada batasan yang dibuat sebagai penanda pemisah antar negara.

Setelah merdeka dari cengkeraman Inggris, India percaya telah mewarisi batasan wilayah. Namun itu bertentangan dengan pandangan China yang merasa Inggris telah meninggalkan warisan yang disengketakan terkait batas antar kedua negara yang baru dibentuk pada saat itu.

Perbatasan China dan India terbagi menjadi tiga sektor yakni barat, tengah, dan timur. Sektor barat meliputi Ladakh, sektor tengah meliputi Himachal Pradesh dan Uttarakhand, dan sektor timur meliputi Arunachal Pradesh.

Sengketa perbatasan di sektor Barat berkaitan dengan Garis Johnson yang diusulkan Inggris pada 1860-an yang meluas hingga ke Pegunungan Kunlun dan menempatkan Aksai Chin di negara bagian Jammu dan Kashmir.

India merdeka berdasarkan Garis Johnson dan mengklaim Aksai Chin sebagai wilayah kedaulatan. Awalnya pada 1950-an, China tidak keberatan dengan klaim tersebut, namun di tahun-tahun berikutnya justru terjadi sikap sebaliknya.

China membalikkan posisi dan menyatakan pihaknya tidak pernah menyetujui Garis Johnson. Atas dasar itu China tidak memiliki alasan untuk menyerahkan Aksai Chin ke tangan India.

Perselisihan antara kedua negara di sektor tengah cenderung kecil. Ini merupakan satu-satunya sektor bagi China dan India untuk saling berbagi wilayah yang disepakati bersama secara luas.

Mengutip laporan Orfonline, sektor barat yang berada di atas Garis MacMahon menjadi daerah yang kerap disengketakan. Perwakilan China, India, dan Tibet pada 1913-1914 melakukan pertemuan di Chimla yang menghasilkan kesepakatan penyelesaian batas antara India dan China serta Tibet dan China.

Perwakilan China dalam pertemuan tersebut memprioritaskan kesepakatan bersama, namun kemudian mereka justru menolaknya. Daerah Traktat Tawang yang diklaim China diambil alih oleh India pada 1951. Hingga 1960-an, China mengendalikan Aksai Chin di barat, sementara India mengendalikan perbatasan hingga Garis MacMahon di timur.

Setelah enam dekade, polemik perbatasan masih belum terselesaikan. Masalah ini menjadi salah satu sengketa perbatasan paling berlarut-larut di dunia. Sejak 1981, saat putaran pertama perundingan perbatasan digelar, pejabat dari kedua negara telah beberapa kali bertemu untuk mencari solusi.

Kedua negara juga terlibat dalam Confidence Building Measures (CBM) di perbatasan dengan perjanjian bilateral yang ditandatangani pada 1993, 1996, 2005, 2012, dan 2013.

Di awal abad ke-21, kedua belah pihak sepakat agar perselisihan mengenai perbatasan tidak sampai memengaruhi hubungan bilateral. Kesepakatan ini masuk ke dalam kesepakatan tentang Parameter Politik dan Prinsip-prinsip Panduan untuk Penyelesaian Pertanyaan Perbatasan China-India yang ditandatangani pada 2005.

Kendati hubungan bilateral mencair, media India menggambarkan konflik perbatasan kedua negara sebagai sebuah 'serangan', 'intrusi', atau pelanggaran. Ketiga istilah itu kerap digunakan secara bergantian pada surat kabar berbahasa Inggris di India untuk merujuk pada tindakan China di daerah yang disengketakan.

Namun pemerintah India menyangkal adanya intrusi China di sepanjang LAC sejak 2010. Mereka kerap menyebutnya sebagai sebuah pelanggaran.

Meskipun berbagai insiden di perbatasan China-India telah menjadi tren umun, setidaknya di satu kesempatan India mengakui ada campur tangan Tentara Pembebasan Rakyat China (PLA) ke wilayahnya.

PLA dilaporkan memasuki 10 kilometer wilayah India di timur Ladakh dan mendirikan sebuah kamp tentara perbatasan pada 15 April 2013.

Sebanyak 68 insiden terjadi pada periode 2003 hingga 2014 diberitakan oleh tiga surat kabar India. Times of India melaporkan 27 insiden, The India Express melaporkan 22 insiden, dan 19 insiden yang dilaporkan oleh The Hindu.

Sejak lama India dikabarkan telah mengusulkan upaya untuk mengklarifikasi perbedaan persepsi tentang LAC demi mencegah terjadinya insiden baru. Akan tetapi China menolak upaya itu dan menganggapnya hanya menambah kerumitan pada perundingan perbatasan yang sedang berlangsung.

Putaran pembahasan ke-22 antara Perwakilan Khusus, Penasihat Keamanan Nasional Ajit Doval dan Anggota Dewan Negara China, Wang Yi yang diadakan di New Delhi pada Desember 2019 mencapai kesepakatan penyelesaian awal atas perbatasan yang menjadi kepentingan mendasar kedua negara.

Mereka juga bertekad mengintensifkan upaya untuk mencapai solusi yang adil, masuk akal, dan dapat diterima bersama.

Pada 2005, kesepakatan tentang parameter politik dan prinsip-prinsip panduan menjadi tahap pertama dari tiga tahap pembicaraan. Tahap ini juga paling sulit karena melibatkan persetujuan kerangka kerja untuk menyelesaikan perselisihan di semua sektor. Sementara langkah terakhir akan melibatkan penggambaran dan demarkasi perbatasan dalam peta dan di lapangan.

Dilansir dari The Hindu, prospek penyelesaian perbatasan ini dinilai masih jauh dari kata sepakat. Perbedaan utama ada di sektor barat dan timur. India melihat China menempati 38 ribu kilometer persegi di Aksai Chin. Di timur, China mengklaim wilayah seluas 90 ribu kilometer persegi membentang di seluruh Arunachal Pradesh.

China memerintahkan pertukaran pada 1960 dan pada awal 1980-an, yang intinya untuk melegalkan status quo. Saat ini kedua pihak mengesampingkan status quo untuk menyelesaikan sengketa dan menyetujui penyesuai yang bisa saling menguntungkan.

Di saat bersamaan, solusi paling realistis hanya akan melibatkan sedikit penyesuaian di sepanjang LAC, mengingat kedua pihak tidak bersedia melepas wilayah yang selama ini diklaim.

Perjanjian 2005 mengatakan kedua belah pihak 'akan menjaga kepentingan warga yang menetap di daerah perbatasan'. Di satu titik tertentu, dalam beberapa tahun terakhir klaim China terhadap Tawang di Arunachal Pradesh semakin sering dijadikan rujukan sebagai pernyataan resmi bagi publik.

Dai Binggup yang merupakan pendahulu Anggota Dewan Negara China, Wang Yi pada 2017 mengatakan jika sengketa di sektor timur tidak dapat dipisahkan dari Tibet China terkait latar belakang budaya dan yurisdiksi.

"Wilayah yang disengketakan di sektor timur termasuk Tawang tidak dapat dipisahkan dari Tibet China dalam latar belakang budaya dan yurisdiksi administratif," ujar Dai.

Di sisi lain, India berkeras hubungan bilateral dengan China secara mendasar tidak akan membaik hingga perselisihan mengenai daerah perbatasan diselesaikan.

Related

News 853759758511945425

Recent

Hot in week

Ebook

Koleksi Ribuan Ebook Indonesia Terbaik dan Terlengkap

Dapatkan koleksi ribuan e-book Indonesia terbaik dan terlengkap. Penting dimiliki Anda yang gemar membaca, menuntut ilmu,  dan senang menamb...

item