Tips Mengatasi Kebiasaan Ragu-ragu, dan Jadi Pribadi yang Lebih Percaya Diri

Tips Mengatasi Kebiasaan Ragu-ragu, dan Jadi Pribadi yang Lebih Percaya Diri, naviri.org, Naviri Magazine, naviri majalah, naviri

Naviri Magazine - Kamu punya sederet pencapaian. Teman-temanmu mengaku kamu kompeten di bidang yang kamu pegang. Semua orang tak pernah merasa ada masalah dengan kapabilitasmu. Tapi di balik itu semua, kamu selalu merasa rendah diri, tak layak, dan kamu menganggap semua yang sudah kamu capai sebagai keberuntungan belaka.

Barangkali kamu sedang terjangkit Imposter Syndrome alias sindrom meragukan diri berlebihan.

Perasaan macam ini bisa membuatmu merasa lelah. Kalau kamu pernah meragukan pencapaianmu, dan kamu merasa hanya masalah waktu sampai semua orang sadar kamu sebenarnya tidak punya kemampuan berarti, kamu tak sendirian.

Sekitar 70 persen orang pernah berkutat dengan sindrom peragu, menurut penelitian yang diterbitkan dalam International Journal of Behavioral Science. Sindrom ini terutama dialami perempuan-perempuan sukses, tetapi fenomena ini dapat mempengaruhi siapa pun dalam berbagai fase kehidupan.

Cari tahu dari mana perasaan ini muncul

Ada faktor-faktor situasional yang bisa menimbulkan sindrom peragu; misalnya menjadi mahasiswa, bekerja sendirian, atau bekerja dalam kantor yang memelihara budaya yang bikin kamu meragukan diri.

Ada juga beberapa bidang yang pekerjanya lebih rentan terhadap perasaan seperti ini—bidang-bidang kreatif (penulis, aktor, produser, seniman), ilmu kedokteran, dan teknologi.

Dan ada titik pertemuan antara sindrom peragu dan inklusivitas keragaman, karena rasa percaya diri berasal dari perasaan menjadi bagian dari kelompok.
Sebaliknya, semakin sedikit orang yang mirip denganmu atau terdengar sepertimu, rasa percaya dirimu akan terpengaruhi secara negatif.

Apalagi saat kamu menjadi anggota dari kelompok yang memiliki stereotip tentang kemampuan mereka. Mahasiswa dan pekerja internasional, mahasiswa generasi pertama, perempuan-perempuan sukses, orang kulit berwarna, dan orang difabel, mengalami tekanan untuk mewakili keseluruhan kelompok mereka, yang dapat menimbulkan rasa ragu.

Satu-satunya cara untuk tidak merasa seperti peragu adalah berhenti berpikir seperti peragu. Caranya dengan sadar akan percakapan yang berlangsung di benakmu, lalu menyusun kembali percakapan itu seperti orang non-peragu.

Jaga kesehatan dan jangan takut bicara

Lakukan afirmasi positif: gantikan semua keraguan dan negatifitas dengan pernyataan positif, sehingga itu menjadi jalur default otakmu. Jagalah kondisi otakmu dan tubuhmu lewat tidur berkualitas, nutrisi, hidrasi, olahraga, dan kesadaran.

Saat kita mengekspresikan diri dengan kata-kata (atau menulis dalam buku harian), kita melepaskan emosi-emosi untuk bertahan hidup seperti ketakutan dan rasa malu. Kita mengurangi tingkat hormon stres kortisol melalui olahraga aerobik dan mengonsumsi suplemen magnesium.

Tulis pencapaianmu 

Catat pencapaianmu. Ambillah kertas dan pena, dan catatlah semua bukti yang mendukung betapa luar biasanya kamu.

Satu kesalahan yang dibuat banyak orang yang menghadapi sindrom peragu adalah bekerja terlalu keras demi menutupi apa yang mereka anggap sebagai kekurangan.

Kamu ingin membuktikan bahwa kamu layak sehingga kamu mengambil terlalu banyak pekerjaan. Ini justru bisa membuatmu terlihat kurang kompeten dan menimbulkan keletihan, atau rasa depresi, kelelahan, dan stres.

Terus berusaha dan bersyukur

Yang membedakan peragu dari mereka yang nyata adalah kerelaan untuk terus berkembang. Selama kamu berani menantang level kenyamananmu setiap hari, kamu tidak akan pernah jadi peragu.

Sebagian besar orang mengabaikan kerja keras yang telah mereka lakukan. Mereka berpikir mereka hanya beruntung dan tidak layak mendapatkan kesuksesan. Seharusnya mereka menyadari semua upaya yang mereka lakukan, entah besar atau kecil. Lalu berterima kasih pada diri sendiri, bagaimanapun juga hasilnya. Selama kamu berusaha untuk maju, kamu bukan peragu.

Tanyalah lima orang yang kamu hormati apakah mereka pernah merasa seperti itu tentang diri mereka sendiri. Kamu akan sadar, kamu tidak sendirian. Semua orang pasti merasa seperti ini. Sindrom peragu adalah fiksi kolektif yang kita semua percayai.

Terimalah ketakutanmu 

Rasa takut bukan berarti kamu belum siap atau tidak mampu; bisa saja artinya kamu masih berkembang. Perhatikan pikiranmu ketika merasa gelisah atau takut, dan carilah bukti bahwa pikiran-pikiran itu salah.

Kalau kamu merasa seperti peragu, ingat-ingatlah saat ketika kamu pernah melampaui ekspektasi diri sendiri. Cari bukti yang nyata. Ingatlah bahwa pikiranmu cair dan bisa kamu bentuk sesuka hati begitu kamu lebih sadar cara kerjanya.

Related

Tips 8802196123554524600

Recent

Hot in week

Ebook

Koleksi Ribuan Ebook Indonesia Terbaik dan Terlengkap

Dapatkan koleksi ribuan e-book Indonesia terbaik dan terlengkap. Penting dimiliki Anda yang gemar membaca, menuntut ilmu,  dan senang menamb...

item